sayap kebebasan
Hari baru dimulai matahari merangkak setengah tiang , hangat yang memanjakan membuat setiap insan semangat membuka jendela ,membiarkan raja cahaya menembus sela-sela lubang jendela.
Begitu yang terjadi dengan Hernita.Tak ada yang tahu kalo ini adalah hari baru untuknya ,dia memulainya dengan senyum ceria .Mimpinya yang pernah mati kembali menggeliat seperti kuncup bunga yang merekah di sore hari ,sungguh tuhan maha tinggi mudah baginya membolak-balikan hati. Setiap nyawa ada di genggamNya, setiap hati ada di dalam kendali ,
Tak ada yang luput walau sejumput , tak ada yang lari sedetik atau lepas sekejam mata , kemana kita akan berlari , jika bumi langit alam, Rahim dan alam gaib juga dalam kendaliNya. Keinginan adalah milik kita namun takdir ada di tanganNya ,
3 minggu yang lalu Hernita menyesali keberadaannya , tak berarti , tak di hargai, tak ada yang mendengar atau mau menemaninya di titik terbaik dalam hidupnya.
Dia merasa terasing dalam rumahnya sendiri , tak terlihat diantara keluarga yang harusnya mengenalnya . Sebait kata bijak berkelebat tanpa pamit di otaknya " Ada saat kita tak harus berfikir apa, kenapa dan bagaimana .kita hanya harus menjalaninya ,Sampai Tuhan membuka misterinya "
Pagi ini dia sudah putuskan dia akan memulai hari baru , tanpa ada yang tahu jiwanya sudah berganti baju .yang sudah terjadi tak harus disesali , dia membenahi rambutnya di cermin mungkin gaya rambut baru akan membuatnya terlihat lebih segar dan tak kuyu . Mulai memilih baju membuat Imej baru sepertinya juga bukan pilihan yang salah .membubuhkan syal sebagai pelengkap gaya ,warna lipstik yang cerah perona pipi dengan warna serupa itu sudah cukup membuatnya segar dan berbeda.
Dia berkomitment dengan dirinya sendiri. hidup dengan hidupnya dengan gayanya dengan caranya selama baik jalani saja .
Bersitegang dengan Ibu dan Ayah yang sama sekali tak mengenal siapa anaknya, tak tahu apa maunya , dimana pasion dan cita -citanya mereka hanya sibuk dengan dunia masing -masing ,rumah bukan lagi jadi rumah dimana kebersamaan terjalin di sana.
Rumah ini seperti kuburan saja baginya tak ada senyum dan tawa .Tak ada tangis saat dia kecewa ,Tapi tak guna terus menuntut percuma hanya membuat patah hati saja.
Snikers putih jadi pelengkap gayanya ,camera di sandangnya dia menelusuri joging trek menatap taman bunga di kiri dan kanannya , indah tapi tak membuatnya membidikan camera kesayangannya ," terlalu biasa..., " bisik bathinnya ,"Artistikya dimana...?" lanjutnya sok idialis,
Hernita masih sibuk berdialog dengan dirinya sendiri sembari meniti jalan pelan melihat kekanan dan kiri ,dia tertegun menatap bangku taman sesosok lelaki tua menarik bola matanya untuk singgah sangat lama dan tak bisa berpaling lagi ,Reflek dia mengambil beberapa foto melihat hasilnya tersenyum lalu kembali mengambil posisi tepat agar hasilnya artistik tanpa editan ,dia duduk di batu pembatas taman menatap gambar di kameranya dia tersenyum puas. Hari yang terbaik memang tuhan sembunyikan sebagai misteri agar kita tidak menunggu untuk merusaha melakukan yang terbaik setiap hari hingga tanpa di sadari kita menemukan hari terbaik yang tuhan janjikan untuk setiap hambanya.
