DERMAGA CINTA
Matahari cerah hari indah
Tak ku harap awan berpindah
Mendung bertamu
Apa dayaku?
Siapa aku?
Hambamu
Mauku?
Ridhomu
Ajari bersyukur lagi
Bersabar lagi
Tante Mirna menatap sahabatnya sangat lama. Lalu pandangannya beralih pada Kinar yang duduk diam tak sabar menunggu jawaban dari pertanyaannya.
“Apa yang terjadi saat aku mengurusi Iskandar dan Kinar berada dalam asuhanmu?” pertanyaan Risma adalah kode kalau dia tidak mengizinkan putrinya tahu tentang Iskandar.
“Kau itu Risma terlalu pandai berkilah.”keluh Tante Mirna” Maap Kinar tante tak di izinkan bercerita padamu” tambahnya lagi pada Kinar. Gadis itu hanya menghela napas dia pun sudah faham bagaimana ibunya.
“Dia baik-baik saja saat berada dalam pengawasanku. Aku menyayanginya seperti halnya pada Arda putraku.”
“Lalu?”
“Justru rasa sayang itulah yang sekarang menjadi bumerang”
“Bicaralah langsung pada intinya, jika kau ingin mematahkan hati anakku jangan menggantungnya dengan berbicara bertele-tele” Ibu Risma mulai kesal
“Baiklah, Arda dan Kinar saudara sepersusuan mereka haram untuk menikah. Ini bukan kehendakku,akan tetapi hukum Alqur’an yang melarangnya”jelas tante Mirna Lesu
“Apa itu saudara persusuan?”
“Saudara sepersusuan, Mirna. Artinya saudara yang pernah di mengisap air susu dari ibu yang sama. Dulu, saat kau sibuk mengurusi suamimu berminggu-minggu. Kinar menyusu padaku. Saat itu aku tidak tahu tentang hukum aku cuma melakukannya karena rasa sayang, Seorang ibu pasti tidak akan tega membiarkan anak kecil kelaparan.”Tante Mirna menghela napas, Arda menatap Kinar dengan raut wajah sedih. Kejamnya cerita Tuhan atas dirinya. Mengapa dia harus mencintai adiknya Sendiri. Tak salah jika naluri seorang ibu merangkul dan menyayangi anak lain seoerti putrinya. Apakah ketidaktahuannya juga harus jadi terdakwa? Arda yang faham agama tak mampu lagi membuka mulut mendung yang menggelayut menghalangi pandangannya.
Akhirnya dia pamit meninggalkan obrolan tak kuat mendengar semuanya. Langkahnya yang lesu menggambarkan betapa hancur perasaannya layaknya kaca yang dilempar di atas batu karang. Berkeping-keping.
Langit terasa runtuh menimpa kepalanya, Kenangan manis bersama Kinar berkelebat bergantian seperti vidio yang terus diputar tanpa henti. Kenyataan ini memilukan, setelah dia berhasil menyakinkan hati atas Kinar.Takdir merampasnya tanpa belas kasihan.
Sementara Kinar terus mencoba kuat duduk mendengarkan obrolan. Hatinya pun tak kalah berantakan, ribuan jarum racum menusuk ulu jantung. Pandangan terasa gelap.akhirnya dia berlari ke kamar membiarkan tangis pecah di sana.
Sementara Tante Mirna terus menjelaskan apa itu saudara sepersusuan sesuai dengan apa yang diketahuinya. Sampai pada titik akhir dua orang sahabat yang tidak pernah berjumpa lebih dari dua puluh tahun berangkulan dan menangis pilu. Tak kuasa membayangkan bagaimana takdir merenggut cinta yang mekar di hati anak mereka.
“Apa keseharianmu sekarang, Risma. Kau crafter ya?” tanya tante Mirna sambil membagi pandang keseluruh ruangan.
“Aku baru mencoba belajar menyulam. Sebuah butik menyukai sulamanku dan dihargai cukup tinggi.”
“Wah bagus itu, tangan kreatifmu akhirnya menemukan muara. Kenapa kau tak coba membangun butikmu lagi, sudah dua puluh tahun, Risma. Orang pasti juga sudah lupa dengan tragedi itu. Aku saja tidak mengenalimu saat anakku menyebut nama calon mertuanya adalah Risma. Kau tidak di kenal sebagai Diani sang desainer”
“Entahlah, aku masih merasa ngeri membayangkan bagaimana butikku dijarah, aku di suntik dengan darah yang positif terkena HIV, suamiku dipenjara. Aku takut jika aku muncul kepermukaan putriku akan celaka.” Keluh Ibu Risma. Pikirannya kembali memutar kaset usang masa lalu bagaimana dunianya terbalik dalam sekejap.
Konspirasi politik telah mengirim Iskandar ke penjara atas tuduhan yang sama sekali tidak dilakukan, bagaimana mungkin suaminya menjadi seorang pembunuh jika saat kejadian berlangsung. Mereka sedang berbincang berdua di ruang tamu? Masih bercerita tentang mimpi bagaimana seandainya Kinar besar nanti.
Kejadian pembunuhan sore hari, sementara sepanjang hari itu sampai malam tiba Iskandar, suaminya. Asyik menghabiskan waktu bersama putrinya, Bahkan dia yang berhasil meninabobokan Kinar sampai terlelap. Seandainya Kinar tahu bagaimana ayahnya sayang padanya dia akan bicara pada seluruh dunia jika ayahnya adalah ayah terbaik di bumi.
