Sepatu Baru Kyra
Siang yang terik , mentari tepat ada di ubun-ubun tanah berdebu daun menguning mengharap hujan sepertinya harus ada kawinan kodok , Istisko sudah dilakukan tapi awan masih putih , langit membiru dengan bintang berkelip manja setiap malam. Hujan yang diharap sepertinya belum ditakdirkan Tuhan.
Kyra duduk di beranda rumah . menerawang jauh menatap kupu-kupu yang menari mengitari bunga melati , pikirannya melayang jauh seandainya tangan ini tangan yang kuat , atau tuhan mentakdirkan kiranya sejenak menjadi sayap mungkin dia akan melayang menari indah melintasi laut dan samudra.
Abah menemani nya duduk di beranda bertanya dengan tatap mata tanpa kata , mata itu begitu sayu , mungkin terlalu lelah seharian mengayuh becak. Pangkalannya di stasiun kereta tak lagi seperti dulu. Akhir pekan Awal pekan atau di hari sibuk tak ada bedanya. Mereka yang turun hanya tersenyum dan mengatakan tidak , atau jawaban pahit sudah ada yang jemput.
Mungkin Abah harus bersyukur atau menangis beliau tak begitu paham. Para penumpang sudah lebih sejahtera langganannya hilang satu persatu . Setelah sekian lama Kyra akhirnya bicara.
" Saya terpilih mewakili sekolah untuk lari maraton dan lompat jauh bulan depan. Saya mungkin akan sering pulang terlambat untuk ikut latihan , Abah "
" Kamu..., Hebat sekali Alhamdulilah....," Tanggap Abah dengan mata bersinar terang," Sayang sekali Abah tidak bisa memberimu makanan yang baik setiap hari. untuk mempersiapkan fisikmu menjadi juara..., jangankan ayam dan daging telur saja Abah tak mampu." Lanjutnya sangat sedih " Tapi semoga tempe tahu yang Abah usahakan dengan halal..., memberimu Manfaat yang besar...," Katanya matanya mulai tertutup mendung berkaca-kaca
"Itu lebih dari cukup..., Abah..., Bukankah kita masih bisa makan meski kadang hanya sehari sekali kita punya rumah walaupun jika hujan sibuk sekali memajang ember dan baskom..." Kyra tersenyum pahit " Dan yang paling membuat saya bersyukur..., Abah tetap memberi izin saya sekolah..., saya tidak mengemis atau mengamen di jalan..., kalo saya harus mencuci pakaian orang setiap malam...,itu lebih baik Bah...." Celoteh Kyra " Seperti Abah bilang Tuhan masih memberi kita banyak tenaga untuk bekerja keras...," Lanjutnya mantap , Demi Abah yang mendengar setiap perkataan Kyra menahan sesak di dada menahan tangis yang hampir saja mengalir tak terbendung.
" Kyra...., Apa yang kau mau dari lomba itu...? " Tanya Abah kemudian sepertinya beliau ingin tahu apa yang dipikirkan Putrinya yang tinggi kurus dengan mata cekung , Rambut tipis dan memerah kebanyakan kena sinar matahari dan dipaksa ikhlas mandi dengan air asin.
" Saya tak ingin piagam , Abah..., Piala juga tidak..., Saya dengar juara ketiga dapat uang lima ratus ribu..., saya ingin membeli sepatu Abah..., sepatu saya sudah beralas kain di dalamnya sakit kalo dipake jalan..." Kyra berkata seperti pada dirinya sendiri dia menatap tapak kaki yang memerah, tidak berdarah tapi ngilu jika dia harus berjalan."Uang tabungan saya tak pernah cukup..., sebab setiap kali Ade merengek lapar sebelum berangkat ke sekolah saya selalu tak tega..., Akhirnya saya korek kembali uang yang semalam baru saya masukan kecelengan..., Ade masih terlalu kecil untuk mengerti sakitnya lapar..., saya juga ingin beli sepatu untuk Ade Bah..., sudah seminggu dia pake sendal sepatunya kesempitan... dia sudah tak kuat lagi memaksa melipat jari." Kali ini Abah benar-benar menangis , beliau biarkan Air mata itu dilihat putrinya , dia malu. Tapi dia hanya seorang ayah yang tak mampu penghasilan sebagai pengayuh becak kadang 50 ribu pun tak sampai itu harus dipotong setoran pada juragan becak lima belas ribu rupiah.
