Ini adalah cerita bersambung baru tentang seorang manusia yang mencari arti hidup dan jati diri
Di terik yang membakar, debu angkuh berterbangan, sesekali angin semilir memanjakan lelah yang meraja, memberi sedikit nafas. Sang segala maha mengajari hambanya bahwa yang sedikit juga berharga, seperti sepoy angin yang nikmat terasa saat berjumbu dengan panas mentari di tengah hari.
Aku denganmu ya Robb, mengijak bumimu mencari berkah, hikmah dan harapan kiranya sesuap nasi dapat kau beri dengan jalan begini, hina katanya, mengais rezeki dengan cara ini, tapi bukankah manusia adalah mahluk yang hina, kami terlahir tak tahu apa-apa, dan engkau yang mengajari kami bagaimana menarik nafas. Dan menangis kencang, kata orang itu takdir kemampuan alami tapi jika di telisik lagi itulah keagungan kasih sang maha pemberi
Masjid ini begitu megah, gerbang kembar dihias batu alam, halamannya ditempeli keramik kasar, terasnya keramik putih ukuran besar berpagar stenlis steell, dia jadi bagunan terluas dilingkungannya, bersanding dengan kantor kelurahan dan alun- alun yang kurang lebih sama ukuran kemewahannya Rumah disekitarnya cukup untuk memberi tanda padaku ini wilayah yang penduduknya cukup sejahtera.
Ku ambil gelas plastik bekas ku masukan kekarung.yang bertengger di punggungku, perutku mulai berbunyi minta diisi, aku memegang perutku”berpuasalah 20 menit lagi, setelah dzuhur ku penuhi hakmu”kataku seperti berbicara pada temanku, aku melihat matahari sudah masuk waktu dzuhur,maka itu aku putuskan untuk menepi di masjid ini,kubuka sepatu bututku ku basuh kaki sebelum ku injak terasnya yang putih bersih,berwudhu dan mengganti pakaiaku sebelum ku masuki bagian dalamnya,beruntung aku hari ini pintu masjid tak dikunci.
Tak sampai 1 menit bel berdentang tanda kalo waktu sholat sudah tiba, tapi tak ada orang lain disini, hanya ada aku dan statusku hanya tamu, hanya musafir yang singgah menumpang istirahat barang sejenak.
Kulirik lagi jam 10’ berjalan tetap tak ada yang datang, Akhirnya ku putuskan untuk adzan, tak baik tanda itu terus di tunda sebab sebaik-baik sholat adalah yang dikerjakan di awal waktunya jika telah tiba, lalu jika adzannya terlambat salah siapa?
Selesai adzan seorang lelaki paruh baya menghampiriku sambil tersenyum, tatapanya ramah tapi penuh tanya.
“Maaf saya lancang pak...,” kataku kikuk, ya meskipun mengumandangkan adzan adalah kewajiban tapi tatakrama mengajariku untuk tidak melanggar kebiasaan
“Tidak mengapa, Nak..., saya baru melihatmu,apakah kau baru pindah kemari?” Tanya lelaki paruh baya yang kumisnya sudah memutih. mata tuanya menatap lembut namun teliti melihat tamu asing yang dia temui.
“Saya hanya singgah dan ikut beristirahat Pak” Jawabku pelan aku mencoba mengerti tatapannya yang menyelidik, beliau menganguk menatap kearah pintu berharap kiranya ada orang lain yang datang ikut berjamaah, tapi harapan dijawab dengan hempasan nafasnya sendiri.
“Jadilah imamku aku ingin dipimpin seorang anak muda... ” Katanya sembari memberi tanda padaku aku hendak menolak tapi beliau berujar lagi dari adzan yang kau kumandangkan aku tahu kamu mampu.katanya penuh harap akhirnya aku langkahkan kakiku keposisi imam, Pak tua tadi mengumandangkan Iqomat suaranya lembut sekali.
