Hujan di pucuk senja
Seluruh tulang terasa remuk ,bukan karena angin mengamuk ,tapi karena kau diam bibirmu terus mengatup pipimu mendadak gemuk , Angin Selatan berubah sudah ,tugasnya usai kata Babah
Mesin waktu berjalan pelan namun pasti terus mendekat.
Ku naiki titian tangga atas nama takdir , Aku menunduk menerimanya. Seperti daun kering yang patuh jika waktu harus terjatuh.
Aku memang aku... bukan dia mereka atau siapa .Mata coklatku ,hidung tak mancung ,Kulit tak putih tapi aku tetap manis aku cantik dengan keadaanku , Karena Dia Adalah Maha sempurna yang menciptakan setiap hambanya dengan sebaik- baik bentuk
Panggilan kembali terdengar. Aku bergegas merapikan pakaian. Lalu keluar dengan wajah semeringah Mungkin kali ini Pak kepsek akan luluh menandatangani surat kelulusanku. Ku patut wajahku di depan cermin berhias tipis agar pantas berjumpa orang yang ku Hormati .
Bagiku berhias bukan untuk terlihat cantik , Tapi karena Buk kepsek mengatakan wanita berhias adalah tanda syukur pada Alloh bahwa kita di takdirkan jadi seorang wanita. Dan agar kita tidak menyerupai laki-laki Karena tidak di bolehkan perempuan menyerupai laki-laki , begitupun sebaliknya.
Berhiaslah tapi sebaik-baiknya berhiasan adalah Iman dan takwa. yang melahirkan Ahlak mulia senyum tulus kata yang penuh nasehat kebaikan dan doa.
Ah..., semuanya mudah di katakan seperti pujangga yang mampu melahirkan ribuan puisi saat dia jatuh cinta atau saat patah hati tapi pengamalannya sulit sekali saking sulitnya mungkin sepanjang hidup belajar hanya mampu untuk mengerti tapi tak sempat mengamalkan.
Aku bergegas menuju pintu berlari keluar dengan tak sabar. meniti anak tangga lebih dari seribu lalu berjalan terus menanjak berpegang seutas tali sebesar kelingking bayi, jembatan kawat yang merapuh di mana-mana adalah jalan yang harus ku lalui jika ingin bertemu Babah di puncak bukit .
Ku ucap basmalah menutup mata , kaki melangkah mengandalkan rasa hati. mengandalkan cahaya suci dari wahyu ilahi.
Tak ada daya dan kekuatan melebihi kehendak Mu ,Jika Engkau menghendaki sesuatu jadi maka jadilah. Saat ku buka mata pintu gerbang terbuka Senyum Babah di sana. berjalan menjejeri langkahku ,"Aku tak pernah percaya Hari ini aku harus melepaskanmu...., Aku mendidikmu sejak usiamu tujuh tahun, Saat itu kau tak tahu bahwa Alif itu berdiri dan ain di baca dengung. tapi kini kau mampu melakukan semuanya meninggalkan aku yang tua di pertapaan. Aku terdiam tersayat bathin mendengar tuturnya. aku selalu ingin pergi tapi benarkah ini hari perpisahan??? aku baru tahu aku tak siap untuk melewati setiap perpisahan maka itu aku hanya tertunduk diam.
"Aku sudah pernah katakan Kau muridku tapi aku menyanyanyimu seperti putriku. Aku bahagia saat kau merengek manja minta keringanan pelajaranmu . kau tahu aku selalu mengajarimu dengan cara paling sulit dan paling berat tapi kau selalu selesai dengan waktu tercepat dan jawaban terbaik."Helaan napas berat terdengar aku makin terduduk dalam tangis yang pilu
"Sebenarnya kau sudah lulus sejak tiga tahun lalu saat ku buatkan kau jendela agar kau dapat melihat dunia dari atas menara. tapi aku masih takut bahwa kakimu tak mampu.... Maka aku menahan Izajahmu agar kau tetap duduk disini menunggu pagi menghitung bintang sampai hangat mentari di timur melambaikan tangan padamu untuk bersyukur" Ku peluk tubuh tuanya kali ini dia tidak mengelak dia diam dengan tubuh tergoncang pelan menahan isak yang memilukan
Sejurus kemudian sepasang tangan tua menyentuh kepalaku " Aku ingin menguncir rambutku...,seperti saat kau kecil dulu" Ungkap Biung sambil menghujaniku dengan tatapan berlinangan air mata .Kau perempuan dewasa sekarang Nak..., Kau tak cantik tapi penuh pesona .Kau bukan mawar bukan melati kau menyebut dirimu Anggrek gunung tapi kau tahu kekasihmu menjulukimu Bunga matahari di Puncak bukit...
"Aku tidak tahu itu Biung..."
" Dia berdiam di kesunyian menjaga bunga matahari yang terus mekar ,Katakan padanya hari sudah pagi bukan saatnya sembunyi..."
" Biung ... Boleh aku datang saat ku lelah dalam keramaian....,"
"Pelajaranmu usai Nak, tugasmu sudah tunai ... saat kau terbangun gerbang akan terkunci kau takkan bisa kemari lagi...,Kami ada di hatimu...,bersyukurlah saat senang...,bersabarlah dan bersandarlah hanya dengan Alloh saja...,"
Seketika gerakan tangan biung terhenti Beliau menyelidik rajah basmalah di tangan kananku lalu berucap pelan namun berwibawa "Ini bukan rajahan Babahmu...,"
Iya... biung..., suatu hari aku menemukan sebuah rumah kecil dalam perjalanan. Karena lelah aku duduk di bangku bambu di berandanya. Rumah itu sederhana tapi ditata dengan baik bersih dan wangi. Aku suka . Hingga aku sering sekali datang hanya sekedar duduk , sampai saatnya pemilik rumah mempersilahkan aku masuk ,dan aku tak menampik ku ikuti langkahnya ,dan aku kaget saat itu Biung , jika di lihat dari luar rumah itu biasa saja ,jangan kan untuk duduk melirik pun ogah..., Tapi begitu masuk aku baru tahu setiap sudut indah..., Rumah itu tak lebih megah dari rumah Babah yang tukang sapunya saja harus 10, tapi cukup untuk membuat orang yang berkunjung berdecak kagum memuji perabotan mahal di sana ,Dia menunjukan padaku semuanya dia menyuruhku memilih apa saja yang ingin di bawa pulang, tapi aku tak melakukannya...!"