Sementara istrinya harus terus diasuh obat semprot Asma.
"Kyra ...., Abah punya cara agar kamu menang..." Kata Abah kemudian penuh semangat setelah merenung sekian lama dan berhasil menguasai dirinya. Kyra menatap mata Abah tanpa kata dia menunggu penuh pengharapan "Mulai besok bangunlah setengah jam sebelum subuh. kita pergi kesurau yang ada di ujung kampung , di belakang surau itu perbukitan. kita akan lomba lari disana selepas subuh. Saat kita berangkat kesana anggaplah itu pemanasan. Sholat subuh itu jedanya lari di bukit itu latihan inti saat kita pulang itu pendinginan. Abah akan antar kamu kesekolah jadi kamu bisa istirahat diatas becak dan mempersiapkan diri untuk fokus pada pelajaran " Kata Abah jelas dan detail sepertinya dia sangat yakin dengan cara yang dia akan lakukan. Kyra terdiam tapi kemudian gadis itu tersenyum dan mengiyakan dengan anggukan.
Hari berganti waktu terus beranjak sebulan rasanya sekejap lomba tinggal menghitung hari kenyakinan Kyra semakin kuat. pencapaian waktunya semakin cepat.
Malam itu seminggu sebelum pertandingan Mimih sedang mengobati telapak kakinya dengan daun -daunan. sepatu lamanya sudah tak dipakai kerusakannya sudah terlihat dari luar , hingga sahabat dekatnya memaksa memberi sepatu yang sudah lama duduk manis di bagian paling bawah rak sepatu rumahnya. Kakinya perlahan sembuh. mereka yang tahu keadaan telapak kaki Kyra bertanya bagaimana Kyra mampu berlari dengan kaki cidera parah begitu. Kyra hanya menjawabnya dengan senyum dan diam lebih bersemangat berlatih.
Hari yang dinantikan tiba Kyra diantar Abah dengan Becak. Kala melihat lawan kaki kyra terasa bergetar mereka terlihat tangguh dan hebat.bTapi dia ingat kata -kata Ade saat memijatinya 3 hari yang lalu. Ade bilang kakinya adalah kakinya ramping seperti kaki sang kancil , kaki sang juara.
Diputaran pertama dia tertinggal di belakang. Tapi saat ingat obat Asma Mimih habis sejak 3 hari semangatnya terlecut 2, 3,4, lawan terlewati dan dia berhasil ada di tengah , sampai putaran terakhir dia tetap ada ditengah sulit sekali untuk terlampaui." Bismilah..., Kyra jika kau bisa menaklukan bukit terjal yakinlah mudah untukmu berlari dijalan rata. Jangan pikirkan siapa lawanmu lakukan yang terbaik semampumu..." Suara Abah terngiang di telinga pada latihan terakhir berlari melewati bukit. Larinya makin cepat hingga dia berada di barisan depan , bukan hal yang mudah karena yang ada di depan adalah langganan juara. Mendengar namanya bulu kuduknya merinding tapi banyangan wajah Ade yang sedih saat harus kesekolah memakai sendal seperti hal magic yang membawanya terus kedepan. Yang ada di otaknya adalah senyum Ade saat dia memakai sepatu baru. Dia tak peduli siapa lawannya yang dia tahu dirinya harus berlari lebih cepat dan cepat lagi. Tapi dia harus menghela napas saat sampai finish pita batas sudah terbuka. dia tak kuat menopang dirinya dia terlentang merasa gagal. Tim kesehatan menandunya kepinggir satu jam dia siuman..., dan senyuman tersunging sempurna namanya dipanggil naik podium sebagai juara kedua.