“Percaya padaku putrimu akan baik-baik saja,”Mirna menggenggam tangan sabahatnya. Aku adalah bukti kalau waktu telah menghapus ingatan kelam itu, aku tidak mengenalimu. Aku tidak tahu bahwa Kinar adalah putrimu.” Mirna berusaha menyakinkan sahabatnya. Jujur dia merasa iba melihat keadaan Mirna sekarang. Meskipun mereka tidak berbicara tentang finansial karena itu terlalu rentan. Tetapi dari penampakan rumah itu telah bercerita banyak. Cat yang terkelupas, barang-barang tua, Perabotan seadanya. Seandainya bukan Risma yang menjalani mungkin sudah memilih gantung diri, atau menenggak racun serangga.
Risma yang pernah berada di bawah sinar mentari, tiba- tiba ada di dasar jurang. Batu cadas dan ular berbisa mengancam memangsanya kapan saja.
Pembicaraan terus berlanjut, mereka tak sadar jika di dalam kamar ada yang menguping pembicaraan mereka diantara sedihnya patah hati. Air mata tak mau berhenti menjalari pipi. Kinar merasa jadi dirinya terungkap, dia bahagia mengetahui bahwa dirinya bukan anak haram seperti yang dituduhkan teman-temannya.
Sekarang dia tahu bahwa dia terlahir atas mana cinta, legal, tercatat hanya saja untuk alasan menjaga ibunya membiarkan dirinya terus menerima setiap cercaan.
Kinar masih ingat dulu setiap dirinya mengeluh tak nyaman di sekolah. Ibunya tak bicara apapun kecuali memeluknya dan bilang.”Kalau ingin pindah bilang saja, Ibu akan turuti” diawal sekolah setiap merasa tak nyaman dia akan meminta pindah pada ibunya. Ibu tidak meminta tenggang waktu dengan segera dia akan mencari sekolah baru, bahkan pindah ke kota yang baru. Setelah semakin besar Kinar memilih bertahan. Membiarkan setiap bulian mengendap di dasar jiwanya. Mengajarimya untuk kukuh dan tak jatuh. Sampai akhirnya dia melewati masa SMU hanya di satu sekolah. Dia berhasil melawan setiap pandangan nista hanya dengan diam. Dia bentengi dirinya dengan baju angkuh. Dikuatkannya hati bahwa dia tak butuh senyum siapapun kecuali senyum ibunya.
Tante Mirna pulang sore hari saat Arda kembali datang menjemputnya, Keadaanya sudah lebih baik meski masih saja seperti bunga layu
***
Hari itu matahari mulai meninggi hangatnya menyapa setiap jiwa. Memberi waktu untuk bersyukur karena jantung masih berdetak.
Dua tangan saling bertaut. Dunia memang sudah menentang tapi rasa tak bisa begitu saja tercabut. Kenyakinan tak bisa sirna dalam sesaat bahwa gadis di sampingnya minggu kemarin masih calon ibu bagi anaknya.
Sekarang perasaan itu harus berubah menjadi perasaan seorang kakak pada adiknya. Itu mustahil!
Perahu di dermaga semakin banyak yang tertambat, pulang melaut dengan hasil yang cukup bagus membuat para nelayan ceria. Cuaca sedang mendukung laut sedang hangat sehingga banyak ikan yang datang. Apalagi saat anak anak mereka berteriak memanggil menyambutnya dengan ember-ember kecil siap menolong mereka membawa ikan hasil tangkapan ke tengkulak atau dibawa kepada ibu mereka untuk diawetkan. Diasap mungkin atau diasinkan yang penting ikan bisa tahan untuk disimpan berbulan- bulan sebagai cadangansaat musim barat datang.
“Kau yakin aku adikmu?” Kinar bicara sabil memperhatikan anak melayan yang begitu ceria memilah ikan sembari bercanda dengan kawannya.
“ Hukum yang mengatakan itu, Kinar. Meski perasaanku belum berubah.Tapi hukum Alloh tak boleh diperdebatkan. Dia harus dilihat menggunakan kacamata iman.”jelas Arda tanpa menoleh, hembusan napas berat bercerita tetang hatinya yang juga terluka” Jangankan berminggu- minggu sehari saja kau menyusu pada ibuku kau sudah jadi adikku.”
“Apakah kau akan mendekat kembali pada Sophia?”
“Tidak” jawab Arda tegas
“ Dia cantik, lelaki manapun pasti bangga bersamanya.”
“Wajahnya memang cantik, tapi dia kasar, ambisinya menakutkan dia akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya”
“Bukankah lelaki tertarik pada perempuan yang berambisi?”
“Perempuan tak baik memiliki ambisi, tapi dia terlihat sexi saat mau berjuang untuk hidupnya, memberjuangkan haknya tanpa meninggalkan kodratnya sebagai perempuan. Dia pekerja keras tapi tetap bisa lembut. Saat berhadapan dengan hal-hal nyang menuntutnya menjadi seorang ibu”
“Aku akan kesulitan mencari lelaki sepertimu...”
“ Iyalah karena aku tak punya saudara kembar” celetuk Arda asal dia sengaja mengalihkan pembicaraan dari hal yang sentimentil dan menguras emosi.
“Kau...,” Kinar kesal berusaha memukul Arda tapi lelaki itu sudah berlari kearah kerumunan anak nelayan, sengaja berlindung diantara mereka, dia paham Kinar tak akan marah dihadapan anak kecil.
bersambung
0 komentar:
Post a Comment
Komentarmu adalah cermin kepribadianmu.terima kasih sudah mengunjungi blog saya