Matanya kembali tertambat pada sosok tua berjas coklat ,kilatan cahaya dari kaca Arlojinya menyorot pada wajah Hernita ,dia menarik nafas bangkit dan memberanikan diri untuk mendekat , langkahnya pelan dia berusaha mengamati apa yang sedang dilakukan dengan kacamata tebal di depan komputer jinjing yang juga berkaca lebar ,tangannya sibuk sekali Hernita mulai mengambil kesimpulan Kakek adalah seorang penulis buku.tapi itu hanya kesimpulan yang diambil dari tangkapan indra tanpa bertanya ,dia tak berani membenarkan 100 % karena sering kali yang terlihat tidak seperti kenyataannya.
Berapa menit dia berdiri si kakek mulai menyadari keberadaannya ,
" Duduk lah kalau kamu mau duduk sama Aki-Aki...," Katanya sambil menggere
ser sedikit pantatnya ,sebagai tanda kalo dia tak keberataan Hernita ada di sisinya, Gadis dengan rambut sebahu dengan riasan minimalis yang membuatnya muda dan segar. Senyum Hernita mengembang Tipis saja ,dia duduk tanpa membuka mulut.takut mengganggu fikirnya.tapi Hernita yang penasaran mengintip sedikit kelayar dia ingin apa gerangan yang membuatnya terlihat begitu bahagia,
Hernita terhenyak fikirannya mulai berkomentar sendiri Kakek buka IG dan bercengrama dengan seorang gadis muda seusia dirinya .Bulu kuduknya merinding tapi dia tidak beranjak pergi .dengan tenang lelaki tua itu meneguk jus yang sedari tadi menemani dengan setia.
Menutup IG membuka FB ,kecurigaan Hernita trus bertambah saat tahu kakek itu memasukan kata sandi
" Tak perlu takut duduklah disini nanti ku jelaskan..." Katanya sembari tersenyum pada Hernita, hati gadis itu kembali dibanjiri pertanyaan " si Kakek punya super insting apa yah...???,"
" Apa yang membawamu duduk disini...?, padahal disana banyak pemuda yang akan sangat bahagia jika di temani gadis cantik sepertimu..."
Kata Nya sambil tersenyum bijak.
Hernita tertawa lucu lalu menunjukan hasil bidikannya " Cobalah atur fokusnya kembali ,hasilnya pasti lebih baik...," Lanjutnya kemudian .
" Maaf saya mengambil foto opah tanpa izin..." Saya melihat sisi unik saja ,seorang kakek dengan keriput memenuhi wajah duduk si taman menghadapi komputer jinjing dibawah pohon rindang seperti patung penjaga taman yang terkenal di negeri paman sam sana cuma Opah adalah persi 3 dimensi ... " Jawab hernita sembari nyengir dia tak mau memikirkan sebuah alibi saat bicara dengan orang tua, mending jujur saja.
"Rasa senimu cukup bagus ..., Terus belajar tambahlah pengalaman. Bakat memang tuhan sematkan tapi kita perlu mengasahnya agar mahir dan berbinar..." Nasehatnya keluar begitu saja membuat mata Hernita berkaca -kaca baru kali ini dia mendengar sebuah petuah yang menguatkan hatinya.dia mendapatkannya dari seorang di jalan .
Satu jam menunggu Si kakek menutup perangkatnya lalu menatap mata Henita
," tunggu sebentar di sini yah..." pintanya kemudian sebelum dia beranjak dan kembali datang dengan aneka cemilam cukup untuk mereka makan lebih dari 3 jam.
Tak ada kata yang terucap lagi saat mereka membuka dan menghabiskan masing masing satu bungkus Snack, Jus yang di bagi dengan gelas air mineral , Hernita baru bersama Kakek kurang dari satu jam tapi pembicaraan yang santai dan hangat membuatnya merasa aman. Sesekali hernita menatap lelaki tua yang membiarkan giginya ompong tanpa gigi palsu padahal kalo liat tongkrongannya hal yang sangat mudah baginya memasang gigi palsu.
