Rembulan Di Ujungnya Malam
Rumah tua , bangunan peninggalan belanda, atau bekas pabrik. kesan nya tua dan tak terawat dengan cat dinding yang mengelupas..., begitulah setting bangunan di cerita horor.
tapi tidak demikian yang ku alami. aku mengalaminya di asrama yang mewah dan terawat
Kisah ini terjadi tahun 2005
Seusai makan malam. aku tak langsung pulang ke kamar, aku malah jalan kelapangan tempat kami biasa berkumpul untuk Apel pagi , ga kerasa waktu setahun sudah hampir di penghujung. Rasanya baru kamarin kepala balai mengucapkan selamat datang di Apel pagi pertama. baru kemarin kami berkenalan di Ospek ,Hari yang sama juga Aku keki dengan Nur Lia. Menu makan siangku tak lewat kerongkongan hanya buahnya yang ku makan.
Sekarang pelajaran sudah usai tinggal nunggu pemangangan..., Ibarat kata kita sedang menghitung mundur kemana takdir akan membawa kita. pelaturan juga mulai longgar. jam malam sudah tak berlaku. Jam belajar tak ada. Waktu yang tersisa kita yang punya.
Sebuah sapaan lembut membuatku urung untuk belok , senyum itu bersahabat meski baru berjumpa ,dia melambaikan tangan dan aku menurut duduk di beranda. Awalnya ku fikir dia adalah tamu barangkali ada perlu, seusai makan siang tadi kami papasan di perpus, aku tak sempat memperhatikan lebih lama pemberitahuan di pos satpam memanggil namaku.
"Ada apa Pak...?"tanyaku sesopan yang ku bisa.
"Tidak ada..., Saya hanya tak suka merasa sendiri. Kalo Mbaknya ga buru-buru. dan ga ganggu kita mendongeng...., Kancil dan buaya "Balasnya ramah, aku tersenyum cara bicaranya lucu.
" Bapak trainer..., Acara di Aula...? Tanyaku masih kaku, Aku tak tahu dia siapa. tapi perasaanku bilang dia bukan orang biasa meski kaos yang dipakainya sudah lusuh dan hanya memakai sandal jepit butut, badannya tinggi besar, perutnya gendut hitam mukanya aku kasih 6 itu juga masih dikurangi setengah.(jahatnya maksimal Hahaha) ga mikir muka sendiri juga ga kalah abstrak.
"Iya..., Kamu tahu..."Jawabnya terdengar senang ,mungkin merasa dikenal.
" Itu acara apaan sih ,Pak..., koq tadi aku lewat semua pesertanya nangis menjerit- jerit. kayak orang gila...,"
" Kami menyelenggarakan Training keseimbangan jiwa...,pesertanya pejabat teras Departemen Sosial..., Peristiwa tadi siang adalah rangkaian proses. Intinya supaya kita memiliki jiwa yang sehat kita harus bisa membebaskan diri. dari dendam...,kesedihan..., kebencian yang terlanjur mengendap di alam bawah sadar" Jelasnya pelan sembari menatapku pembicaraan terus berlanjut sepertinya pantatku terpaku. kita terlibat pembicaraan seru yang ada di Arena bukan hanya aku dan dia .Tapi sekarang sudah ada Rina Dan Evalia
Pembicaraan yang seru dan menurutku bermutu mengisi otakku pelan tanpa merasa bodoh dan terganggu. Mas Ika sebut saja begitu ,Banyak sekali memberi pencerahan dan pembekalan untuk siap hidup bebas bertarung dengan sang waktu. meski kadang bahasa nya ketinggian karena kita memang tak selevel. Dia bicara dengan bahasa kaum intelektual kelas tinggi,Tapi dia tetap tersenyum saat ku bilang" aku tidak mengerti..." menerjemahkan dengan bahasa yang kami fahami adalah yang dia lakukan setelah itu ,jelas dan detail. Ujungnya aku masih mengeluh pembicaraan ini ketinggian berat sekali kemudian dia menjawab" Simpan saja...,Bersama waktu kamu akan mengerti...,saat kamu menghadapi permasalahan mungkin pembicaraan kita akan menjadi titik terang dan membuka jalan menuju solusi "Ujarnya panjang lebar Aku menunduk ,Rina hampir mencela Eva tersenyum lucu ngeliat tukang protes nunduk."Nah begitu..., lebih manis...,Preman sekarang terlihat seperti perempuan..."Tukas Rina tak mampu menahan diri buat ngeledek.
