Bernyanyilah...,
Menarilah...
Sambut matahari...
Tidak menyembah...
Tapi bersujud bersama
Bertasbih dengan semesta
Burung Pipit kecil
Di pohon rimbun , daun hijau menari tertiup angin manja membelai. Sejuk sore itu bersama semburat senja yang indah .Pohon kembali berpenghuni. Setiap ranting bergerak pelan karena dipunggungnya ada beban. Tarian pelepas lelah seharian berkelana menjelajah alam berpayung cakrawala biru yang cerah dan indah, terik yang membawa resah terasa hangat saat tembolok penuh dan bayangan indah tentang tidur yang nyaman karena perut kenyang.
Seekor induk pipit berpamitan pada alam pelan memasuki sarang saat gelap mulai berkuasa. Bertahta dengan congkaknya nyanyian sore sudah dilakukan maka semua titah telah terlaksana saatnya sandarkan lelah mengumpulkan tenaga baru untuk kembali bertugas esok hari.
Dia menengok sarangnya decitan manja menyapa nya
" Anakku sayang maaf Ibu terlambat ..." Katanya lembut ada rasa bersalah saat dia melihat Burung kecil dengan bulu yang belum tumbuh sempurna terlihat lemah dan lapar. Dengan segera dia menyuapi anaknya yang makan dengan lahap " Makanlah agar tubuhmu tak kedinginan..., supaya bulumu segera sempurna..." Bujuknya saat sang anak menolak suapan selanjutnya ,Burung kecil menatap mata induknya meski malas dia kembali membuka mulut suapan demi suapan terus berlanjut sampai perutnya beneran kenyang dan dia mengantuk. Sang induk membuka sayap agar si kecil aman dan nyaman dalam rengkuhnya
" Tidurlah..., Besok bangunlah lebih pagi..., belajar minum sendiri mengambil embun didaun jadi kau harus siap sebelum mentari mengeringkan embun di pohon ini...,jika kau tidak terlambat kau bisa mandi selagi embun masih sangat banyak. Belajar menyanyikan senandung pagi menyambut mentari" Ungkap sang Induk pelan Anaknya mendengar tapi hanya terdiam dia mendekatkan tubuhnya semakin merapat pada sang induk agar malam ini lebih hangat untuk dilewati.
Pagi ini anak burung membuka matanya dengan semangat. Dia ingat perkataan induknya diantara sadar dan mimpi semalam 'Bangun lebih pagi' Dia melangkahkan kakinya pelan sekali melewati induknya nyaris tanpa bunyi, tak ingin membuat sang induk terjaga saat bermimpi indah. Mata kecilnya mencoba mengintip keluar sarang tapi kemudian dia menggidik dan segera menjauh dari pintu "Gelap sekali" Fikirnya sembari menggidik ngeri. Tapi kemudian dia kembali mendekat kepintu mengintip diantara takut dan ingin tahu apakah yang menyinari embun hingga dia terlihat berkilau mataharikah itu...? tapi bukankah ibu bilang Matahari hanya bersinar di siang hari saat itulah ibu akan meninggalkannya sendirian mencari biji-bijian dan dirinya menunggu dirumah untuk belajar mengepakan sayap dan berkicau dengan merdu. Hatinya kesal kenapa ibu tidak memberi tahunya apa yang terjadi saat matahari sudah bersembunyi di balik gunung. Kelakuannya tetap sama kembali kepintu mengintip kemudian kembali menjauh sampai saatnya dia berani membuka pintu sarang menatap angkasa " Apa yang bersinar disana..., itukah yang membuat embun berkilau seperti mutiara..., Oh indahnya Alam raya...."Fikirnya penuh dengan kekanguman, Tapi baru sebentar dia menikmati dan mengagumi sinar sejuk yang bertengger di antara gelap tubuhnya menggigil dia mendekat pada induknya berusaha membuka sayap dan mencari kehangatan disana. Dia menyimpan pertanyaan dalam benaknya yang akan di bukanya saat matahari terbit sebelum induknya pergi
Matahari bersinar hangat Sang induk melipat sayap bergegas keluar mandi dengan tetes embun kicauan gembiranya tak berhenti. Dia kesal karena saat kembali kesarang Burung kecilnya masih mendengkur "Bangun Matahari semakin tinggi jika kau terus tertidur matahari sudah kembali menghisap embun kau harus kehausan sepanjang hari" Ujarnya sembari berusaha membangunkan si kecil, burung kecil membuka matanya dengan malas lalu berkata dengan nada menghakimi" Ibu kenapa Ibu tidak memberi tahuku tentang sesuatu yang bersinar diatas sana saat matahari tak ada..."
