Di cerita yang lalu kita berkenalan dengan seorang anak muda unik yang bekerja sebagai pemulung... dan sekarang kita akan simak kelanjutanya,buat yang belum membaca kisah awalnya silahkan baca dulu biar ngalir... seperti air .... yuk ah cus
Tergoda dalam diam, merenungi sinar bulan yang kian meredup menuju bulan baru, tatapan kosong menyaksikan kuasaMu ya Robb.tak ada yang kuasa penuh terhadap sesuatu kecuali Engkau, tak ada daun yang jatuh tanpa izinMu.
Setiap tarikan nafas hanya milikMu, hanya ingin sandarkan resah padaMu, tak mampu sungguh tak mampu menjaga diri Untuk utuh padaMu, MilikMu selalu selamanya.
Diam bukan berarti beku dan tak tahu, diam adalah jalan yang kupilih untuk menekuri segala kehendak takdir yang kualami saat ini.Tinggal dirumah petak yang kumuh sebagai pencari barang bekas. Kadang kufikir ini bukan hidupku ini bukan aku Faisal Darmawan.
Sendiri yang sedang ku jalani membawa ingatanku pada seorang wanita dengan kerutan penuh dikening dan bawah mata, tatapan sayu yang lembut membuatku tak mampu menolak semua kehendaknya. Ku tinggalkan hidupku jika Dia sudah merajuk manja bilang Aku sudah tak punya waktu.Tak punya waktu...,itu benar aku memang kekurangan waktu.menejemen sebaik apa tetap saja Aku terkubur dalam kata “ sibuk ”.
Malam minggu. Aku menatap mata perempuanku kali ini Dia juga mengeluh padaku tentang pekerjaan yang membuatku lalai tak lagi mengiriminya pesan manis penuh cinta sekedar tanya kabar. Aku memeluknya, dan pertanyaan lain membuatku tertengun lama tak punya jawaban.
“Kapan kamu menikah, Nak...?” Katanya pelan tapi jelas” Perempuan mana yang sedang dekat denganmu...?” Lanjutnya lagi tatapan penuh selidik.membuatku tertunduk.
“Tidak ada Buk...” Hanya itu Jawabanku. Aku semakin dalam menyembunyikan wajahku. Ku genggam jemari ibuku, Tapi kemudian tanganku bergetar. Mata tua ibuku mengalirkan butir bening.kesedihan.
“Sampai kapan, Nak...?” Kata itu terdengar begitu perih. Tak cukupkah waktu sepuluh tahun untuk mengobati lukamu".
“Saya tidak memerlukan perempuan lain, Buk...,saya sudah punya Ibu dan itu cukup.” Kataku sambil mencium kening Ibuku lalu bangkit meninggalkannya. Aku tak ingin memperpanjang pembicaraan tentang perempuan, aku malas. Kusibukan diri dengan file-file yang menumpuk di laptopku.
Aku tertegun melihat pintu kamar ibu tertutup rapat, konsentrasiku sudah buyar moodku berantakan, bayangan mata ibu yang mendung membebaniku. Lebih berat dari tugas untuk memberi makan 50 anak asuhku. memenuhi kebutuhan sandang pangan papan mereka.juga pendidikan. yang semakin hari semakin mahal.Aku ikhlas banting tulang.
Aku tertidur di meja kerja, dibangunkan ibu tepat jam 05. dengan mata yang masih sulit ku buka berwudhu dan subuhan, aku kembali tertidur diatas sajadah. dan Ibuku membiarkannya.
Jam 10 aroma terasi goreng menggoda perutku yang lapar, ku masuki dapur, Aku mendapati Bahtiar menata makanan di meja, pepes ikan sambal dan lalapan lengkap. Membuat ilerku menetes tanpa sengaja. Aku duduk dan Ibu segera mengalaskan nasi untukku. Bahtiar duduk menikmati makanan bersama kami. Bahtiar adalah anak Asuhku yang setiap hari juga membantu Ibu mengurus rumah dan anak- anak, Dia adalah awal mula panti asuhan yang kukelola,Anak cerdas putus sekolah karena bapaknya pergi merantau tak pulang- pulang.