" Apa yang Opah lakukan..., mengelola olshop....?" Tanya Hernita menyelidik tatapannya yang setajam elang seperti hendak memasuki ruang -ruang rahasia lawan bicaranya. bilik-bilik halus yang tersimpan di dasar rasa terkoyak begitu saja dan lelaki tua di hadapannya bukan mahluk bodoh yang tidak mampu mencium aroma curiga tapi dia hanya tersenyum ,
" Umurku 83 tahun sudah terlalu tua untuk menggoda seorang gadis remaja sepertimu. Kalo aku masih melakukannya aku adalah lelaki yang tak bisa mengukur diri. ,Idealnya Mahluk tua renta sepertiku sudah menghitung mundur mengumpulkan amal menyongsong kematian...,Jadi tenanglah aku tidak gila meskipun alam dan mahluk-mahluknya sudah gila...," Jelasnya sambil tertawa geli menyaksikan Hernita melongo bego.
" Opah punya indra ke enam...?" Selidik Hernita sedikit takut dan hati-hati
" Maksudnya...?"
" Sebuah kemampuan untuk membaca fikiran orang misalnya..."
" Bukan itu...,hal yang sangat mudah membaca pikiranmu dari ekspresi wajah yang kau tunjukan...,mikro ekspersi ,pernah dengar...? itu yang ku pakai bukan sesuatu yang klenik karena semua bisa dipelajari, .sering berjumpa dengan orang dengan begitu kau akan faham pelan -pelan. gadis manis dengan bandu merah jambu menganguk mengerti .Otaknya kembali menganalisis dan menganbil kesimpulan kalo orang tua ini tak bisa di remahkan, kalo secara pisik dia akan jatuh jika ditempa sepoy angin . tapi isi otaknya . cara pandangnya penuh kejutan.mungkin pantas jika dia disebut opah-opah milenial
" Opah menemani cucu-cucu opah..., mendidik seorang anak juga harus menyesuaikan dengan zamannya..., kita tidak bisa menyamakan pola dengan zaman opah kecil atau saat ayah mereka remaja. Opah hanya berusaha menari dengan zaman , meskipun prisipnya sama agama dan tatakrama yang harus tertamam kuat sejak semula ." Opah punya 10 akun sosmed semuanya punya ,tapi Opah tidak bisa menggunakan handphone layar hape terlalu kecil untuk mata tua Opah. Jadi ini komputer portable pilihannya..." Jelas pak tua sambil tertawa kali ini Hernita benar-benar menganga belum selesai kejutannya Opah kembali bicara " dan cucu Opah ga tahu kalo Opah ngitilin mereka..., mereka tahunya opah hanya lelaki tua opah mereka yang punya kemampuan spiritual seperti yang kau sangka tadi ..., padahal Opah tahu dari postingan mereka ,hahaha" Kakek tersenyum mengenang kelucuan petualangannya dulu Ayah mereka juga begitu rajin sekali mengirim Atensi ke Radio kakek juga mengikutinya..., .Opah baru buka rahasia saat dia menikah dan berhenti berkirim atensi karena memang sedah tak buming lagi...'
"Opah adalah orang tua paling hebat yang saya tahu..." Puji Hernita tulus
" Opah tidak sehebat itu... Opah melakukannya karena rasa sayang yang terlalu besar untuk mereka...,hanya saja opah tidak ingin memotong sayap -sayap mereka dengan aturan ,pelaturan yang terlalu kakuk justru akan menimbulkan pelanggaran berat dan fatal. jadilah teman buatlah nyaman maka kau akan di dengar..." Kata Opah sembari tersenyum bijak.
" Opah bolehkah saya temani Opah lagi besok..." Tanya Hernita penuh harap
" Tentu dengan senang hati ....,sebaiknya sekarang kita pulang sudah terlalu panas untuk kau berada di luar...,Opah tidak mau kamu hitam...