" Maksudnya.... Rembulan ?"
" Entahlah apa namanya..., tapi dia bersinar sejuk dan indah menembus dedaunan membuat banyangan hutan terlihat lebih indah sekaligus menyeramkan..." Ungkap burung pipit kecil kicauannya masih sangat kesal. Induk burung mendekat lalu berucap lembut " Dengarkan Ibu..., Banyak hal di dunia yang kadang tak harus kau tahu atau belum saatnya kau tahu semua ada waktunya..., itu alasan kenapa ibu tidak memberi tahumu tentang indahnya malam karena bersama keindahannya bahaya mengintaimu..., banyak ular mencari makan burung yang lebih buas berburu karena lapar dan itu bahaya untukmu...,Bulu-bulu kita tak cukup tebal untuk menentang angin malam mata kita disiapkan untuk menatap sinar mentari bukan menembus kegelapan malam..." Jelas induk burung tenang anak nya terdiam mencoba untuk mengerti kakinya masih terasa beku karena angin semalam. "Mungkin aku harus menurut..." Fikir anak burung dalam diam
" Ibu harus pergi , keluarlah hangatkan tubuhmu...,reguklah sebanyak mungkin embun yang masih tersisa agar kau punya tenaga untuk belajar mengepakkan sayap" Anak burung gemericit mengiyakan induk burung meninggalkan sarang mencari biji untuk memenuhi temboloknya menyampaikan salam pada alam raya dengan kicauannya. Saat pulang dia membawa setangkai padi yang hampir menguning untuk anaknya yang lapar menunggu di dalam sarang. Tapi begitu sampai kesarang dia panik karena tak menemukan anaknya di pohon itu. dengan kecemasan dia gemericit memanggil lama tak ada sahutan sampai sayup dia mendengar cicitan anaknya di pohon sebelah
" Bagaimana kau melakukanya dengan sayap kecil yang masih sangat lemah sayang..." Tanya si Induk diantara bahagia yang membuncah
"Aku belajar mengepakkan sayapku terus dan terus aku melangkah pelan- pelan setelah ku ukur kemampuanku dan aku merasa mampu aku menggerakan sayap sekuat tenaga. Aku bisa terbang Bu, aku senang meski aku tidak setinggi Ibu " Cerita si burung kecil sangat riang
" Kita pulang sudah waktunya kau makan... besok kau mungkin akan terbang lebih jauh lagi..."Ungkap Induk burung sambil meloncat dari dahan ke dahan menemani anaknya mereka kembali kesarang dengan nyanyian penuh syukur The end
Tetap semangat ..... see you dear....AssalammualaikumWr Wb
Seekor induk pipit berpamitan pada alam pelan memasuki sarang saat gelap mulai berkuasa. Bertahta dengan congkaknya nyanyian sore sudah dilakukan maka semua titah telah terlaksana saatnya sandarkan lelah mengumpulkan tenaga baru untuk kembali bertugas esok hari.
Dia menengok sarangnya decitan manja menyapa nya
" Anakku sayang maaf Ibu terlambat ..." Katanya lembut ada rasa bersalah saat dia melihat Burung kecil dengan bulu yang belum tumbuh sempurna terlihat lemah dan lapar. Dengan segera dia menyuapi anaknya yang makan dengan lahap " Makanlah agar tubuhmu tak kedinginan..., supaya bulumu segera sempurna..." Bujuknya saat sang anak menolak suapan selanjutnya ,Burung kecil menatap mata induknya meski malas dia kembali membuka mulut suapan demi suapan terus berlanjut sampai perutnya beneran kenyang dan dia mengantuk. Sang induk membuka sayap agar si kecil aman dan nyaman dalam rengkuhnya
" Tidurlah..., Besok bangunlah lebih pagi..., belajar minum sendiri mengambil embun didaun jadi kau harus siap sebelum mentari mengeringkan embun di pohon ini...,jika kau tidak terlambat kau bisa mandi selagi embun masih sangat banyak. Belajar menyanyikan senandung pagi menyambut mentari" Ungkap sang Induk pelan Anaknya mendengar tapi hanya terdiam dia mendekatkan tubuhnya semakin merapat pada sang induk agar malam ini lebih hangat untuk dilewati.