Seusai sholat kulangkahkan kaki keluar, Pak tua yang mengaku sebagai penjaga masjid menjajari langkahku. Dia bercerita tentang kerisauanya. Tentang umat yang bersemangat membangun masjid yang megah tapi enggan untuk datang beribadah. Aku hanya diam mendengar tak berani mengiyakan atau menyanggah Aku menyimpan jawabanku dihati dan otakku, Ku biarkan Dia menyaksikan Aku makan, nasi dan telor dadar menjadi menu makan siangku, tapi Aku menyegerakan makanku dan pamit pergi saat beliau mulai menanyakan Asal-usulku, Aku sudah menjawabnya tapi sepertinya beliau tidak begitu percaya, kalo Aku hanya seorang pemulung karena proyekku bangkrut Aku merugi, kisaran uang yang hilang milyaran , rumah dan aset-asetku disita bank, Aku sedang jatuh sejatuh-jatuhnya, apa Aku harus jujur tentang segalanya pada orang baru dan baru pertama bertemu.Itu tak mungkin bukandan aku tak nyaman di tanyai seperti seorang pesakitan
Pak tua itu mengantarku dengan tatapannya saat Ku pakai lagi baju pemulungku,dan pertemuan kami berakhir dengan ucapan salam,
Aku sengaja membiarkan ribuan tanya memenuhi fikirannya,
Siapa aku pria muda bernama Darma, dengan kulit putih bersih, menurutnya aku tak pantas jadi seorang pemulung.tanganku yang halus menandakan aku tak pernah bekerja kasar, jari lentik.... dan bacaan sholatku semuanya menunjukan hal yang berbeda, itu celotehnya yang terus terdengar menemaniku memulung hari ini. ” Tolong ibu doakan anakmu semoga semuanya berakhir baik ” Pintaku dalam hati bersambung
Itulah persembahan dari rumah kata baru permulaan jadi hanya perkenalan jangan lupa simpan linknya kata kuncinya rumah kata untuk memudahkanmu mampir kemari dan membaca yang selanjutnya see u Assallammualaikum soudaraku
Persinggahan Terbaik
Di terik yang membakar, debu angkuh berterbangan, sesekali angin semilir memanjakan lelah yang meraja, memberi sedikit nafas. Sang segala maha mengajari hambanya bahwa yang sedikit juga berharga, seperti sepoy angin yang nikmat terasa saat berjumbu dengan panas mentari di tengah hari.
Aku denganmu ya Robb, mengijak bumimu mencari berkah, hikmah dan harapan kiranya sesuap nasi dapat kau beri dengan jalan begini, hina katanya, mengais rezeki dengan cara ini, tapi bukankah manusia adalah mahluk yang hina, kami terlahir tak tahu apa-apa, dan engkau yang mengajari kami bagaimana menarik nafas. Dan menangis kencang, kata orang itu takdir kemampuan alami tapi jika di telisik lagi itulah keagungan kasih sang maha pemberi
Masjid ini begitu megah, gerbang kembar dihias batu alam, halamannya ditempeli keramik kasar, terasnya keramik putih ukuran besar berpagar stenlis steell, dia jadi bagunan terluas dilingkungannya, bersanding dengan kantor kelurahan dan alun- alun yang kurang lebih sama ukuran kemewahannya Rumah disekitarnya cukup untuk memberi tanda padaku ini wilayah yang penduduknya cukup sejahtera.
Ku ambil gelas plastik bekas ku masukan kekarung.yang bertengger di punggungku, perutku mulai berbunyi minta diisi, aku memegang perutku”berpuasalah 20 menit lagi, setelah dzuhur ku penuhi hakmu”kataku seperti berbicara pada temanku, aku melihat matahari sudah masuk waktu dzuhur,maka itu aku putuskan untuk menepi di masjid ini,kubuka sepatu bututku ku basuh kaki sebelum ku injak terasnya yang putih bersih,berwudhu dan mengganti pakaiaku sebelum ku masuki bagian dalamnya,beruntung aku hari ini pintu masjid tak dikunci.
Tak sampai 1 menit bel berdentang tanda kalo waktu sholat sudah tiba, tapi tak ada orang lain disini, hanya ada aku dan statusku hanya tamu, hanya musafir yang singgah menumpang istirahat barang sejenak.
Kulirik lagi jam 10’ berjalan tetap tak ada yang datang, Akhirnya ku putuskan untuk adzan, tak baik tanda itu terus di tunda sebab sebaik-baik sholat adalah yang dikerjakan di awal waktunya jika telah tiba, lalu jika adzannya terlambat salah siapa?