Dia jadi tukang sol sepatu. Untuk mengambung hidup. Ibu tak tega melihatnya, karena kemauan Ibuku. Aku menjadi orang tua asuhnya.Usahaku berkembang pesat setelah memiliki dia, Aku jadi ketagihan membantu anak- anak putus sekolah, Awalnya mereka tinggal bersama orang tuanya. Tapi lama kelamaan aku punya kemampuan untuk menanggung penuh kehidupan mereka. Tak harus menikah dan menjadi ayah, Aku sudah dipanggil ayah. Semangat kerjaku terus terpacu, bisnisku menggurita mungkin karena doa mereka dan doa Ibuku yang menjaga sholat dhuha. Alloh menganugrahkanku rizki yang lebih dari cukup.Uangku tak habis karena diberikan, Hartaku tak sirna disedekahkan.
Ibu bilang tinggal satu yang kurang..., teman tidur. Aku hanya diam. Tak punya kata yang tepat untuk menjawab. Sakit itu kembali membebaniku. Tanpa ku katakan Ibuku memahaminya. Dia juga tak bisa memaksaku saat aku hanya diam dengan mata mendung lalu menghindar untuk menyudahi percakapan. Hanya air mata yang mengatakan segala keresahannya. Doa yang disetiap sujudnya hanya satu perempuan yang ditakdirkan untukku.
Seusai makan itu, Ibu mengungkapkan keinginannya lagi Bahtiar jadi pendengar. Aku hanya menatap wajah tua itu tanpa kata
“Carilah perempuan itu, Nak..., Perempuan dalam mimpi Ibu, Seorang perempuan yang mengikatkan tali rami di tanganmu. Perempuan itu menyuruhmu menganti baju abu –abu yang kau pakai...”.
“Kemana Saya harus melangkah Buk..., Ibu yang bermimpi...?” Tanyaku pasrah, Bingung dengan pemikiran ibuku.
“Carilah ke arah Kiblat dari rumah kita, karena itu yang di katakanya saat kamu bertanya tentang rumahnya, dalam mimpi Ibu”
“Bagaimana Ibu yakin dengan mimpi..., mimpi itu hanya bunga tidur Ibu...?” Kataku mencoba menggungkapkan pemikiranku.Sekarang giliran Ibu yang diam,
“Tapi Ayah mimpi dari orang menjaga wudhu sebelum tertidur, itu adalah petunjuk, karena setan tidak akan mendekati seorang hamba yang sengaja berwudhu sebelum tidur. itu bukan mimpi Palsu ayah...” Kata Bahtiar aku diam tapi hatiku membenarkan.
“Baiklahlah akan kulakukan untuk Ibu..., beri waktu seminggu dulu, aku akan bicarakan urusan pekerjaanku pada orang –orang kepercayaanku, doakan aku buk, semoga orang yang ku pilih amanah. Ibuku mengangguk senang... Bismilah... berkahi langkah ya alloh jika ini adalah perintahmu melalui lidah ibuku. Perempuan yang paling ku sayangi dan ku hormati,,,, Bersambung
Tunggu lagi kelanjutannya yaa,,, penasaran khan? banyak pertanyaan pasti perlu banyak jawaban mangkanya sering kemari yaa,,,, see you dear Assalammuallaikum
Impian Ibuku
Aku tidak punya waktu
Untuk siapapun
Aku tidak menuruti siapapun
Kecuali perintahmu
Ibu
Untuk siapapun
Aku tidak menuruti siapapun
Kecuali perintahmu
Ibu
Tergoda dalam diam, merenungi sinar bulan yang kian meredup menuju bulan baru, tatapan kosong menyaksikan kuasaMu ya Robb.tak ada yang kuasa penuh terhadap sesuatu kecuali Engkau, tak ada daun yang jatuh tanpa izinMu.