Guru olahraga menjemput dan memapahnya di podium berkali kali mengucap selamat...,tapi sepertinya telinganya ditulikan dia hanya ingin pulang , mengajak Ade kepasar membeli sepatu. mampir ke Apotek untuk Obat Asma Mimih..., lalu membeli nasi jamlang untuk Abah sang pelatih sejati.Selesai
Motivasi terbaik Untuk untuk mencapai tujuan yang baik adalah senyuman dari orang-orang terkasih.
See u dear Assalammuallaikum...
" Saya terpilih mewakili sekolah untuk lari maraton dan lompat jauh bulan depan. Saya mungkin akan sering pulang terlambat untuk ikut latihan , Abah "
" Kamu..., Hebat sekali Alhamdulilah....," Tanggap Abah dengan mata bersinar terang," Sayang sekali Abah tidak bisa memberimu makanan yang baik setiap hari. untuk mempersiapkan fisikmu menjadi juara..., jangankan ayam dan daging telur saja Abah tak mampu." Lanjutnya sangat sedih " Tapi semoga tempe tahu yang Abah usahakan dengan halal..., memberimu Manfaat yang besar...," Katanya matanya mulai tertutup mendung berkaca-kaca
"Itu lebih dari cukup..., Abah..., Bukankah kita masih bisa makan meski kadang hanya sehari sekali kita punya rumah walaupun jika hujan sibuk sekali memajang ember dan baskom..." Kyra tersenyum pahit " Dan yang paling membuat saya bersyukur..., Abah tetap memberi izin saya sekolah..., saya tidak mengemis atau mengamen di jalan..., kalo saya harus mencuci pakaian orang setiap malam...,itu lebih baik Bah...." Celoteh Kyra " Seperti Abah bilang Tuhan masih memberi kita banyak tenaga untuk bekerja keras...," Lanjutnya mantap , Demi Abah yang mendengar setiap perkataan Kyra menahan sesak di dada menahan tangis yang hampir saja mengalir tak terbendung.
" Kyra...., Apa yang kau mau dari lomba itu...? " Tanya Abah kemudian sepertinya beliau ingin tahu apa yang dipikirkan Putrinya yang tinggi kurus dengan mata cekung , Rambut tipis dan memerah kebanyakan kena sinar matahari dan dipaksa ikhlas mandi dengan air asin.
" Saya tak ingin piagam , Abah..., Piala juga tidak..., Saya dengar juara ketiga dapat uang lima ratus ribu..., saya ingin membeli sepatu Abah..., sepatu saya sudah beralas kain di dalamnya sakit kalo dipake jalan..." Kyra berkata seperti pada dirinya sendiri dia menatap tapak kaki yang memerah, tidak berdarah tapi ngilu jika dia harus berjalan."Uang tabungan saya tak pernah cukup..., sebab setiap kali Ade merengek lapar sebelum berangkat ke sekolah saya selalu tak tega..., Akhirnya saya korek kembali uang yang semalam baru saya masukan kecelengan..., Ade masih terlalu kecil untuk mengerti sakitnya lapar..., saya juga ingin beli sepatu untuk Ade Bah..., sudah seminggu dia pake sendal sepatunya kesempitan... dia sudah tak kuat lagi memaksa melipat jari." Kali ini Abah benar-benar menangis , beliau biarkan Air mata itu dilihat putrinya , dia malu. Tapi dia hanya seorang ayah yang tak mampu penghasilan sebagai pengayuh becak kadang 50 ribu pun tak sampai itu harus dipotong setoran pada juragan becak lima belas ribu rupiah.
Sementara istrinya harus terus diasuh obat semprot Asma.