" Kenapa ...Nak...???"
" Aku ingat Babah..., Saat aku kecil sebelum Babah mengajariku apapun Babah bilang Kalo aku tidak boleh memiliki sesuatu hanya untuk di simpan dan dipamerkan ,Aku merasa tidak membutuhkan itu semua , jikapun aku membutuhkan sesuatu Babah akan memberikan nya untuku ,Aku belajar cukup dengan apa yang ku punya.
" Aku senang kau masih mengingat dan melakukannya..., Lalu... lanjutkan ceritamu Babah ingin dengar....,"
" dia mengajakku masuk keruang Pribadinya dimana tak seorangpun di izinkan untuk menginjakkan kaki disana selain dirinya sendiri.bahkan kucing kesayangannya tak pernah tahu ruangan itu ,Saat aku di sana Hujan deras Babah.kami menikmati hujan dari balik jendela tanpa pembicaraan apapun sangat lama dari dhuha sampai lepas senja. Baru saat hujan reda dia bicara...,
" Apakah kau suka Hujan..., seperti aku?" Tanya nya padaku saat itu
" Tidak ..., Aku tidak suka hujan. Tapi aku suka menanti pelangi yang muncul setelahnya "
" Kau tahu hujan itu dulu adalah kesedihan tapi sejak kau hadir Hujan adalah kerinduan ,aku suka melihatmu...,dirimu... senyum mu... kau indah... ,"
" Sudah saatnya aku pulang..." Pamitku menutup pembicaraan ,aku bergegas pulang tapi mataku tertumpu pada sebuah sudut meja sederhana ada di sana,dia punya pena banyak sekali beraneka warna dan rupa ,aku mendekati meja itu lalu berucap pelan
"Aku ingin penamu...."
" Untuk apa itu tak berharga ,bawalah yang lain saja, jika kau tak sanggup membawanya aku akan mengantarkannya kerumahmu...
" Sesuatu yang tak bernilai di mata banyak orang...,mungkin itulah yang paling disayangi..."
" Apakah kau punya kebiasaan meminta sesuatu yang paling disayangi..."
"Aku tak ingin apapun selain penamu... dan waktu..."
"Pilihlah yang kau mau...,"
" yang mana saja yang ikhlas kau berikan..."
" kau tahu saat kau meminta tak akan ada yang sanggup penolaknya, ini pena kesayanganku bawalah...!!!" Katanya sembari menamit tanganku merajahkan kaligrafi basmalah disana...,tak pernah terhapus musim Babah..."
" Rajahan ini adalah tanda bahwa kau miliknya..., tak ada yang boleh menggangumu...,dia siap jadi pagar hidup untukmu.... jelas Babah sembari tersenyum, tugas Babah selesai sayang...,Pulanglah dia sudah menunggumu di ruang tamu..." Babah menyerahkan Izasah ku...,"Selamat Jalan Murid ku yang manja doaku menaungimu"
"Terima kasih guruku yang sabar dan baik hati aku akan membawamu dalam setiap doaku" Balasku sambil menyalaminya menahan tangis yang tiba -tiba menyerang mataku tanpa ampun lalu ku palingkan diri pada biung
" Biung ingin tanya berapa banyak gurumu ,,, Nak???"
"Aku tidak tahu jumlahnya ,Biung. Aku terlalu bodoh untuk menghitungnya...,yang jelas banyak sekali , karena meski aku hanya mengetuk satu pintu untuk satu bidang ilmu ,aku adalah anak kecil bodoh yang selalu mau tahu banyak hal jadi guru ku banyak tapi yang menentukan kelulusanku hanya Babah..."
" kau tahu ...,Nak ...,Balasan terbaik untuk seorang Guru adalah gunakan ilmunya untuk hal yang baik agar ilmu itu menjadi tabungan jariah yang menolongnya kelak saat tak ada lagi penolong..."
" Aku akan merindukanmu Biung....Perempuan cantik yang sari wajahnya sesejuk embun pagi..."
"Aku sayang padamu Putri kecilku yang nakal dan manja , jika tersenyum bunga ditaman seperti mekar karena bahagia...,cukuplah Alloh sebagai penolongmu maka dunia akan menunduk padamu..."Pesan Biung saat aku menyalaminya aku hanya sanggup mengangguk lalu melangkah mundur meninggalkan mereka dengan tatapan berkaca-kaca ,ku ucap salam pelan di pintu gerbang..., setelah itu gerbang terkunci sendiri semua berubah gelap tertutup malam yang pekat.
di hati yang diselimuti takut satu tangan memengangiku kuat,Ikut denganku akan ku antar kau pulang..." orang yang sama yang merajahkan Basmalah di lenganku...
"Masuklah ... sudah saatnya aku turun gunung karena tugasmu selesai kau tunaikan..." katanya sebelum berlalu
" aku hanya mengganguk dan tersenyum... sebelum menutup pintu Selesai
0 komentar:
Post a Comment
Komentarmu adalah cermin kepribadianmu.terima kasih sudah mengunjungi blog saya