Pagi ini anak burung membuka matanya dengan semangat. Dia ingat perkataan induknya diantara sadar dan mimpi semalam 'Bangun lebih pagi' Dia melangkahkan kakinya pelan sekali melewati induknya nyaris tanpa bunyi, tak ingin membuat sang induk terjaga saat bermimpi indah. Mata kecilnya mencoba mengintip keluar sarang tapi kemudian dia menggidik dan segera menjauh dari pintu "Gelap sekali" Fikirnya sembari menggidik ngeri. Tapi kemudian dia kembali mendekat kepintu mengintip diantara takut dan ingin tahu apakah yang menyinari embun hingga dia terlihat berkilau mataharikah itu...? tapi bukankah ibu bilang Matahari hanya bersinar di siang hari saat itulah ibu akan meninggalkannya sendirian mencari biji-bijian dan dirinya menunggu dirumah untuk belajar mengepakan sayap dan berkicau dengan merdu. Hatinya kesal kenapa ibu tidak memberi tahunya apa yang terjadi saat matahari sudah bersembunyi di balik gunung. Kelakuannya tetap sama kembali kepintu mengintip kemudian kembali menjauh sampai saatnya dia berani membuka pintu sarang menatap angkasa " Apa yang bersinar disana..., itukah yang membuat embun berkilau seperti mutiara..., Oh indahnya Alam raya...."Fikirnya penuh dengan kekanguman, Tapi baru sebentar dia menikmati dan mengagumi sinar sejuk yang bertengger di antara gelap tubuhnya menggigil dia mendekat pada induknya berusaha membuka sayap dan mencari kehangatan disana. Dia menyimpan pertanyaan dalam benaknya yang akan di bukanya saat matahari terbit sebelum induknya pergi
Matahari bersinar hangat Sang induk melipat sayap bergegas keluar mandi dengan tetes embun kicauan gembiranya tak berhenti. Dia kesal karena saat kembali kesarang Burung kecilnya masih mendengkur "Bangun Matahari semakin tinggi jika kau terus tertidur matahari sudah kembali menghisap embun kau harus kehausan sepanjang hari" Ujarnya sembari berusaha membangunkan si kecil, burung kecil membuka matanya dengan malas lalu berkata dengan nada menghakimi" Ibu kenapa Ibu tidak memberi tahuku tentang sesuatu yang bersinar diatas sana saat matahari tak ada..."
" Maksudnya.... Rembulan ?"
" Entahlah apa namanya..., tapi dia bersinar sejuk dan indah menembus dedaunan membuat banyangan hutan terlihat lebih indah sekaligus menyeramkan..." Ungkap burung pipit kecil kicauannya masih sangat kesal. Induk burung mendekat lalu berucap lembut " Dengarkan Ibu..., Banyak hal di dunia yang kadang tak harus kau tahu atau belum saatnya kau tahu semua ada waktunya..., itu alasan kenapa ibu tidak memberi tahumu tentang indahnya malam karena bersama keindahannya bahaya mengintaimu..., banyak ular mencari makan burung yang lebih buas berburu karena lapar dan itu bahaya untukmu...,Bulu-bulu kita tak cukup tebal untuk menentang angin malam mata kita disiapkan untuk menatap sinar mentari bukan menembus kegelapan malam..." Jelas induk burung tenang anak nya terdiam mencoba untuk mengerti kakinya masih terasa beku karena angin semalam. "Mungkin aku harus menurut..." Fikir anak burung dalam diam
" Ibu harus pergi , keluarlah hangatkan tubuhmu...,reguklah sebanyak mungkin embun yang masih tersisa agar kau punya tenaga untuk belajar mengepakkan sayap" Anak burung gemericit mengiyakan induk burung meninggalkan sarang mencari biji untuk memenuhi temboloknya menyampaikan salam pada alam raya dengan kicauannya. Saat pulang dia membawa setangkai padi yang hampir menguning untuk anaknya yang lapar menunggu di dalam sarang. Tapi begitu sampai kesarang dia panik karena tak menemukan anaknya di pohon itu. dengan kecemasan dia gemericit memanggil lama tak ada sahutan sampai sayup dia mendengar cicitan anaknya di pohon sebelah
" Bagaimana kau melakukanya dengan sayap kecil yang masih sangat lemah sayang..." Tanya si Induk diantara bahagia yang membuncah
"Aku belajar mengepakkan sayapku terus dan terus aku melangkah pelan- pelan setelah ku ukur kemampuanku dan aku merasa mampu aku menggerakan sayap sekuat tenaga. Aku bisa terbang Bu, aku senang meski aku tidak setinggi Ibu " Cerita si burung kecil sangat riang
" Kita pulang sudah waktunya kau makan... besok kau mungkin akan terbang lebih jauh lagi..."Ungkap Induk burung sambil meloncat dari dahan ke dahan menemani anaknya mereka kembali kesarang dengan nyanyian penuh syukur The end
Tetap semangat ..... see you dear....AssalammualaikumWr Wb
0 komentar:
Post a Comment
Komentarmu adalah cermin kepribadianmu.terima kasih sudah mengunjungi blog saya