Miss You Alana
Diana Menatap lantai sisa hujan kemarin, belum sempat dia sapu sebab hujan kembali turun dia tak tahu masihkah ada kemarau..., Mungkin ada tapi masih 2 atau 3 bulan kedepan.Tatapannya lurus membatu pada tanah basah di bawah pohon jambu. Betapa pilu
Air mata yang terus tertumpah mengenang kala itu Kecerian milik Alana, senyum itu tawa itu sekarang sudah tak ada, Entahlah apa yang dimiliki gadis itu Hingga dia begitu mudah mengambil cinta, membawa hati kami ikut serta Mamih, Papih, Vero, Richard semuanya.
Dia Alana perempuan yang memujinya sebagai simbol cantik dimatanya..Dengan Gamlang dia bilang Standar cantik ku adalah kamu Miss Diana. Dia bilang dia suka senyum ku yang sering tertunduk malu- malu, sumpah melayang rasanya Apalagi saat dia bilang, Kamu itu cantiknya Indonesia bersahaja Namun mempesona. sumpah lebih dari dirayu pacar si Richard sering gombalin aku tapi tak pernah membuatku punya wajah bersemu merah jambu
Hari itu hari sabtu seperti biasa aku minta Pak Kirman menjemputnya kemari Omah bilang dia pandai berkelakar dan membuatnya tertawa. Mamih memuji lidahnya saat harus mencicipi resep baru sebelum dilempar kepasaran ditawarkan pada pelanggan, sedang Papih senang pada gaya bicaranya yang manja Papih bilang itu mirip dengan Linxi adikku yang 7 tahun yang lalu tenggelam di pulau Seram Aku juga memang mengakuinya. suaranya Manja Mirip dengan Linxi
Dia Alana tatapnya punya sesuatu mungkin itu yang menarik darinya Kadang lembut namun mungkin kadang membakar aku tak begitu faham, sebab itu bukan penilaianku Itu Richard yang mengungkapnya, Richard juga berpesan supaya Peri kecil Alana berhati-hati Kepribadian yang sangat menarik dihias suara manja yang menggoda akan banyak sekali mengundang orang gila. Alana cuma tertawa sembari menatap Tas kecil yang ku hadiahkan padanya
sebulan sebelumnya Alana masih menangis di pangkuanku dan sekarang saat yang menyenangkan tapi menyakitkan itu datang Alana harus pergi tak lagi tinggal di kota ini.
"Miss... , Bagaimana jika aku tak lolos tes kali ini...??" Katanya sambil menatap ku yang sibuk menata buku, dia menolongku merapikan meja dan kursi kelas hari ini sudah selesai, Murid ku semua sudah pulang, Tapi dentingan piano di kelas Vero masih terdengar meski sayup
"Ada apa Alana..., Inikah yang membuatmu sedih dari tadi..., Ini juga yang membuat kamu menghilang , setiap kali ditelpon Satpam selalu bilang Alana tak ditemukan" Tanyaku mencoba mencari tahu apa yang sedang membebani temanku
" Tes itu minggu lalu,,, Miss"
"Lantas...?"
" Aku Ragu..., Aku takut pada kenyataan buruk bahwa aku tak lulus seleksi. Quotanya cuma seratus Miss "
" Lalu...? "
" Ya begitu..., Miss Kumat oonnya Nih...," Rungutnya kesal
" Bahasamu masih Ambigu, Sayang..., aku orang ekonomi bicaralah dengan tenang sopan dan detail..."Jelasku pelan tapi jelas, tatapan mataku beradu dengan matanya. Aku melihat ketakutan yang begitu perih dipendam berhari-hari. Ku benamkan kepalanya ku biarkan dia menumpahkan ketakutannya " Maaf aku sibuk dengan urusanku hingga aku terlambat menyadari kau membutuhkan aku..."Kataku lembut kepalanya, setelah puas menangis dia mulai bicara
" Ada satu hal yang ku takutkan Miss, Aku gagal di kecepatan tangan..., Aku mengulangnya dua kali baloknya jatuh semua ,Tak bisa ku jaga keseimbangannya..."
" Tes lain...?"
" Aku yakin kalo yang lain..., Otakku cukup bisa untuk bersaing..." Katanya mantap. Dan aku tersenyum senang membimbingnya kembali duduk tegak
" Dengar aku Alana..., Kenyataan mungkin tak selalu seindah yang kau harapkan, tapi kegagalan juga tidak sebegitunya mengerikan, ketakutanmu mungkin adalah cara tuhan kembali memanggilmu mendekat padaNya. Dia merindukan Air matamu Dia sedang mengujimu Ingin kau mendatangiNya, Yakinlah pada dirimu...,berjuang. Saat surat pengumuman ditanganmu panggil aku kita akan membukanya bersama " Kataku yakin dia diam hanya kedipan matanya saja yang mengiyakan,
" Jika kau gagal Alana kau masih punya kami..., Kami akan mengajarimu mengelola rumah belajar seperti yang kami lakukan..." Kata Vero dipintu
"Aku Miss Vero... ,Mengajar....?"
" Iyya..., Richard bilang Kamu bisa dilatih untuk jadi seorang pendidik, meskipun tanpa pendidik formal... karena kamu itu senang berbagi..., kamu tidak membiarkan orang tersesat dalam kebodohan kamu punya tangan yang lembut membimbing..., itu pondasi awalnya yang lain bisa diajarkan sambil jalan " Jelas Vero menyakinkan
" Aku tak yakin..."Alana berusaha menyangkal, sementara aku diam mendengar
"Kadang seseorang memerlukan orang lain untuk melihat apa yang bisa dilakukannya, atau apa kekurangan dalam dirinya sebab kita tak bisa melihat sempurna punggung kita meski dengan bantuan dua kaca..." Vero semakin menancapkan motivasinya Alana menganguk Mantap.Mulai melihat cahaya kecil dalam jalannya yang gelap.
Seminggu setelah itu surat pengumuman datang Alana lulus Ujian permohonan Beasiswanya di kabulkan, Kami yang di sergap dawai-dawai kesepian malam terakhir sebelum pergi Kami mengadakan pesta makan malam special and only Untuk Alana. Kala pamitan Alana menyentil kami sekeluarga Bahwa yang Ada dihadapan mereka adalah Alana Bukan Linxia. Kami harus belajar melepas Linxia dari padangan kami. Linxia membutuhkan kerelaan dari orang-orang yang mencintainya. Agar dia tenang disana..., dan kita bisa melangkahkan kaki lebih ringan menatap masa depan sebab hati tidak terbebani dengan duka dan dendam... Kami semua terdiam Papih berdiri ku pikir akan menampar...ternyata dia memeluk Alana dan melepaskan semua duka yang selama ini membebaninya...Selesai
selesai see you dear ... simpan lingku assalamualaikum wr wb
0 komentar:
Post a Comment
Komentarmu adalah cermin kepribadianmu.terima kasih sudah mengunjungi blog saya