Selesai adzan seorang lelaki paruh baya menghampiriku sambil tersenyum, tatapanya ramah tapi penuh tanya.
“Maaf saya lancang pak...,” kataku kikuk, ya meskipun mengumandangkan adzan adalah kewajiban tapi tatakrama mengajariku untuk tidak melanggar kebiasaan
“Tidak mengapa, Nak..., saya baru melihatmu,apakah kau baru pindah kemari?” Tanya lelaki paruh baya yang kumisnya sudah memutih. mata tuanya menatap lembut namun teliti melihat tamu asing yang dia temui.
“Saya hanya singgah dan ikut beristirahat Pak” Jawabku pelan aku mencoba mengerti tatapannya yang menyelidik, beliau menganguk menatap kearah pintu berharap kiranya ada orang lain yang datang ikut berjamaah, tapi harapan dijawab dengan hempasan nafasnya sendiri.
“Jadilah imamku aku ingin dipimpin seorang anak muda... ” Katanya sembari memberi tanda padaku aku hendak menolak tapi beliau berujar lagi dari adzan yang kau kumandangkan aku tahu kamu mampu.katanya penuh harap akhirnya aku langkahkan kakiku keposisi imam, Pak tua tadi mengumandangkan Iqomat suaranya lembut sekali.
Seusai sholat kulangkahkan kaki keluar, Pak tua yang mengaku sebagai penjaga masjid menjajari langkahku. Dia bercerita tentang kerisauanya. Tentang umat yang bersemangat membangun masjid yang megah tapi enggan untuk datang beribadah. Aku hanya diam mendengar tak berani mengiyakan atau menyanggah Aku menyimpan jawabanku dihati dan otakku, Ku biarkan Dia menyaksikan Aku makan, nasi dan telor dadar menjadi menu makan siangku, tapi Aku menyegerakan makanku dan pamit pergi saat beliau mulai menanyakan Asal-usulku, Aku sudah menjawabnya tapi sepertinya beliau tidak begitu percaya, kalo Aku hanya seorang pemulung karena proyekku bangkrut Aku merugi, kisaran uang yang hilang milyaran , rumah dan aset-asetku disita bank, Aku sedang jatuh sejatuh-jatuhnya, apa Aku harus jujur tentang segalanya pada orang baru dan baru pertama bertemu.Itu tak mungkin bukandan aku tak nyaman di tanyai seperti seorang pesakitan
Pak tua itu mengantarku dengan tatapannya saat Ku pakai lagi baju pemulungku,dan pertemuan kami berakhir dengan ucapan salam,
Aku sengaja membiarkan ribuan tanya memenuhi fikirannya,
Siapa aku pria muda bernama Darma, dengan kulit putih bersih, menurutnya aku tak pantas jadi seorang pemulung.tanganku yang halus menandakan aku tak pernah bekerja kasar, jari lentik.... dan bacaan sholatku semuanya menunjukan hal yang berbeda, itu celotehnya yang terus terdengar menemaniku memulung hari ini. ” Tolong ibu doakan anakmu semoga semuanya berakhir baik ” Pintaku dalam hati bersambung
Itulah persembahan dari rumah kata baru permulaan jadi hanya perkenalan jangan lupa simpan linknya kata kuncinya rumah kata untuk memudahkanmu mampir kemari dan membaca yang selanjutnya see u Assallammualaikum soudaraku
cerbungnya penuh kata-kata pujangga, saya yakin yang punya blog ini anak sastra :) . jadiin buku dan terbitkan saja kalau bisa
ReplyDeletesaya hanya penyuka kata teman bukan pujangga jadi tak perlu menyanjungku begitu aku malu...
DeleteBagus banget ceritanya. Coba d bkin komik
ReplyDeleteinsya alloh terimakasih telah berkunjung
Deletebagus kak, ditunggu lanjutannya
ReplyDeletesering kemari aza yaa
Deleteakhirannya menyentuh hati, ditunggu cerita lanjutannya
ReplyDeletewow makasih sering kemari ya
Delete