Hernita hanya tertawa dia senang ada yang mengerti ketakutannya kulit gosong dan hitam ga banget lah yaw ... selesai
Terima kasih sudah menepi selamat pagi
Matanya kembali tertambat pada sosok tua berjas coklat ,kilatan cahaya dari kaca Arlojinya menyorot pada wajah Hernita ,dia menarik nafas bangkit dan memberanikan diri untuk mendekat , langkahnya pelan dia berusaha mengamati apa yang sedang dilakukan dengan kacamata tebal di depan komputer jinjing yang juga berkaca lebar ,tangannya sibuk sekali Hernita mulai mengambil kesimpulan Kakek adalah seorang penulis buku.tapi itu hanya kesimpulan yang diambil dari tangkapan indra tanpa bertanya ,dia tak berani membenarkan 100 % karena sering kali yang terlihat tidak seperti kenyataannya.
Berapa menit dia berdiri si kakek mulai menyadari keberadaannya ,
" Duduk lah kalau kamu mau duduk sama Aki-Aki...," Katanya sambil menggere
ser sedikit pantatnya ,sebagai tanda kalo dia tak keberataan Hernita ada di sisinya, Gadis dengan rambut sebahu dengan riasan minimalis yang membuatnya muda dan segar. Senyum Hernita mengembang Tipis saja ,dia duduk tanpa membuka mulut.takut mengganggu fikirnya.tapi Hernita yang penasaran mengintip sedikit kelayar dia ingin apa gerangan yang membuatnya terlihat begitu bahagia,
Hernita terhenyak fikirannya mulai berkomentar sendiri Kakek buka IG dan bercengrama dengan seorang gadis muda seusia dirinya .Bulu kuduknya merinding tapi dia tidak beranjak pergi .dengan tenang lelaki tua itu meneguk jus yang sedari tadi menemani dengan setia.
Menutup IG membuka FB ,kecurigaan Hernita trus bertambah saat tahu kakek itu memasukan kata sandi
" Tak perlu takut duduklah disini nanti ku jelaskan..." Katanya sembari tersenyum pada Hernita, hati gadis itu kembali dibanjiri pertanyaan " si Kakek punya super insting apa yah...???,"
" Apa yang membawamu duduk disini...?, padahal disana banyak pemuda yang akan sangat bahagia jika di temani gadis cantik sepertimu..."
Kata Nya sambil tersenyum bijak.
Hernita tertawa lucu lalu menunjukan hasil bidikannya " Cobalah atur fokusnya kembali ,hasilnya pasti lebih baik...," Lanjutnya kemudian .
" Maaf saya mengambil foto opah tanpa izin..." Saya melihat sisi unik saja ,seorang kakek dengan keriput memenuhi wajah duduk si taman menghadapi komputer jinjing dibawah pohon rindang seperti patung penjaga taman yang terkenal di negeri paman sam sana cuma Opah adalah persi 3 dimensi ... " Jawab hernita sembari nyengir dia tak mau memikirkan sebuah alibi saat bicara dengan orang tua, mending jujur saja.
"Rasa senimu cukup bagus ..., Terus belajar tambahlah pengalaman. Bakat memang tuhan sematkan tapi kita perlu mengasahnya agar mahir dan berbinar..." Nasehatnya keluar begitu saja membuat mata Hernita berkaca -kaca baru kali ini dia mendengar sebuah petuah yang menguatkan hatinya.dia mendapatkannya dari seorang di jalan .
Satu jam menunggu Si kakek menutup perangkatnya lalu menatap mata Henita
," tunggu sebentar di sini yah..." pintanya kemudian sebelum dia beranjak dan kembali datang dengan aneka cemilam cukup untuk mereka makan lebih dari 3 jam.
Tak ada kata yang terucap lagi saat mereka membuka dan menghabiskan masing masing satu bungkus Snack, Jus yang di bagi dengan gelas air mineral , Hernita baru bersama Kakek kurang dari satu jam tapi pembicaraan yang santai dan hangat membuatnya merasa aman. Sesekali hernita menatap lelaki tua yang membiarkan giginya ompong tanpa gigi palsu padahal kalo liat tongkrongannya hal yang sangat mudah baginya memasang gigi palsu.