"Ih...,apaan sih..., Jaim... Jaim," Kataku Sembari sok makin nunduk Eva tertawa ngakak. Mas Ika Juga terpingkal -pingkal tertawa.Kami cuma berempat tapi keramaian sudah seperti se Erte .Semakin malam Isi pembicaraan kami adalah ledekan ,curhat bebas tentang banyak hal. Tak ada lagi bahasa kaku. pembicaraan jadi dua arah bukan seperti dosen yang memberi ceramah umum ,tapi seperti dua orang teman yang sudah lama tak jumpa
Malam semakin Larut , Aku melihat lampu-lampu dikamar sudah mati. Barak putra semakin sepi tapi kami masih saja membuka bahasan baru yang membuat malas untuk meranjak pergi. Mataku menatap langit mencoba mencerna pelan apa yang ku dengar , Bulan purnama penuh sinarnya sejuk angin semilir tenang menyapu wajah
"Jam berapa sekarang...?"Tanyaku pada Mas Ika sekilas dia melirik arloji di tangannya
"12. 56..."
" Tanda kalo dia sudah nanya Jam..., sebentar lagi juga pamit tidur...,"Tukas Rina seperti menemukan sasaran empuk untuk kembali menjadikan aku bahan bahasan
Nyonya...,Sudah mengantuk...?"Tanya Mas Ika sepertinya dia memang selalu memperpanjang bahasan tentangku. Aku menggeleng cepat"Aku hanya merasa ada yang aneh dengan langit...,Bulannya makin lama tertutup awan...,mendung...,"Kataku sambil terus menatap langit...,rasanya juga beda...,sunyi,,, senyap,"Tiba tiba bulu kudukku merasa merinding.
"ga usah takut...., Ini biasa terjadi kalo sudah larut malam..." Kata Mas Ika tenang.Tapi dia juga menyentuh tengkuknya sendiri
" Iya Nya kamu khan ga pernah begadang...,waktu belajar jam sembilan tidur...,kalo malem minggu ,dia yang ngajak gadang tapi jam sebelas aku tidur duluan yah...."Ledek Rina sembari menirukan gaya bicaraku ,"Malam ini...,kita lanjut subuh...."Lanjutnya dengan nada menantang.Eva dan Mas Ika menatapku menunggu jawaban aku hanya menghela napas dan menganguk lesu.Tiga orang temanku bertepuk tangan aku yang merasa terperangkap keadaan hanya diam, langit yang ku tatap semakin mendung bulan tak terlihat dan itu mencekam...,bukan karena aku penakut atau tidak terbiasa ,Tapi memang suasananya tuh berbeda.
Mas Ika dan Rina semakin seru berbincang aku lebih banyak diam sekarang meskipun aku masih jadi bulan bulanan pembicaraan , Kalo Eva setahuku dia memang pendiam jadi dia lebih jadi pendengar yang pasip
Ada Aura Aneh...,Tapi aku memang tak mau bersikap aneh dan mengacaukan suasana. mengubah keseruan jadi ketakutan yang menyiksa
"Denger ga sih ...,kok ada suara anjing melorong begitu..."Kataku akhirnya.
" Iya...,"Rina menanggapi dengan wajah gelisah "Padahal di sini jauh dari pemukiman dan ga ada hutan..."
"tadi sore saya jalan-jalan ada anjing...,dipelihara di kampung sana...,"Ujar Mas Ika terdengar tenang tapi dia beranjak dari tempatnya berdiri sembari mengusap tangannya ,berjalan ga jelas mundar-mandir , keadaan berubah menyeramkan ,aku merasa tengkuk aku sedingin es. kaki seperti bersentuhan dengan bulu, Rina menggidik berkali-kali. Eva melipat tangan di dadanya seperti orang kedinginan. Tapi yang aneh tak ada yang melangkah pergi.
"Berdoa..., Baca apa yang kalian bisa..., Alloh tidak terbatas ruang dan waktu..., Kita ada diatas mereka..." Kata Mas Ika lantang.meski dia terus mondar-mandir ga jelas.
Kata -katanya seperti mampu menghipnotis pikiran , mulutku mulai komat-kamit niatnya baca Al falak , tapi bacaannya kacau ga jelas ngaco. bacaannya juga ga lancar , rasanya lidah ku kaku. Diantara ketakutan yang memuncak aku menarik nafas..."Ya...Alloh..."hanya itu yang keluar dari mulutku berulang ulang.
