Kejutan Terindah
Di episode yang lalu, Kinar dan Arda berhasil membuat para penggemar cerita ini baper, mereka mengghabiskan waktu berdua dengan makan malam romantis.
Lanjut, Yuk terusin bacanya
Setiap perjalanan terhenti di tujuan
Ombak tenang di bibir pantai
Burung pulang ke sangkar
Rasa berjumpa sang pencinta
Kekasih tenang dekat kekasihnya.
Matahari yang timbul dan tenggelam mengajari kita tentang cobaan dan harapan. Malam adalah kehampaan dan pagi adalah hangat harapan, bermimpilah saat sepi dan sendiri, hujudkan semuanya di pagi hari. Mungkin tak mudah karena setiap jalan adalah ujian. Mahluk hanya wajib berusaha maksimal biarkan sang Khalik yang memberi imbalan.
3 bulan berselang, setelah acara makan malam. Ibu Risma sibuk dengan sulaman-sulamannya. Memang tak banyak karena promosinya hanya dari mulut ke mulut. Tapi itu sudah membuatnya terlihat lebih segar. Semangatnya tumbuh, rasa percaya dirinya juga semakin tinggi.
Dirinyaa merasa berguna, bukan lagi benalu yang membebani pundak Kinar.
Hari ini bukan minggu, tapi Kinar berada di rumah menemani ibunya, dia senang melihat jemari Bu Risma yang lincah dan semakin cepat.
“Bu, kapan sih sebenarnya Ibu belajar menyulam, setahu Ki, Ibu dulu tak bisa menyulam?”
“Ibu baru belajar, melihat you tube dari HP kamu saat kamu masih tidur.”
“Kapan, Itu?”
“Setiap kamu shif malam, habis subuhan tidur. Saat itu Ibu menonton you tube. Terus berulang-ulang sampai ibu mengingatnya di luar kepala. Lalu berusaha mencari membeli bahan dengan sisa uang belanja. Aktifitas ibu setelah itu adalah latihan,latihan, dan latihan.”
“Ibu tidak beristirahat berarti?”
“Ibu tetap disiplin minum obat dan istirahat, Ibu takut di marahin kamu, kalau sampe sakit”
“Aaaah, Ibu. Memang kapan aku marah?” Kinar tersenyum
“ Saat kamu diam saja dan bicara seperlunya, itu marahmu,Ki.
“Habisnya Ibu nakal, nggak bisa di bilangin.”
“Ibu sekarang, baik ya, Ki?”
Ibu baik, cantik lagi, sekarang wajah Ibu segar efek makan buah ya, Bu.Maap ya Bu, Ki tidak mampu membelikan Ibu buah.” Suara Kinar mengiba. Mata Ibu Risma berkabut mendung. Dipeluknya gadis cantik sangat erat. Ada haru yang menyelinap ke lubuk hatinya” Ibu tak minta lebih banyak sayang apa yang kamu lakukan untuk kita sudah lebih dari cukup, Ki”
“Sungguh, Ibu?”
“Iya,sayang. Kau lebih dari yang ibu mau”
“Bu, Ki bantu jual ya sulamannya.”
“Kamu nggak kerja?”
“Tetap kerja, Bu, Ki jualin nya secara online.”
“Maksudnya? Ibu kok nggak ngerti, Ki?”
“Ah, Ibu.Tahu youtube, tapi nggak faham jualan online. Masih kudet berarti, nanti kalau Ki tidur ibu cari di Google apa itu jualan online. Jika Ibu sudah faham Ki, akan berusaha membelikan Ibu HP baru.”
“Serius. Hp itu mahal lo, Ki.”
Kinar mengangguk mantap sambil tersenyum , dia seperti melihat matahari terbit, dan kemudian menembus dedaunan di hutan, menghangatkan tanah di bawahnya yang selama ini ditumbuhi lumut.
Beban tak lagi seberat dulu, senyum ibu sudah membuat hatinya terasa hangat
Restaurant yang tak mewah tapi nyaman untuk berbincang, Kinar menikmati jus jambu yang di pesannya sambil menunggu. Berulang kali di lihatnya HP. Satu jam duduk sendiri tapi Arda yang ditunggunya tak ada kabar, biasanya lelaki itu tak begini meski singkat apapun chatnya pasti di jawab. Sedangkan ini di baca tanpa di jawab. Kinar menarik napas berat karena kesal. Ada perasaan khawatir juga yang hinggap di hatinya. Tapi yang lebih menyiksa adalah perasaan curiga yang hadir begitu saja. Sophia yang bermata besar selalu berhasil membuat moodnya jadi tak baik.
Jus tinggal sedikit, makanan kecil di piring juga tinggal sisa. Kiran hampir saja berdiri dan pergi.tapi niatnya batal.Arda yang ditunggunya memasuki restaurant bersama seorang perempuan. Gaun cokelat muda dan rambut nya yang sengaja di tata.
