Rindu Sehangat Mentari Pagi
Oh, why you look so sad, the tears are in your eyes
Come on and come to me now, and don’t to me ashamed
Let me see you through couse I’ve seen the dark side too
When the nigh fall on you, you don’t know what to do
Nothing you confess could make me love you less
I’ll stand by you
I’ll stand by you, won’t let nobody hurt you
I’ll stand by you
Let me see you though, couse I’ve seen the dark side too
When the nigh fall on you, you don’t know what to do,
Nothing you confess could make me love you less
I’ll stand by you
I’ll stand by you, won’t let nobody hurt you
(Lirik I’ll stand by you – The Pretenders)
Waktu semakin cepat belalu, tak terasa 6 bulan usaha rintisan Kinar dan Ibu Risma makin di kenal, penjualannya di lakukan secara online, Kinar berhasil memiliki lebih dari sepuluh reseller yang tersebar di berbagai kota. Keunggulan produk, gencarnya promosi, dan keunikan desain membuat produknya segera merebut hati pelanggan.
Malam itu saat tukang potong sudah pulang, tukang jahit yang membantu Ibu Risma juga berpamitan. Kinar mendekat pada Ibunya yang masih sibuk membereskan meja. Memeriksa hasil penjualan hari ini.
“Bu, Permintaan makin banyak. Kita perlu suntikan modal deh, gimana kalau mengajukan pinjaman lunak ke bank?
“Bank?”
“Iya.”
“Ibu tidak setuju jika kita berurusan dengan bank. Untuk sementara kita habiskan dulu bahan yang ada, persediaan kita masih cukup untuk satu minggu.”
“Kita perlu dana cukup besar jika ingin jadi besar” Keluh Kinar tidak sependapat.
“Tenang, Sayang. Kita tunggu 2 minggu ke depan, reseller kita belum transfer semua, bukan?”
“Baik, Ibu. Tapi kalau sampai mogok produksi aku marah pada Ibu”
“Kalau sudah transfer semua bilang sama ibu, kapan janji mereka ?”
“Dalam minggu ini, Bu.”
“Apa rencana Ibu?”
“Tidak ibu katakan sampai uangnya ada di tangan”
“Ibu, Kebiasaan kalau sudah maen rahasia.”Kinar manyun menatap ibunya jenaka.
“Tolong ambilkan obat ibu, Ki” seperti biasa Ibu Risma selalu pandai mengalihkan pembicaraan. Putrinya hanya menghela napas tak berdaya jika ibunya sudah bersikap demikian.
“Sekarang Ibu sudah tidak mual ya, kalau minum obat?” tanya Kinar sembari memperhatikan ibunya.
“Masih, Ki. Cuma sekarang ibu sudah berdamai dengan rasa mual dan pusing pengaruh obat anti HIV. Jadi orang lain tak akan tahu kalau ibu sedang mual atau pusing yang parah. Paling kalau ibu tak tahan dengan sakitnya ya ibu tidur. Saat kita sudah bisa menerima keadaan maka tubuh akan menyesuaikan diri, Ki.”
“Terus sehat, ya, Bu. Kita akan jemput ayah”
“Ibu selalu berjuang. Ibu juga kangen Ayahmu. Dulu saat dia di vonis 25 tahun penjara. Ayahmu bilang bahwa kalau ibu ingin bercerai tidak apa, urus perceraianya nanti dia akan tanda tangan, dia Ikhlas asal mendapat suami lagi yang sayang padamu”
“Trus ibu bilang apa?”
“ Ibu tidak mengatakan apa pun, Ibu hanya ingin menatap wajahnya lebih lama sebelum dia masuk penjara, tiga bulan kemudian ibu datang menjenguknya di sel. Saat itu keputusan ibu sudah bulat. Ibu akan selalu ada bersamanya berdiri di sisinya saat dunia meninggalkannya. Ibu hanya ingin menjadi alasan untuk membuat ayahmu tersenyum. Saat dia berada di sisi tergelap dalam hidupnya.
“Apa yang membuat Ibu kuat?”
Entahlah, Ki. yang pasti ada rasa sakit, nyeri sekali saat ibu mencoba meninggalkannya. Lagi pula ibu tahu dia tidak melakukan perbuatan keji itu. Ibu bersamanya karena sayang bukan karena dia pria hebat. Lagian kalau di depan ibu diatidak sehebat itu. Dia kentut sembarangan, pelupa jika ibu tak periksa tas kerjanya pasti supir balik lagi barang penting ketinggalan.