Suasana semakin mencekam ku dengar langkah kaki serupa tentara baris-berbaris .Tawa terbahak bahak rasanya tepat di depan telinga. aku juga mendengar suara perempuan menangis memilukan sekali
"Kuatkan hati... bacaan kita setajam pisau...,"Terdengar lagi suara Mas Ika Dia tetap mondar mandir tak jelas, tapi kata -kata yang lantang dan yakin seperti punya magis tersendiri , dia mengikuti bacaan ku...,"Ya..Allah..."Berulang dan makin kuat ,Rina dan Eva akhirnya juga mengikuti .kita 4 orang dalam satu bacaan."Ya Alloh..." bersahutan saling menguatkan ,Tapi suara -suara tanpa hujud juga makin terdengar gaduh Badanku rasanya di balut selimut terbuat dari es Bacaan tidak berganti meski kerongkongan terasa kering sakit sekali....,Bacaan memang terbata tapi hatiku tanpa sadar membacanya.."Ya Alloh...,tolong Aku..."Jeritku dalam ketidakberdayaan yang memilukan
Sesuatu yang menyekat kerongkongan rasanya lepas Bacaanku lidahku kembali normal bacaan terus bergema, suasana pelan-pelan jadi normal. tak ada suara tanpa rupa ,tak ada dingin yang menyiksa ,udara terasa lebih hangat "Alhsmdullilah...,"Mas Ika mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya..." Saya sering berurusan dengan orang stress dan gila , tapi malam ini bersama kalian saya berurusan dengan setan dan saya menang...!!!" Ungkapnya penuh dengan kepuasan senyumnya cerah sekali ,Rembulan yang tertutup awan kini kembali bersinar ,purnama penuh menampakan keindahannya , satu jam yang lalu aku melihatnya persis setting drama horor ,tapi sekarang angin yang lembut membelai rambut aku merasa jadi Salma Karammi Effendy yang diibaratkan sebagai patung penjaga taman oleh Kahlil Gibran dalam bukunya sayap-sayap patah ,"kalian tahu apa doa saya saat ketakutan tadi...?"Kata Mas Ika retoris "Saya berharap semoga kalian tidak lari meninggalkan saya sendirian. Kalian ke kamar itu dekat ,tapi jika saya harus ke bawah saya tidak yakin saya akan sampai dengan selamat "Katanya sambil senyum-senyum
"Aku tadinya mau lari...,Tapi ngeliat si Nyonya diem...,ku urungkan niat...,sebab kalo aku lari...,si Nyonya pasti ikut lari mending kalo ga jatoh...,jatoh kebentur besi...bahaya...,aku akan mati di ocehin ga beres-beres sama kakak- kakaknya"Kata Rina terkesan mengadu
"Trus kenapa Nyonya diam...,Mikirin Rina juga....?"Kejar Bapak itu membagi tatapan nya pada Rina aku dan Eva .
"Ga..., Kata -kata Rina benar. Jika saya lari saya akan celaka bukan karena dikejar setan..., tapi karena kecerobohan saya sendiri..., Bukan karena saya pemberani...,mati,,,.!Matiiilah hari ini... yang saya pikir tadi, setan itu tak pernah membunuh mereka hanya menakuti dan membohongi..., jika kita lari mereka menang....saya bukan orang yang suka dengan kekalahan...!!!"
"Lalu kenapa Eva...,Diam...?" Tanya Mas Ika sambari menatap wajah Evalia
"Saya diam..., Karena kalian diam..."Jawab Eva polos,
Kami kembali tertawa santai ,embun mulai turun hangat menyelimuti hati..., Mulai terdengar lirih bacaan alqur'an , aku merasa senang janji begadang akan tunai , Aku akan menang. panggilan subuh terdengar mushola adalah tujuan berikutnya ,sepakat melewatkan malam bersama mereguk ilmu yang tercecer dalam pembicaraan .mengantuk itu ternyata tidak bertamu saat pembicaraan menarik perhatianku.
Lepas subuh di hari itu ,aku masuk kamar berniat tidur kasihan sekali badanku terjaga sepanjang malam seperti satpam. Bos kecil masih terlelap di ranjang, dua ranjang sudah kosong, Anak NTT ,harus mengabdikan diri di daerahnya setelah tugas belajar selesai begitupun anak Bali, janji dinas harus dipenuhi bahwa akan pulang membangun daerah sendiri.
Ku bangunkan Putri Solo itu dengan menyentuh tangannya ."Maaf aku tak pulang semalam...,subuh dulu..."Kataku sebelum dia bertanya, mata nya mengerjap mengiyakan pelahan turun dari ranjang, aku menuju Bed ku menata bantal siap terlelap, "Jangan tidur Nya...,temani aku sarapan...,"Pinta si hitam cantik itu sambil memakai mukena . Aku mengangguk menatap langit -langit putih. aku mencoba melukis puluhan warna di sana dengan Imajinasiku
Bos kecil menanaskan air dengan pemanas listrik. aku menyiapkan roti dipoles selai kacang..., sejak kelas dikunci karena pelajaran selesai, dapur di tutup dan bukan sok kaya sarapan dengan roti ,karena hanya makanan itu yang bisa diawetkan di simpan di lemari bisa sampai 3 hari.khan ga asik udah laper masih harus wara-wiri .
