Perintah tanpa alasan
Argumen
Atau sebuah penjelasan
Yang dia tahu
Hanya harus
Tak punya frasa
Tepat
Agar kau percaya
Lemah langkah gontai tanpa tenaga, naik keruang gelap, lelahnya meraja tapi begitu sampai diatas berlindung disela kayu bersama Anak-anaknya yang masih berwarna merah muda, tenang, tak ada peluh tak ada keluh yang ada hanya gemuruh bahagia saat sepuluh Anaknya berebut minta susu
Mulut mereka yang gemericit tak henti, bagai genderang penyemangat aku harus kuat hidup sampai besok, sampai nanti Anak-anaku bisa mencari makan sendiri, Induk tikus lupa pada kakinya yang terkena duri, saat berjuang lepas dari cengkraman ular sawah tadi pagi
Dia juga lupa kalo Dia memakan sedikit padi beracun yang di pasang Pak tani. Lelah sekali hari ini, tapi begitu sampai di sarang, Anaknya yang masih merah menyambut bersuka cita karena Dia pulang ,bahagianya tak terkata,
Dia menggulung Anaknya,menggigit kecil buntutnya,hingga mereka menjerit kesakitan,dua Anaknya bertengger di kepala,yang empat menjilati tubuhnya, empat lainnya berlarian berkejaran dengan saudaranya
Di sarang yang gelap. tempatnya bersandar dari lelah, dia tak bisa tidur dengan lelap ketakutannya selalu ada, urar sawah suka pada anaknya yang masih merah, malam saat semua terlelap tidur dia menyeret daun dan ranting kecil kesarang, daun di tumpuk untuk menyembunyikan anaknya yang tertidur, ranting dibawa supaya mereka bisa mengasah gigi besok pagi.
Belajar menggigit menghantam dan mengoyak, agar saat dia mungkin mati besok pagi. Dia sudah siapkan sarang nyaman untuk mereka, melatih mereka membela diri tidak Cuma bisa berlari, kebanggaan baginya jika satu atau dua anaknya mampu menggigit kepala ular, bukan untuk mengalahkan tapi membela diri adalah sebuah keharusan, mati konyol bukan sebuah pilihan. Pasrah juga bukan tradisi keluarganya, tikus yang bersarang di sela kayu.
Matahari dan nyanyian burung- burung membangunkan si Induk Tikus, membuka mata lalu semangat kembali berlari , kesawah yang kemarin penuh dangan padi, mungkin Dia bertemu Ular dan jebakan petani tapi hari ini dia akan berhati hati
Induk tikus pulang dengan senang, perutnya penuh anaknya akan kenyang, Dia senang anaknya sibuk menggigit ranting yang semalam Dia siapkan, Tapi satu anaknya tertidur pulas dengan malas. Saat di tegur Anaknya menjawab dengan ringan “ Kenapa aku harus menggigiti ranting sementara makananku adalah ikan dan danging”. Induk tikus sedih dengan jawaban anaknya tapi Dia hanya berlalu..., mulutnya diam, Dia tak bisa mengatakan apapun hanya matanya kini yang mendung, sedih membayangkan apa yang akan terjadi pada Anaknya, yang kembali lelap, satu dua hari Anaknya yang satu itu hanya tidur, sampai di hari ketiga, Anaknya itu datang sambil menangis padanya ”Aku tak bisa makan sebab mulutku sulit ku buka,...”katanya dengan sudah payah,induk tikus tergenyak gigi anaknya sudah memanjang, keluar melebihi mulutnya.
Inilah kesulitan yang kemarin Dia takutkan, anaknya akan mati karena kelaparan, semua sudah terlambat, Si anak tikus meratap dalam lapar,dia mati pelan –pelan ,giginya terus memanjang, sampai maut menjemput bukan karena digigit Ular, atau karena ranjau Pak tani.tapi karena kemalasannya mengasah gigi..Selesai
pelajaran yang baik semoga dapat kita ambil dari cerita ini...terima kasih sudah mampir.... lihat juga sudut lain rumahku yah
Argumen
Atau sebuah penjelasan
Yang dia tahu
Hanya harus
Tak punya frasa
Tepat
Agar kau percaya
Cerita induk tikus dan 10 anaknya
Lemah langkah gontai tanpa tenaga, naik keruang gelap, lelahnya meraja tapi begitu sampai diatas berlindung disela kayu bersama Anak-anaknya yang masih berwarna merah muda, tenang, tak ada peluh tak ada keluh yang ada hanya gemuruh bahagia saat sepuluh Anaknya berebut minta susu
Mulut mereka yang gemericit tak henti, bagai genderang penyemangat aku harus kuat hidup sampai besok, sampai nanti Anak-anaku bisa mencari makan sendiri, Induk tikus lupa pada kakinya yang terkena duri, saat berjuang lepas dari cengkraman ular sawah tadi pagi
Dia juga lupa kalo Dia memakan sedikit padi beracun yang di pasang Pak tani. Lelah sekali hari ini, tapi begitu sampai di sarang, Anaknya yang masih merah menyambut bersuka cita karena Dia pulang ,bahagianya tak terkata,
Dia menggulung Anaknya,menggigit kecil buntutnya,hingga mereka menjerit kesakitan,dua Anaknya bertengger di kepala,yang empat menjilati tubuhnya, empat lainnya berlarian berkejaran dengan saudaranya
Di sarang yang gelap. tempatnya bersandar dari lelah, dia tak bisa tidur dengan lelap ketakutannya selalu ada, urar sawah suka pada anaknya yang masih merah, malam saat semua terlelap tidur dia menyeret daun dan ranting kecil kesarang, daun di tumpuk untuk menyembunyikan anaknya yang tertidur, ranting dibawa supaya mereka bisa mengasah gigi besok pagi.