“Ayah pernah memberi Ibu bunga?”
“Tidak, dia malahan lupa hari ulang tahun ibu, tanggal pernikahan kita, tapi dia selalu jadi orang pertama yang mengucapkan selamat saat ibu berhasil melalukan lompatan baru di hidup ibu, kita makan bersama. Jalan-jalan. Tak harus keluar kota, yang penting kita bisa menghabiskan waktu berdua dengan penuh kebahagian.
“Ko begitu, Bu. Aku nih kalau temenku lupa mengucapkan selamat ulang tahun padaku, aku diemin bu seharian.”
Cinta itu di pupuk setiap hari, dijaga bersama-sama. Menciptakan moment seru bukan hanya pas ulang tahun atau semacamnya. Tapi saat kita menghabiskan waktu bersama. Saling menguatkan”
“Jadi kapan kita ke Cipinang, Bu?”
“Itu kamu yang putuskan.”
2 Bulan lagi, ya, Bu. Saat kita sudah punya ongkos, Ajarin aku masak makanan favorit ayah, Bu. Biar ayah tahu aku sudah besar, selain cantik dan baik hati aku juga bisa masak. Padahal masuk dapur cuma bisa bikin telor dadar. itu juga masih keasinan” Kinar terkekeh ibunya tertawa lepas.
**
Ibu memasuki toko bahan langganan , Kinar di sampingnya tanpa mengatakan apa pun hanya mendengar. Pembicaraannya cukup lama hampir satu jam. Hasilnya mereka diperbolehkan mengambil barang yang di butuhkan dengan sistim bon.
“Satu negosiasi berhasil, Ki. Kita harus berusaha menjaga kepercayaan mereka. Agar kerjasamanya panjang, kualitas bahan di toko Pak Alim ini baik, motifnya update tapi harganya miring meskipun si bosnya jutek. itu tidak jadi soal, tugas kamu sekarang nego jasa pengiriman ya, kita akan kirim lebih banyak dari bulan kemarin, kalau kita berhasil mendapat diskon dari tukang paket , jadi harga barang kita bisa tetap sementara profit kita bertambah”
“Mengapa ibu memilih berhutang bahan, padahal kita masih punya uang seandainya dibayar semua juga cukup?”
“Uang itu untuk jaga-jaga. Namanya dangang nggak selalu untung pasti ada rugi, kadang sepi. Sementara pegawai harus tetap kita kasih makan, gajinya harus di bayar. Jadi ibu memilih berhutang pada orang yang bermodal besar daripada nanti telat ngasih gaji. Kasian keluarga mereka nggak makan”
“Gitu, ya, Bu.”
“Pengusaha itu tak cuma butuh keberanian dan inovasi tapi juga harus penuh pertimbangan dan stategi, tiga kamu sudah punya tapi kesabaran dan pertimbangannya kamu harus belajar lagi, Ki.”
“Ok, Bu bos, trus kapan saya di kasih makan perut saya udah dangdutan nagih setoran?”
“Mau makan apa? hari ini kamu bebas milih agak mahal tak apa, sebagai bonus karena kamu marketing yang hebat” puji Bu Risma sambil menatap wajah putrinya yang berbinar senang mendapat pujian.
“Sea food ya, Bu.”
“Boleh, mau di mana?”
“Serius, Bu. Aku pilih tempatnya juga”
“Iya, untuk hari ini kamu jadi ratu, bebas makan apa, tapi sampai rumah kamu pegawai ibu”
“Ok, ok bu bos, aku akan makan sambal udang di restoran paling mahal di sini, agar nanti aku tahu sambel udang restoran rasanya seperti apa. Jadi, saat aku masak buat ayah aku punya bandingan. Aku tak sabar ingin ketemu ayah.”cerocos Kinar gembira matanya yang sipit itu terus mencari, tempat yang di tujunya sementara sang ibu hanya jadi pengikut sambil mengucap syukur dia bahagia melihat sinar cerah diwajah manis putrinya,sudah sangat lama rasanya dia tak pernah melihat Kinar sebahagia hari ini.
Bersambung
See you next time, dear
0 komentar:
Post a Comment
Komentarmu adalah cermin kepribadianmu.terima kasih sudah mengunjungi blog saya