Kami sarapan pagi berdua.Seperti biasanya dia selesaikan sarapannya sebelum teh nya habis lalu bersiap ke kamar mandi. tapi dia balik ke kamar dan memanggilku
"Nya...,Bapak yang semalam menunggu mu di depan..."Katanya sembari menatapku
"Aku tak punya janji apapun dengan dia...,"Kilah ku acuh.
" Temui dia..., bukankah kita harus berlaku baik pada tamu " Kata Bos kecil terdengar membujuk, aku pun merajuk dengan tatapan mataku .Teman baik ku itu tidak mengatakan apapun hanya tatap tajamnya terkesan memeritah. Kurapikan rambutku lalu kereguk sisa susu di gelasku
"Habiskan teh mu ...,tak baik menyisakan makanan ,karena berkahnya mungkin ada di tetesan terakhir ,Dia hanya tersenyum dan menganguk ,"Nya..., Dia orang asing...!!!" Pesan bos kecil sebelum ku tutup pintu dan mengambil sendal di rak sepatu
"Temani aku menghabiskan pagi ini....,"Kata mas Ika saat aku ada di hadapannya dan bertanya dengan tatap mata...
Ku jejeri langkahnya tanpa kata..., aku masih bingung harus memulai dari mana. Meski pun dia tak kaku. tapi aku tak ingin bertingkah semberono seperti malam tadi dia banyak bercerita. Pegawai balai yang berpapasan dengan kami menganguk hormat padanya. dan menatapku penuh tanda tanya. Mungkin mereka heran kenapa harus sama si preman bukankah si jenius juga belum pulang...,si cantik juga masih ada di kamarnya.
" Jadi apa che...?"Tanya Pak Uri dengan senyumnya saat kita bertemu di depan ruang Assesment
"Tour Guide ,Pak...!'Jawabku cepat sambil tertawa
"Saya pinjam Anaknya satu ,Pak" Tambah Mas Ika santai tapi Pak Uri menatap ku memberi mandat untuk menjawab, aku menarik napas mencari dengan cepat jawaban yang tepat "Boleh ya ,Pak...,asal masih di ruang terbuka...."Jawaban yang ku dapat hanya jawaban asal ternyata..., Dua lawan bicaraku tertawa. sekilas ku lihat Pak Uri tersenyum dan menganguk. memberi restu
" Kenapa harus di ruang terbuka... ," Mas Ika mulai membahas lagi celotehan ku dan itu sangat menyebalkan sebenarnya. Kalo sudah di dengar sudah ga usah di korek dan di perjelas toh aku juga bukan orang hebat.atau terdakwa yang sedang di introgasi.
"Karena kalo di ruang tertutup ceritanya akan berbeda..., satu kompi pasukan setan ada bersama kita...,"Jawabku terdengar asal tapi sesungguhnya aku mengatakan sesuatu yang serius
"Ini bedanya kamu ...,"Katanya sambil tersenyum tapi aku malas memperpanjang bahasan . aku berkonsentrasi pada jalan yang ku lalui. "Dimana kelasmu....?"Tanya nya kemudian.saat kami melewati Aula
"Masih jauh....,"Kataku sambil menunjuk dan berjalan di depannya berlari kecil di lapangan. Kita duduk di depan kelas mu "Katanya memberi kode dimana dia mau berhenti .aku duduk di beranda kelasku lalu dia duduk di dekatku memandang sekeliling ,ada yang hilang di sini di hatiku .menatap kekosongan mendung di mataku mengembang aku baru tahu kenapa aku ga mau main kesini , Ternyata aku belum siap dengan semuanya.
Mas Ika Menatapku membiarkan air mata mengalir .membiarkan aku melepaskan diri dari kesedihan yang ku tahan.
"Tatap sepuasmu..., karena suatu hari kau akan merindukan tempat ini..., mungkin akan ada takdir kamu datang lagi kemari tapi semua tak lagi sama ...,"Mas Ika mulai mencengkrankan kekuatan kata -katanya di jiwaku "Jika sudah dengarkan aku....,Tarik napasmu..., Pejamkan mata Tentukan tujuan hidupmu... sekarang!!!! Tujuan tertinggi adalah Tuhan." Katanya penuh kenyakinan
" Kenapa aku Harus melakukannya?" Tanyaku tanpa membuka mata
"Tujuan adalah nyawa...,jadi apapun kamu....kamu akan bertindak sesuai dengan tujuanmu dia adalah warna!!! ".Aku terdiam cukup lama , sebelum akhirnya ku buka mata perlahan , "Kuatkan kakimu..., kuatkan hatimu... fokus...!!!" Katanya sembari tersenyum menatap mataku yang kini sudah berbeda.