“maap membuatmu lama menunggu. Mama dandan lama sekali, katanya mau ketemu calon mantu jadi harus rapi” kata arda tersenyum meredakan amarah kekasihnya yang kesal. Perempuan yang bersama Arda tersenyum lalu menjabat tangan Kinar dengan hangat. Lalu mereka duduk santai bertiga memesan makanan yang mereka suka.
Saat makan Tante Mirna terus memperhatikan pergelangan tangan Kinar seperti mengingat sesuatu. Lalu dia bertanya dengan lembut
“Kinar, tante boleh tahu nama lengkapmu?”
“Safitri Kinara,Tante”
“Ibumu…?”
Risma Diani.Kenapa, tante?” Kinar tak mampu menyembunyikan keherananya, detak jantungnya sangat cepat.
“Kamu sama Arda itu pacaran atau hanya teman?”lanjut tante Mirna tanpa melepaskan pandangannya dari wajah Kinar.Wajah gadis itu terasa panas dia menunduk malu menjawabnya dia sangat berharap Arda membantunya menjawab.
“Kami berniat menikah ,Mah?” jawab Arda tegas. Kinar menarik napas lega.
“Boleh tante bertemu Ibumu sekarang, Kinar?”
“Sekarang ,tante?”
“Iya “
“Mah, Kita nggak bawa apa-apa.”sergah Arda sambil memandang wajah Kinar yang tiba-tiba pucat.
“Sudahlah, Nak ikuti Mama saja. Untuk buah tangan kita mampir di toko kue di depan, kamu tidak keberatan bukan jika tante datang,ke rumahmu sekarang, Kinar?”
“Iya tante tidak mengapa” jawab Kinar pasrah.
Sepanjang perjalanan menuju rumah Kinar mereka sibuk dengan pikiran masing- masing, Arda berpikir Ibunya bertindak terlalu cepat jika ingin melamar Kinar. Sementara Kinar bermain dengan kecurigaan bahwa tante mirna tahu kalau ibunya pengidap HIV dan berniat memastikan jadi saat ini dirinya harus menyiapkan hati untuk kecewa.
Sementara tante Mirna, dihantui pertanyaan-pertanyaan terkait asal-usul kinar adakah hubunganya dengan masa lalu? Atau hanya kebetulan bekas luka yang sama. Oh Tuhan semoga ini bukan bagian dari masa lalunya.
Pintu rumah terbuka, membuat Kinar lega berarti ibunya ada di rumah, tidak pergi ke butik tante Muthia. Dia bergegas menuju rumahnya. Memberi tahu ibunya bahwa ada tamu penting hari ini.
Ibu Risma bergegas menuju teras. Tante Mirna tertegun di depan mereka. Dua mata berbicara mulut mereka bergetar hendak mengeluarkan kata-kata. Tapi, semua tertahan di kerongkongan sehingga dua perempuan setengah baya itu hannya bisa menelan ludah saja.
“Mirna…”desis Bu Risma. Tatapan yang sedari tadi terhalang mendung.kini tak sanggup di tahan. air mata kerinduan pada sahabat lama. Mereka tenggelam dalam nostalgia 20 tahun yang lalu. Saat mereka berdua masih muda. sedetik kemudian mereka berangkulan tanpa kata-kata. Disaksikan sepasang kekasih yang juga terharu. Menyaksikan perjumpaan dua sahabat.
“Kau tak tahu kalau Arda putraku, Risma?”
“Aku tidak berpikir sampai kesana, Mirna.”
“Aku juga tidak menyangka jika kekasih putraku adalah anakmu, ya Tuhan permainan apakah ini”
“Apa masalahnya?”
“Bukankah baik jika mereka menikah jadi persaudaran kita akan abadi”
“Masalahnya tidak sesederhana itu,Risma.
“Maksudmu?”
“kau ingat kau sering memintaku untuk menjaga Kinar saat kau sibuk menggurusi urusan Iskandar?”
“Siapa Iskandar,tante?” tanya Kinar penasaran.
“Kau Tidak beritahu putrimu soal ini, Risma?”
“Tidak”
“Ya ampun Risma, kau menyimpannya lebih dari dua puluh tahun?”
“Aku hanya menaati keinginan suamiku, Mirna.”
Tapi ini sudah dua puluh tahun putrimu sudah dewasa, dia berhak tahu.” Tante Mirna seolah tidak setuju dengan apa yang dilakukan sahabatnya.
Bersambung
Sahabat adalah dia yang mengrti kamu meski tanpa kata. Kalian akan bersama dalam doa
See u Dear
0 komentar:
Post a Comment
Komentarmu adalah cermin kepribadianmu.terima kasih sudah mengunjungi blog saya