" Apa yang Opah lakukan..., mengelola olshop....?" Tanya Hernita menyelidik tatapannya yang setajam elang seperti hendak memasuki ruang -ruang rahasia lawan bicaranya. bilik-bilik halus yang tersimpan di dasar rasa terkoyak begitu saja dan lelaki tua di hadapannya bukan mahluk bodoh yang tidak mampu mencium aroma curiga tapi dia hanya tersenyum ,
" Umurku 83 tahun sudah terlalu tua untuk menggoda seorang gadis remaja sepertimu. Kalo aku masih melakukannya aku adalah lelaki yang tak bisa mengukur diri. ,Idealnya Mahluk tua renta sepertiku sudah menghitung mundur mengumpulkan amal menyongsong kematian...,Jadi tenanglah aku tidak gila meskipun alam dan mahluk-mahluknya sudah gila...," Jelasnya sambil tertawa geli menyaksikan Hernita melongo bego.
" Opah punya indra ke enam...?" Selidik Hernita sedikit takut dan hati-hati
" Maksudnya...?"
" Sebuah kemampuan untuk membaca fikiran orang misalnya..."
" Bukan itu...,hal yang sangat mudah membaca pikiranmu dari ekspresi wajah yang kau tunjukan...,mikro ekspersi ,pernah dengar...? itu yang ku pakai bukan sesuatu yang klenik karena semua bisa dipelajari, .sering berjumpa dengan orang dengan begitu kau akan faham pelan -pelan. gadis manis dengan bandu merah jambu menganguk mengerti .Otaknya kembali menganalisis dan menganbil kesimpulan kalo orang tua ini tak bisa di remahkan, kalo secara pisik dia akan jatuh jika ditempa sepoy angin . tapi isi otaknya . cara pandangnya penuh kejutan.mungkin pantas jika dia disebut opah-opah milenial
" Opah menemani cucu-cucu opah..., mendidik seorang anak juga harus menyesuaikan dengan zamannya..., kita tidak bisa menyamakan pola dengan zaman opah kecil atau saat ayah mereka remaja. Opah hanya berusaha menari dengan zaman , meskipun prisipnya sama agama dan tatakrama yang harus tertamam kuat sejak semula ." Opah punya 10 akun sosmed semuanya punya ,tapi Opah tidak bisa menggunakan handphone layar hape terlalu kecil untuk mata tua Opah. Jadi ini komputer portable pilihannya..." Jelas pak tua sambil tertawa kali ini Hernita benar-benar menganga belum selesai kejutannya Opah kembali bicara " dan cucu Opah ga tahu kalo Opah ngitilin mereka..., mereka tahunya opah hanya lelaki tua opah mereka yang punya kemampuan spiritual seperti yang kau sangka tadi ..., padahal Opah tahu dari postingan mereka ,hahaha" Kakek tersenyum mengenang kelucuan petualangannya dulu Ayah mereka juga begitu rajin sekali mengirim Atensi ke Radio kakek juga mengikutinya..., .Opah baru buka rahasia saat dia menikah dan berhenti berkirim atensi karena memang sedah tak buming lagi...'
"Opah adalah orang tua paling hebat yang saya tahu..." Puji Hernita tulus
" Opah tidak sehebat itu... Opah melakukannya karena rasa sayang yang terlalu besar untuk mereka...,hanya saja opah tidak ingin memotong sayap -sayap mereka dengan aturan ,pelaturan yang terlalu kakuk justru akan menimbulkan pelanggaran berat dan fatal. jadilah teman buatlah nyaman maka kau akan di dengar..." Kata Opah sembari tersenyum bijak.
" Opah bolehkah saya temani Opah lagi besok..." Tanya Hernita penuh harap
" Tentu dengan senang hati ....,sebaiknya sekarang kita pulang sudah terlalu panas untuk kau berada di luar...,Opah tidak mau kamu hitam...
Hernita hanya tertawa dia senang ada yang mengerti ketakutannya kulit gosong dan hitam ga banget lah yaw ... selesai
Terima kasih sudah menepi selamat pagi
0 komentar:
Post a Comment
Komentarmu adalah cermin kepribadianmu.terima kasih sudah mengunjungi blog saya