"Tugas ku selesai ,apa yang harus kau miliki sudah kau dapatkan .... kita pulang....!!!" Ajaknya kita pulang tanpa kata , Mas Ika masuk ke Aula menjalankan tugasnya sebagai trainer...,aku menemui Bos kecil. membantunya mengorganisir barang , Dan The End
Tos ah tutup lawang sigotaka....Assalamuallaikum Wr Wb
Sebuah sapaan lembut membuatku urung untuk belok , senyum itu bersahabat meski baru berjumpa ,dia melambaikan tangan dan aku menurut duduk di beranda. Awalnya ku fikir dia adalah tamu barangkali ada perlu, seusai makan siang tadi kami papasan di perpus, aku tak sempat memperhatikan lebih lama pemberitahuan di pos satpam memanggil namaku.
"Ada apa Pak...?"tanyaku sesopan yang ku bisa.
"Tidak ada..., Saya hanya tak suka merasa sendiri. Kalo Mbaknya ga buru-buru. dan ga ganggu kita mendongeng...., Kancil dan buaya "Balasnya ramah, aku tersenyum cara bicaranya lucu.
" Bapak trainer..., Acara di Aula...? Tanyaku masih kaku, Aku tak tahu dia siapa. tapi perasaanku bilang dia bukan orang biasa meski kaos yang dipakainya sudah lusuh dan hanya memakai sandal jepit butut, badannya tinggi besar, perutnya gendut hitam mukanya aku kasih 6 itu juga masih dikurangi setengah.(jahatnya maksimal Hahaha) ga mikir muka sendiri juga ga kalah abstrak.
"Iya..., Kamu tahu..."Jawabnya terdengar senang ,mungkin merasa dikenal.
" Itu acara apaan sih ,Pak..., koq tadi aku lewat semua pesertanya nangis menjerit- jerit. kayak orang gila...,"
" Kami menyelenggarakan Training keseimbangan jiwa...,pesertanya pejabat teras Departemen Sosial..., Peristiwa tadi siang adalah rangkaian proses. Intinya supaya kita memiliki jiwa yang sehat kita harus bisa membebaskan diri. dari dendam...,kesedihan..., kebencian yang terlanjur mengendap di alam bawah sadar" Jelasnya pelan sembari menatapku pembicaraan terus berlanjut sepertinya pantatku terpaku. kita terlibat pembicaraan seru yang ada di Arena bukan hanya aku dan dia .Tapi sekarang sudah ada Rina Dan Evalia
Pembicaraan yang seru dan menurutku bermutu mengisi otakku pelan tanpa merasa bodoh dan terganggu. Mas Ika sebut saja begitu ,Banyak sekali memberi pencerahan dan pembekalan untuk siap hidup bebas bertarung dengan sang waktu. meski kadang bahasa nya ketinggian karena kita memang tak selevel. Dia bicara dengan bahasa kaum intelektual kelas tinggi,Tapi dia tetap tersenyum saat ku bilang" aku tidak mengerti..." menerjemahkan dengan bahasa yang kami fahami adalah yang dia lakukan setelah itu ,jelas dan detail. Ujungnya aku masih mengeluh pembicaraan ini ketinggian berat sekali kemudian dia menjawab" Simpan saja...,Bersama waktu kamu akan mengerti...,saat kamu menghadapi permasalahan mungkin pembicaraan kita akan menjadi titik terang dan membuka jalan menuju solusi "Ujarnya panjang lebar Aku menunduk ,Rina hampir mencela Eva tersenyum lucu ngeliat tukang protes nunduk."Nah begitu..., lebih manis...,Preman sekarang terlihat seperti perempuan..."Tukas Rina tak mampu menahan diri buat ngeledek.
"Ih...,apaan sih..., Jaim... Jaim," Kataku Sembari sok makin nunduk Eva tertawa ngakak. Mas Ika Juga terpingkal -pingkal tertawa.Kami cuma berempat tapi keramaian sudah seperti se Erte .Semakin malam Isi pembicaraan kami adalah ledekan ,curhat bebas tentang banyak hal. Tak ada lagi bahasa kaku. pembicaraan jadi dua arah bukan seperti dosen yang memberi ceramah umum ,tapi seperti dua orang teman yang sudah lama tak jumpa
Malam semakin Larut , Aku melihat lampu-lampu dikamar sudah mati. Barak putra semakin sepi tapi kami masih saja membuka bahasan baru yang membuat malas untuk meranjak pergi. Mataku menatap langit mencoba mencerna pelan apa yang ku dengar , Bulan purnama penuh sinarnya sejuk angin semilir tenang menyapu wajah
"Jam berapa sekarang...?"Tanyaku pada Mas Ika sekilas dia melirik arloji di tangannya
"12. 56..."
