Beda
Angin dingin musim hujan menerpa, dedaunan bergoyang begitu anggun kadang sampai meranggas, mengering karena terik mentari, tapi tak protes mereka pasrah dengan alur takdir sang pemberi, titah suci untuk menghias hamparan bumi memberi Nafas untuk setiap mahluk yang dicipta dengan sayang dan kehendaknya.
Tidakkah kita malu dengan tanah yang tak marah meskipun berat beban menjadi tempat berpijak, tetap teguh menanggung, mencoba diam bersabar sampai saatnya tiba.
Perempuan muda menata rambutnya sebelum berhijab, subuh sudah lewat tapi duha belum waktunya, dia mematut diri dengan doa dalam hati semoga kali ini gusti alloh memberinya takdir yang baik.
Suaminya sudah bolak-balik tak sabar menantinya berdandan,
“ Mandi satu jam.... pake baju satu jam, ngaca lagi satu jam... cantiknya tetep segitu doang... ” " Rungutnya asal sembari mengambil perlengkapan yang akan dibawa, membenahinya dimotor, yang sejak tadi dipanasi. Perempuan berkerudung tosca dengan baju senada meninggalkan cermin lantas pamit pada Mimih yang menatapnya. Dengan mata tua yang penuh harap.
“ Amin....” Ucapnya saat putri dan menantunya meminta doa sebelum pamit berkendara bersama udara pagi yang masih hangat.
Ini bukan perjalanan mereka yang pertama, 2 tahun menikah.setahunnya dia lewati dalam keadaan sakit, bukan sakit fisik tapi kata orang dia terkena guna-guna mantan pacarnya, ah entahlah kita sudah ada di milenium ke tiga, masih gitu ada yang mau melakukan praktek jahiliyah, dipercaya ga punya bukti ga dipercaya dia sendiri yang merasa, hidupnya seperti diikuti, terus diawasi mimpi buruk hampir setiap hari,
Perjalanan sudah separuhnya, matahari kian meninggi, Dia sudah mengeluh pegal tapi Suaminya bilang perjalanan tinggal sebentar, dari tadi jawabanya sebentar dan sebentar tapi ko ga nyampe –nyampe bikin bete
Motornya berhenti di sebuah warung membeli air mineral sebotol besar, perempuan itu hanya diam meskipun tak mengerti, kemudian kembali jalan masuk ke mulut gang dan berhenti di sebuah rumah, memarkir di halaman kemudian mengucap salam perempuan yang sebaya dengannya tersenyum ramah sambil mempersilahkan masuk.
Makanan di meja masih banyak maklum mereka bertamu dua minggu setelah idul fitri
Mata perempuan itu memutar menatap setiap sudut. Tak ada yang aneh , ga ada bau menyan atau tempelan dinding berupa senjata ayat atau mantera-mantera, hanya jam dinding dan sebingkai foto keluarga. Pikiranya mulai jalan sendiri mungkin suaminya salah rumah mungkin dia akan diperkenakan dengan calon madunya, dia harus tahu diri perempuan yang sakit-sakitan sering kesurupan, bahkan orang yang mulutnya ditumbuhi cabe bilang dia mulai edan karena bisa melihat apa yang tidak dilihat orang.
“ Rukiahnya kita lakukan bada dzuhur ya..., sekarang tanggung kalian istirahat aza dulu. Ucap tuan rumah yang sibuk menyiapkan jamuan makan untuk kami, tatapan si sakit tertuju pada perempuan itu, jadi ini toh orangnya yang akan berusaha menyingkirkan sihir dari tubuhnya, ragu karena dia tak seperti” orang pinter” dandanan modis, nada bicaranya santai bahkan cenderung gaul , membuatnya tidak merasa sedang bicara dengan orang pinter, mulutnya tidak terlihat komat-kamit, tangannya tak sibuk menghitung butiran tasbih,
Maklumklah sejak sakit, setiap orang pintar yang direkomendasikan orang dia datangi, entah berapa kali dia dipayungi keris dimandikan air kembang atau di suruh mandi dimuara sungai dan tempat -tempat angker lainnya,
Rumah mereka juga biasanya terpencil bau menyan melati atau minyak wangi beraroma aneh yang katanya dibeli di Mekah Mesir atau Turki.tapi rumah ini baunya sama dengan rumahnya, bau pembersih lantai warna pink yang sangat disukainya, Acesorisnya juga berbeda, tak pakai cincin batu,atau gelang-gelang serupa tambang yang menakutkan, gayanya malah serupa dengan dia sendiri yang tak suka berhijab dengan banyak hiasan dan printilan pokoknya pas banget.
“ Teh... kok rumahnya ga di tempelin Ayat kursi..., katanya Ayat kursi itu bagus buat penjagaan biar ga dimasukin jin...?” Tanya si sakit akhirnya rasa penasaran membuatnya memberanikan diri untuk bertanya
“Ga ah sayang temboknya rusak terlalu banyak paku...," Katanya mengejutkan, jawaban itu membuat kedua tamu terhenyak, jawaban yang jauh dari sangkaannya,
“Saya tidak membawa kembang teh sebab Adik saya bilang tidak perlu membawa apa –apa, cukup bawa air mineral, apa teteh sudah menyiapkannya, jadi kami harus membeli disini,,.?” Tanya sang lelaki juga penasaran maklumlah orang pinter biasanya meminta syarat kembang dan sesaji, yang kadang aneh dan susah dicari. Hari kedatangannya juga biasanya punya pantangan tapi dia santai kapan aza silahkan datang ,
“Tuan rumah tertawa ngakak mendengar pertanyaan- pertanyaan tamunya,kemudian menarik-Nafas berkali-kali sesekali bibirnya tersenyum lucu menatap dua tamunya bergantian lalu berucap santai.