Setiap tarikan nafas hanya milikMu, hanya ingin sandarkan resah padaMu, tak mampu sungguh tak mampu menjaga diri Untuk utuh padaMu, MilikMu selalu selamanya.
Diam bukan berarti beku dan tak tahu, diam adalah jalan yang kupilih untuk menekuri segala kehendak takdir yang kualami saat ini.Tinggal dirumah petak yang kumuh sebagai pencari barang bekas. Kadang kufikir ini bukan hidupku ini bukan aku Faisal Darmawan.
Sendiri yang sedang ku jalani membawa ingatanku pada seorang wanita dengan kerutan penuh dikening dan bawah mata, tatapan sayu yang lembut membuatku tak mampu menolak semua kehendaknya. Ku tinggalkan hidupku jika Dia sudah merajuk manja bilang Aku sudah tak punya waktu.Tak punya waktu...,itu benar aku memang kekurangan waktu.menejemen sebaik apa tetap saja Aku terkubur dalam kata “ sibuk ”.
Malam minggu. Aku menatap mata perempuanku kali ini Dia juga mengeluh padaku tentang pekerjaan yang membuatku lalai tak lagi mengiriminya pesan manis penuh cinta sekedar tanya kabar. Aku memeluknya, dan pertanyaan lain membuatku tertengun lama tak punya jawaban.
“Kapan kamu menikah, Nak...?” Katanya pelan tapi jelas” Perempuan mana yang sedang dekat denganmu...?” Lanjutnya lagi tatapan penuh selidik.membuatku tertunduk.
“Tidak ada Buk...” Hanya itu Jawabanku. Aku semakin dalam menyembunyikan wajahku. Ku genggam jemari ibuku, Tapi kemudian tanganku bergetar. Mata tua ibuku mengalirkan butir bening.kesedihan.
“Sampai kapan, Nak...?” Kata itu terdengar begitu perih. Tak cukupkah waktu sepuluh tahun untuk mengobati lukamu".
“Saya tidak memerlukan perempuan lain, Buk...,saya sudah punya Ibu dan itu cukup.” Kataku sambil mencium kening Ibuku lalu bangkit meninggalkannya. Aku tak ingin memperpanjang pembicaraan tentang perempuan, aku malas. Kusibukan diri dengan file-file yang menumpuk di laptopku.
Aku tertegun melihat pintu kamar ibu tertutup rapat, konsentrasiku sudah buyar moodku berantakan, bayangan mata ibu yang mendung membebaniku. Lebih berat dari tugas untuk memberi makan 50 anak asuhku. memenuhi kebutuhan sandang pangan papan mereka.juga pendidikan. yang semakin hari semakin mahal.Aku ikhlas banting tulang.
Aku tertidur di meja kerja, dibangunkan ibu tepat jam 05. dengan mata yang masih sulit ku buka berwudhu dan subuhan, aku kembali tertidur diatas sajadah. dan Ibuku membiarkannya.
Jam 10 aroma terasi goreng menggoda perutku yang lapar, ku masuki dapur, Aku mendapati Bahtiar menata makanan di meja, pepes ikan sambal dan lalapan lengkap. Membuat ilerku menetes tanpa sengaja. Aku duduk dan Ibu segera mengalaskan nasi untukku. Bahtiar duduk menikmati makanan bersama kami. Bahtiar adalah anak Asuhku yang setiap hari juga membantu Ibu mengurus rumah dan anak- anak, Dia adalah awal mula panti asuhan yang kukelola,Anak cerdas putus sekolah karena bapaknya pergi merantau tak pulang- pulang.
Dia jadi tukang sol sepatu. Untuk mengambung hidup. Ibu tak tega melihatnya, karena kemauan Ibuku. Aku menjadi orang tua asuhnya.Usahaku berkembang pesat setelah memiliki dia, Aku jadi ketagihan membantu anak- anak putus sekolah, Awalnya mereka tinggal bersama orang tuanya. Tapi lama kelamaan aku punya kemampuan untuk menanggung penuh kehidupan mereka. Tak harus menikah dan menjadi ayah, Aku sudah dipanggil ayah. Semangat kerjaku terus terpacu, bisnisku menggurita mungkin karena doa mereka dan doa Ibuku yang menjaga sholat dhuha. Alloh menganugrahkanku rizki yang lebih dari cukup.Uangku tak habis karena diberikan, Hartaku tak sirna disedekahkan.