" Tanda kalo dia sudah nanya Jam..., sebentar lagi juga pamit tidur...,"Tukas Rina seperti menemukan sasaran empuk untuk kembali menjadikan aku bahan bahasan
Nyonya...,Sudah mengantuk...?"Tanya Mas Ika sepertinya dia memang selalu memperpanjang bahasan tentangku. Aku menggeleng cepat"Aku hanya merasa ada yang aneh dengan langit...,Bulannya makin lama tertutup awan...,mendung...,"Kataku sambil terus menatap langit...,rasanya juga beda...,sunyi,,, senyap,"Tiba tiba bulu kudukku merasa merinding.
"ga usah takut...., Ini biasa terjadi kalo sudah larut malam..." Kata Mas Ika tenang.Tapi dia juga menyentuh tengkuknya sendiri
" Iya Nya kamu khan ga pernah begadang...,waktu belajar jam sembilan tidur...,kalo malem minggu ,dia yang ngajak gadang tapi jam sebelas aku tidur duluan yah...."Ledek Rina sembari menirukan gaya bicaraku ,"Malam ini...,kita lanjut subuh...."Lanjutnya dengan nada menantang.Eva dan Mas Ika menatapku menunggu jawaban aku hanya menghela napas dan menganguk lesu.Tiga orang temanku bertepuk tangan aku yang merasa terperangkap keadaan hanya diam, langit yang ku tatap semakin mendung bulan tak terlihat dan itu mencekam...,bukan karena aku penakut atau tidak terbiasa ,Tapi memang suasananya tuh berbeda.
Mas Ika dan Rina semakin seru berbincang aku lebih banyak diam sekarang meskipun aku masih jadi bulan bulanan pembicaraan , Kalo Eva setahuku dia memang pendiam jadi dia lebih jadi pendengar yang pasip
Ada Aura Aneh...,Tapi aku memang tak mau bersikap aneh dan mengacaukan suasana. mengubah keseruan jadi ketakutan yang menyiksa
"Denger ga sih ...,kok ada suara anjing melorong begitu..."Kataku akhirnya.
" Iya...,"Rina menanggapi dengan wajah gelisah "Padahal di sini jauh dari pemukiman dan ga ada hutan..."
"tadi sore saya jalan-jalan ada anjing...,dipelihara di kampung sana...,"Ujar Mas Ika terdengar tenang tapi dia beranjak dari tempatnya berdiri sembari mengusap tangannya ,berjalan ga jelas mundar-mandir , keadaan berubah menyeramkan ,aku merasa tengkuk aku sedingin es. kaki seperti bersentuhan dengan bulu, Rina menggidik berkali-kali. Eva melipat tangan di dadanya seperti orang kedinginan. Tapi yang aneh tak ada yang melangkah pergi.
"Berdoa..., Baca apa yang kalian bisa..., Alloh tidak terbatas ruang dan waktu..., Kita ada diatas mereka..." Kata Mas Ika lantang.meski dia terus mondar-mandir ga jelas.
Kata -katanya seperti mampu menghipnotis pikiran , mulutku mulai komat-kamit niatnya baca Al falak , tapi bacaannya kacau ga jelas ngaco. bacaannya juga ga lancar , rasanya lidah ku kaku. Diantara ketakutan yang memuncak aku menarik nafas..."Ya...Alloh..."hanya itu yang keluar dari mulutku berulang ulang.
Suasana semakin mencekam ku dengar langkah kaki serupa tentara baris-berbaris .Tawa terbahak bahak rasanya tepat di depan telinga. aku juga mendengar suara perempuan menangis memilukan sekali
"Kuatkan hati... bacaan kita setajam pisau...,"Terdengar lagi suara Mas Ika Dia tetap mondar mandir tak jelas, tapi kata -kata yang lantang dan yakin seperti punya magis tersendiri , dia mengikuti bacaan ku...,"Ya..Allah..."Berulang dan makin kuat ,Rina dan Eva akhirnya juga mengikuti .kita 4 orang dalam satu bacaan."Ya Alloh..." bersahutan saling menguatkan ,Tapi suara -suara tanpa hujud juga makin terdengar gaduh Badanku rasanya di balut selimut terbuat dari es Bacaan tidak berganti meski kerongkongan terasa kering sakit sekali....,Bacaan memang terbata tapi hatiku tanpa sadar membacanya.."Ya Alloh...,tolong Aku..."Jeritku dalam ketidakberdayaan yang memilukan
Sesuatu yang menyekat kerongkongan rasanya lepas Bacaanku lidahku kembali normal bacaan terus bergema, suasana pelan-pelan jadi normal. tak ada suara tanpa rupa ,tak ada dingin yang menyiksa ,udara terasa lebih hangat "Alhsmdullilah...,"Mas Ika mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya..." Saya sering berurusan dengan orang stress dan gila , tapi malam ini bersama kalian saya berurusan dengan setan dan saya menang...!!!" Ungkapnya penuh dengan kepuasan senyumnya cerah sekali ,Rembulan yang tertutup awan kini kembali bersinar ,purnama penuh menampakan keindahannya , satu jam yang lalu aku melihatnya persis setting drama horor ,tapi sekarang angin yang lembut membelai rambut aku merasa jadi Salma Karammi Effendy yang diibaratkan sebagai patung penjaga taman oleh Kahlil Gibran dalam bukunya sayap-sayap patah ,"kalian tahu apa doa saya saat ketakutan tadi...?"Kata Mas Ika retoris "Saya berharap semoga kalian tidak lari meninggalkan saya sendirian. Kalian ke kamar itu dekat ,tapi jika saya harus ke bawah saya tidak yakin saya akan sampai dengan selamat "Katanya sambil senyum-senyum
"Aku tadinya mau lari...,Tapi ngeliat si Nyonya diem...,ku urungkan niat...,sebab kalo aku lari...,si Nyonya pasti ikut lari mending kalo ga jatoh...,jatoh kebentur besi...bahaya...,aku akan mati di ocehin ga beres-beres sama kakak- kakaknya"Kata Rina terkesan mengadu
"Trus kenapa Nyonya diam...,Mikirin Rina juga....?"Kejar Bapak itu membagi tatapan nya pada Rina aku dan Eva .