Belajar menggigit menghantam dan mengoyak, agar saat dia mungkin mati besok pagi. Dia sudah siapkan sarang nyaman untuk mereka, melatih mereka membela diri tidak Cuma bisa berlari, kebanggaan baginya jika satu atau dua anaknya mampu menggigit kepala ular, bukan untuk mengalahkan tapi membela diri adalah sebuah keharusan, mati konyol bukan sebuah pilihan. Pasrah juga bukan tradisi keluarganya, tikus yang bersarang di sela kayu.
Matahari dan nyanyian burung- burung membangunkan si Induk Tikus, membuka mata lalu semangat kembali berlari , kesawah yang kemarin penuh dangan padi, mungkin Dia bertemu Ular dan jebakan petani tapi hari ini dia akan berhati hati
Induk tikus pulang dengan senang, perutnya penuh anaknya akan kenyang, Dia senang anaknya sibuk menggigit ranting yang semalam Dia siapkan, Tapi satu anaknya tertidur pulas dengan malas. Saat di tegur Anaknya menjawab dengan ringan “ Kenapa aku harus menggigiti ranting sementara makananku adalah ikan dan danging”. Induk tikus sedih dengan jawaban anaknya tapi Dia hanya berlalu..., mulutnya diam, Dia tak bisa mengatakan apapun hanya matanya kini yang mendung, sedih membayangkan apa yang akan terjadi pada Anaknya, yang kembali lelap, satu dua hari Anaknya yang satu itu hanya tidur, sampai di hari ketiga, Anaknya itu datang sambil menangis padanya ”Aku tak bisa makan sebab mulutku sulit ku buka,...”katanya dengan sudah payah,induk tikus tergenyak gigi anaknya sudah memanjang, keluar melebihi mulutnya.
Inilah kesulitan yang kemarin Dia takutkan, anaknya akan mati karena kelaparan, semua sudah terlambat, Si anak tikus meratap dalam lapar,dia mati pelan –pelan ,giginya terus memanjang, sampai maut menjemput bukan karena digigit Ular, atau karena ranjau Pak tani.tapi karena kemalasannya mengasah gigi..Selesai
pelajaran yang baik semoga dapat kita ambil dari cerita ini...terima kasih sudah mampir.... lihat juga sudut lain rumahku yah
nice story :)
ReplyDeletealhamdulilah
DeleteMenginspirasi
ReplyDeletealhamdulilah tujuanku tercapai
Deletesampai maut menjemput bukan karena digigit ular,atau karena ranjau pak tani.tapi karena kemalasannya mengasah gigi
ReplyDeletejangan malas bekerja kalau ingin sukses ????
betul kan ???
betul sekali... cuma saya mengatakan dengan cara yang berbeda
Deletegood gan, i like it...
ReplyDeleteso thankyou Ayudia
Deletenice gan,,
ReplyDeleteterimakasih banyak
DeleteNice Gan...
ReplyDeleteterimakasih mirsandi
ReplyDeleteKalau dilihat dari cerita diatas, U berbakat jadi pengarang cerpen, tapu Cara penulisannya perlu diperbaiki. Berhubung krna ceritanya gw suka jadi gw kasih aja 3 bintang ★★★ dan 3 jempol 👍👍👍.
ReplyDeletesaya akan terus belajar terimakasih untuk 3 jempol dan 3 bintang bos
DeleteBisa di bikin novel nih, ceritanya sangat menginspiratif serta mengandung makna dan pesan yg bagus
ReplyDeletenovel insya alloh dalam proses,,,doanya saja
Deletebagus nih tekunin aja gan, sapa tau bisa bikin novel bersambung ntar di blognya
ReplyDeleteterima kasih untuk doa dan dukungannya
Deletekata-katanya indah banget, serius menyentuh
ReplyDeletewow... tersanjung aku
DeleteGood Story, Kak ^-^
ReplyDeletethanks for bagoes
Deletemenginspirani agar makin saya sama ibu. lain kali buat cerita tentang "payung teduh - resah"
ReplyDeleteteimakasih kata kuncu untuk idenya tunggu saja yah
DeleteKeren banget teh cicih sangat menginspirasi ��������
ReplyDeleteTeruslah berkarya teh cicih...
iya,,, insya alloh iman firmansyah jangan kapok main kemari yaa
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteInpiring ka :)
ReplyDeletexxrerain.blogspot.com
makasih sayang
ReplyDelete