Ibu bilang tinggal satu yang kurang..., teman tidur. Aku hanya diam. Tak punya kata yang tepat untuk menjawab. Sakit itu kembali membebaniku. Tanpa ku katakan Ibuku memahaminya. Dia juga tak bisa memaksaku saat aku hanya diam dengan mata mendung lalu menghindar untuk menyudahi percakapan. Hanya air mata yang mengatakan segala keresahannya. Doa yang disetiap sujudnya hanya satu perempuan yang ditakdirkan untukku.
Seusai makan itu, Ibu mengungkapkan keinginannya lagi Bahtiar jadi pendengar. Aku hanya menatap wajah tua itu tanpa kata
“Carilah perempuan itu, Nak..., Perempuan dalam mimpi Ibu, Seorang perempuan yang mengikatkan tali rami di tanganmu. Perempuan itu menyuruhmu menganti baju abu –abu yang kau pakai...”.
“Kemana Saya harus melangkah Buk..., Ibu yang bermimpi...?” Tanyaku pasrah, Bingung dengan pemikiran ibuku.
“Carilah ke arah Kiblat dari rumah kita, karena itu yang di katakanya saat kamu bertanya tentang rumahnya, dalam mimpi Ibu”
“Bagaimana Ibu yakin dengan mimpi..., mimpi itu hanya bunga tidur Ibu...?” Kataku mencoba menggungkapkan pemikiranku.Sekarang giliran Ibu yang diam,
“Tapi Ayah mimpi dari orang menjaga wudhu sebelum tertidur, itu adalah petunjuk, karena setan tidak akan mendekati seorang hamba yang sengaja berwudhu sebelum tidur. itu bukan mimpi Palsu ayah...” Kata Bahtiar aku diam tapi hatiku membenarkan.
“Baiklahlah akan kulakukan untuk Ibu..., beri waktu seminggu dulu, aku akan bicarakan urusan pekerjaanku pada orang –orang kepercayaanku, doakan aku buk, semoga orang yang ku pilih amanah. Ibuku mengangguk senang... Bismilah... berkahi langkah ya alloh jika ini adalah perintahmu melalui lidah ibuku. Perempuan yang paling ku sayangi dan ku hormati,,,, Bersambung
Tunggu lagi kelanjutannya yaa,,, penasaran khan? banyak pertanyaan pasti perlu banyak jawaban mangkanya sering kemari yaa,,,, see you dear Assalammuallaikum
Mbk cicih suka cerpen juga ya? Aku juga suka. Cerpennya bgus mbk, dtunggu sambungnnya. Hee
ReplyDeleteMbk cicih suka cerpen juga ya? Aku juga suka. Cerpennya bgus mbk, dtunggu sambungnnya. Hee
ReplyDeleteiya suka banget sering ke sini ya
DeleteSampai baca berulang - ulang mbah cicih cerpen nya, hihii terhipnotis seperti nya
ReplyDeleteKamu ada-ada aza deh
Deletesangat bermanfaat :)
ReplyDeleteMakasih say
Deletenice mbk, lanjutkan!! :)
ReplyDeleteAsik juga tulisannya, kebetulan juga saya ada. Coba buka di menu Celotehan Inspiratif di web saya.
ReplyDeleteok tunggu pasti datang
Deleteini aku bacanya kebalik... Part II dulu baru part 1 :D
ReplyDeletega apa yang penting asik hehehe
Deletenice post, semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang lain
ReplyDeleteAmien makasih sudah berkunjung
Deleteucapkan bismillah ketika ingin melakukan sesuatu
ReplyDeletebenar biar berkah
Deletebagus jalan ceritanya,, ditunggu nextnya ya.. :)
ReplyDeleteok...sering maen kesini ya
Delete