"Ga..., Kata -kata Rina benar. Jika saya lari saya akan celaka bukan karena dikejar setan..., tapi karena kecerobohan saya sendiri..., Bukan karena saya pemberani...,mati,,,.!Matiiilah hari ini... yang saya pikir tadi, setan itu tak pernah membunuh mereka hanya menakuti dan membohongi..., jika kita lari mereka menang....saya bukan orang yang suka dengan kekalahan...!!!"
"Lalu kenapa Eva...,Diam...?" Tanya Mas Ika sambari menatap wajah Evalia
"Saya diam..., Karena kalian diam..."Jawab Eva polos,
Kami kembali tertawa santai ,embun mulai turun hangat menyelimuti hati..., Mulai terdengar lirih bacaan alqur'an , aku merasa senang janji begadang akan tunai , Aku akan menang. panggilan subuh terdengar mushola adalah tujuan berikutnya ,sepakat melewatkan malam bersama mereguk ilmu yang tercecer dalam pembicaraan .mengantuk itu ternyata tidak bertamu saat pembicaraan menarik perhatianku.
Lepas subuh di hari itu ,aku masuk kamar berniat tidur kasihan sekali badanku terjaga sepanjang malam seperti satpam. Bos kecil masih terlelap di ranjang, dua ranjang sudah kosong, Anak NTT ,harus mengabdikan diri di daerahnya setelah tugas belajar selesai begitupun anak Bali, janji dinas harus dipenuhi bahwa akan pulang membangun daerah sendiri.
Ku bangunkan Putri Solo itu dengan menyentuh tangannya ."Maaf aku tak pulang semalam...,subuh dulu..."Kataku sebelum dia bertanya, mata nya mengerjap mengiyakan pelahan turun dari ranjang, aku menuju Bed ku menata bantal siap terlelap, "Jangan tidur Nya...,temani aku sarapan...,"Pinta si hitam cantik itu sambil memakai mukena . Aku mengangguk menatap langit -langit putih. aku mencoba melukis puluhan warna di sana dengan Imajinasiku
Mengapa Gajah selalu abu-abu
Kenapa tak kau buat merah jambu
Atau lukislah dia dengan rona...
Apapun warna yang kau mau
Mungkin Ragamu terikat
Lidahmu tersekat
Tapi biarkan Imajinasimu...
Melanglang buana menjelajah waktu
Mengapa menghitung harus ber urut
Mengapa membaca harus dari depan
cobalah mengejanya di pertengahan
Berhitunglah dengan dikalikan
Tak haram jika berbeda
Jangan takut jika tak sama
Bukankah Unik mu
Itulah kamu
Bos kecil menanaskan air dengan pemanas listrik. aku menyiapkan roti dipoles selai kacang..., sejak kelas dikunci karena pelajaran selesai, dapur di tutup dan bukan sok kaya sarapan dengan roti ,karena hanya makanan itu yang bisa diawetkan di simpan di lemari bisa sampai 3 hari.khan ga asik udah laper masih harus wara-wiri .
Kami sarapan pagi berdua.Seperti biasanya dia selesaikan sarapannya sebelum teh nya habis lalu bersiap ke kamar mandi. tapi dia balik ke kamar dan memanggilku
"Nya...,Bapak yang semalam menunggu mu di depan..."Katanya sembari menatapku
"Aku tak punya janji apapun dengan dia...,"Kilah ku acuh.