“Ada lagi....?, saya jawab pertanyaan kalian seusai rukiah..., katanya sambil beranjak berwudhu, dan sholat dzuhur, tanpa membuka mukenanya dia menyuruh tamunya segera sholat,
Si kerudung tosca kembali tertegun saat perempuan yang katanya pinter siap merukiahnya seusai dzuhuran,suaminya diminta menemani katanya biar ada saksi,tak ada yang di siapkan dia hanya berpesan pasrahkan dirimu hanya pada alloh mintalah pertolongan alloh. Ikutilah bacaannya....
Setelah itu punggungnya mulai di sentuh dengan tangan yang di balut mukena, dia mulai membaca ,ayat-ayat yang mudah diikuti, tak ada mantra atau bacaan rahasia, semuanya dapat di dengar, kalo mau muntah jangan di tahan katanya disela- sela bacaannya yang tenang, tidak berlagu tapi nyaman didengar, sementara si sakit mulai bertarung dengan gejolak dalam dirinya, seperti meronta –ronta kakinya ingin berlari tapi dia melawannya, dua kekuatan dasyat beradu, tubuhnya terasa panas, tapi raganya menggigil seperti kedinginan, semakin lama semakin kuat, perempuan di belakangnya memeluk sambil terus membaca kadang pelan,kadang kuat kadang sayup,di sela nafasnya yang terengah-engah.tubuhnya serasa ringan tak berdaya, dia seperti digoncang begitu cepat, tak mampu mendengar apa yang baca terafisnya ,tapi hatinya reflek menjerit kiranya alloh menghancurkan kekuatan setan yang selama ini mengendalikan dirinya, sampai akhirnya dia mendengar ledakan bersama itu tubuhnya tumbang mulutnya menyemburkan isi perut, dengan bau yang sangat menjijikan, badannya terasa ringan hatinya plong tak ada ketakutan atau was-was yang selalu menguntitnya, reflek dia mengucap takbir sebagai ungkapan syukur, dia juga sebenarnya tak tahu apa yang di syukurinya, dia hanya merasa dirinya sudah bebas perlahan dia membuka mata, menatap sang terafis yang masih berbalut mukena keringat mengucur membasahi kening dan pipinya, diapun masih sibuk mengatur nafasnya, perlahan si tosca mengalihkan pandang pada suaminya, lelaki itu duduk bersila memejamkan mata, pipinya basah karena tangis, di gengamnya erat jemari hitam itu, tangan yang selama ini tangguh memeluknya, tetap ada untuknya walau banyak yang menyarankan padanya,isteri sakit-sakitan mending ceraikan saja toh anak juga belum punya belum ada yang memberatkan. Walau kadang mulutnya nyakitin ga disekolahin. Dia baru membuka mata saat teteh membagunkannya, dan menyuruhnya kerja bakti membersihkan kamarnya dari muntahan tadi, sementara istrinya berbaring di kasur menikmati kebebasanya.
Rukiah selesai kamar sudah kembali bersih mereka kembali duduk santai sembari menikmati cemilan yang tersaji,
“teh...,soal Ayat kursi...” tagih sang tamu penasaran keyakinannya pada perempuan ini sudah 1000 % sebab buktinya sudah dia rasakan sendiri.
“Masih harus kujelaskan....?” Tanyanya sambil tertawa nyeleneh santai.” Ayat itu dibaca ...dipelajari....,diamalkan dengan penuh keyakinan bukan ditempelin hanya jadi hiasan dinding,” jelasnya pelan tapi muka tamunya terasa tertampar, malu...sekali.
"Kalo soal kembang... dan jimat kalian tadi sudah lihat aku tak memakainya...," Kata teteh kemudian “kalo punya kembang mending dirangkai lumayan buat mengucapkan selamat kepada orang kaya, sebulan pasti balik modal...”lanjutnya diakhiri terkekeh tawanya ringan.
“yang harus kamu lakukan sekarang... adalah menjaga amalanmu perbaiki sholatmu..., jika itu semua dijaga alloh akan menjagamu....” pesannya sebelum mereka pamit pergi, dia menolak amplop yang disiapkan tamunya dengan nada canda...,” aku bukan penjual ayat alloh, alloh sudah mencukupkan rizkiku..., katanya serius membuat sang tamu tertegun dan memeluk haru, kekuasaan alloh tersaji indah di depan matanya, melalui seorang perempuan yang lebih cerdas ustadzah. Alloh mengbulkan doanya bukan karena keindahan bacaannya tapi karena keimanannya, kemulyaan tidak diukur dari pakaian tapi perangai yang menyenangkan...cermin dari keluhuran budi dan kemulyaan ahlak selesai
cerita ini hanya fiksi, jadi tokohnya tak usah kalian cari cukup ambil saja hadiah kecil yang ku sajikan untuk bekal pulang, aku hanya penyuka kata yang ingin tersenyum pada kalian semua...,salam sayang untuk semuanya,,, Assalamualaikum
alineanya kok ada spasi atau memang gak ada spasinya
ReplyDeletememang maunya format penulisannya rata kiri kanan,bos
Deleteceritanya itu bener terjadi apa hanya karangan
ReplyDeletebiarkan itu jadi rahasia author ya boleh khan
Delete“yang harus kamu lakukan sekarang... adalah menjaga amalanmu perbaiki sholatmu...,jika itu semua dijaga alloh akan menjagamu....” (Kata-kata ini keren teh, kaya quote gitu) Hehe.
ReplyDeleteBtw thanks ya tadi udah mampir di andihdyt.blogspot.com
Sukses selalu. :)
silahkan lakukan agar terpelihara
Delete