"Kyra ...., Abah punya cara agar kamu menang..." Kata Abah kemudian penuh semangat setelah merenung sekian lama dan berhasil menguasai dirinya. Kyra menatap mata Abah tanpa kata dia menunggu penuh pengharapan "Mulai besok bangunlah setengah jam sebelum subuh. kita pergi kesurau yang ada di ujung kampung , di belakang surau itu perbukitan. kita akan lomba lari disana selepas subuh. Saat kita berangkat kesana anggaplah itu pemanasan. Sholat subuh itu jedanya lari di bukit itu latihan inti saat kita pulang itu pendinginan. Abah akan antar kamu kesekolah jadi kamu bisa istirahat diatas becak dan mempersiapkan diri untuk fokus pada pelajaran " Kata Abah jelas dan detail sepertinya dia sangat yakin dengan cara yang dia akan lakukan. Kyra terdiam tapi kemudian gadis itu tersenyum dan mengiyakan dengan anggukan.
Hari berganti waktu terus beranjak sebulan rasanya sekejap lomba tinggal menghitung hari kenyakinan Kyra semakin kuat. pencapaian waktunya semakin cepat.
Malam itu seminggu sebelum pertandingan Mimih sedang mengobati telapak kakinya dengan daun -daunan. sepatu lamanya sudah tak dipakai kerusakannya sudah terlihat dari luar , hingga sahabat dekatnya memaksa memberi sepatu yang sudah lama duduk manis di bagian paling bawah rak sepatu rumahnya. Kakinya perlahan sembuh. mereka yang tahu keadaan telapak kaki Kyra bertanya bagaimana Kyra mampu berlari dengan kaki cidera parah begitu. Kyra hanya menjawabnya dengan senyum dan diam lebih bersemangat berlatih.
Hari yang dinantikan tiba Kyra diantar Abah dengan Becak. Kala melihat lawan kaki kyra terasa bergetar mereka terlihat tangguh dan hebat.bTapi dia ingat kata -kata Ade saat memijatinya 3 hari yang lalu. Ade bilang kakinya adalah kakinya ramping seperti kaki sang kancil , kaki sang juara.
Diputaran pertama dia tertinggal di belakang. Tapi saat ingat obat Asma Mimih habis sejak 3 hari semangatnya terlecut 2, 3,4, lawan terlewati dan dia berhasil ada di tengah , sampai putaran terakhir dia tetap ada ditengah sulit sekali untuk terlampaui." Bismilah..., Kyra jika kau bisa menaklukan bukit terjal yakinlah mudah untukmu berlari dijalan rata. Jangan pikirkan siapa lawanmu lakukan yang terbaik semampumu..." Suara Abah terngiang di telinga pada latihan terakhir berlari melewati bukit. Larinya makin cepat hingga dia berada di barisan depan , bukan hal yang mudah karena yang ada di depan adalah langganan juara. Mendengar namanya bulu kuduknya merinding tapi banyangan wajah Ade yang sedih saat harus kesekolah memakai sendal seperti hal magic yang membawanya terus kedepan. Yang ada di otaknya adalah senyum Ade saat dia memakai sepatu baru. Dia tak peduli siapa lawannya yang dia tahu dirinya harus berlari lebih cepat dan cepat lagi. Tapi dia harus menghela napas saat sampai finish pita batas sudah terbuka. dia tak kuat menopang dirinya dia terlentang merasa gagal. Tim kesehatan menandunya kepinggir satu jam dia siuman..., dan senyuman tersunging sempurna namanya dipanggil naik podium sebagai juara kedua.
Guru olahraga menjemput dan memapahnya di podium berkali kali mengucap selamat...,tapi sepertinya telinganya ditulikan dia hanya ingin pulang , mengajak Ade kepasar membeli sepatu. mampir ke Apotek untuk Obat Asma Mimih..., lalu membeli nasi jamlang untuk Abah sang pelatih sejati.Selesai
Motivasi terbaik Untuk untuk mencapai tujuan yang baik adalah senyuman dari orang-orang terkasih.
See u dear Assalammuallaikum...
0 komentar:
Post a Comment
Komentarmu adalah cermin kepribadianmu.terima kasih sudah mengunjungi blog saya