" Temui dia..., bukankah kita harus berlaku baik pada tamu " Kata Bos kecil terdengar membujuk, aku pun merajuk dengan tatapan mataku .Teman baik ku itu tidak mengatakan apapun hanya tatap tajamnya terkesan memeritah. Kurapikan rambutku lalu kereguk sisa susu di gelasku
"Habiskan teh mu ...,tak baik menyisakan makanan ,karena berkahnya mungkin ada di tetesan terakhir ,Dia hanya tersenyum dan menganguk ,"Nya..., Dia orang asing...!!!" Pesan bos kecil sebelum ku tutup pintu dan mengambil sendal di rak sepatu
"Temani aku menghabiskan pagi ini....,"Kata mas Ika saat aku ada di hadapannya dan bertanya dengan tatap mata...
Ku jejeri langkahnya tanpa kata..., aku masih bingung harus memulai dari mana. Meski pun dia tak kaku. tapi aku tak ingin bertingkah semberono seperti malam tadi dia banyak bercerita. Pegawai balai yang berpapasan dengan kami menganguk hormat padanya. dan menatapku penuh tanda tanya. Mungkin mereka heran kenapa harus sama si preman bukankah si jenius juga belum pulang...,si cantik juga masih ada di kamarnya.
" Jadi apa che...?"Tanya Pak Uri dengan senyumnya saat kita bertemu di depan ruang Assesment
"Tour Guide ,Pak...!'Jawabku cepat sambil tertawa
"Saya pinjam Anaknya satu ,Pak" Tambah Mas Ika santai tapi Pak Uri menatap ku memberi mandat untuk menjawab, aku menarik napas mencari dengan cepat jawaban yang tepat "Boleh ya ,Pak...,asal masih di ruang terbuka...."Jawaban yang ku dapat hanya jawaban asal ternyata..., Dua lawan bicaraku tertawa. sekilas ku lihat Pak Uri tersenyum dan menganguk. memberi restu
" Kenapa harus di ruang terbuka... ," Mas Ika mulai membahas lagi celotehan ku dan itu sangat menyebalkan sebenarnya. Kalo sudah di dengar sudah ga usah di korek dan di perjelas toh aku juga bukan orang hebat.atau terdakwa yang sedang di introgasi.
"Karena kalo di ruang tertutup ceritanya akan berbeda..., satu kompi pasukan setan ada bersama kita...,"Jawabku terdengar asal tapi sesungguhnya aku mengatakan sesuatu yang serius
"Ini bedanya kamu ...,"Katanya sambil tersenyum tapi aku malas memperpanjang bahasan . aku berkonsentrasi pada jalan yang ku lalui. "Dimana kelasmu....?"Tanya nya kemudian.saat kami melewati Aula
"Masih jauh....,"Kataku sambil menunjuk dan berjalan di depannya berlari kecil di lapangan. Kita duduk di depan kelas mu "Katanya memberi kode dimana dia mau berhenti .aku duduk di beranda kelasku lalu dia duduk di dekatku memandang sekeliling ,ada yang hilang di sini di hatiku .menatap kekosongan mendung di mataku mengembang aku baru tahu kenapa aku ga mau main kesini , Ternyata aku belum siap dengan semuanya.
Mas Ika Menatapku membiarkan air mata mengalir .membiarkan aku melepaskan diri dari kesedihan yang ku tahan.
"Tatap sepuasmu..., karena suatu hari kau akan merindukan tempat ini..., mungkin akan ada takdir kamu datang lagi kemari tapi semua tak lagi sama ...,"Mas Ika mulai mencengkrankan kekuatan kata -katanya di jiwaku "Jika sudah dengarkan aku....,Tarik napasmu..., Pejamkan mata Tentukan tujuan hidupmu... sekarang!!!! Tujuan tertinggi adalah Tuhan." Katanya penuh kenyakinan
" Kenapa aku Harus melakukannya?" Tanyaku tanpa membuka mata
"Tujuan adalah nyawa...,jadi apapun kamu....kamu akan bertindak sesuai dengan tujuanmu dia adalah warna!!! ".Aku terdiam cukup lama , sebelum akhirnya ku buka mata perlahan , "Kuatkan kakimu..., kuatkan hatimu... fokus...!!!" Katanya sembari tersenyum menatap mataku yang kini sudah berbeda.
"Tugas ku selesai ,apa yang harus kau miliki sudah kau dapatkan .... kita pulang....!!!" Ajaknya kita pulang tanpa kata , Mas Ika masuk ke Aula menjalankan tugasnya sebagai trainer...,aku menemui Bos kecil. membantunya mengorganisir barang , Dan The End
Tos ah tutup lawang sigotaka....Assalamuallaikum Wr Wb
Tatuuttt aku 😂😂😂
ReplyDeletekabur....
Delete