Dilema yang ku rasa amat berat, baktiku sebagai anak, di tuntut pembuktiannya , mana yang harus ku pilih Suami pilihan Ibuku atau lelaki tua yang ku cintai sepenuh hati.
Aku terhinotis dengan bicaramu,
Aku tersihir gaya dan caramu
Berbeda... Dan aku suka
Lalu salahkah perasaan ku jika merasakannya saat ini..., aku tak bisa mengatakan alasannya, yang pasti aku bahagia dan aku menikmatinya, biar ku setiap orang yang ku temui menatap ku dengan pandangan aneh....
Apa sih yang terjadi... jelajahi lebih lanjut yaa...biar tahu yuk
Aku kembali tak punya kata-kata kala kakakku Asiah menatap ku meminta alasan, lidahku kelu, rasanya membatu, tenggorokan ku rasanya kering. Mulutku terkunci
Padahal Aku sudah menyiapkan sederet alasan mengapa aku menyukainya, mengapa aku sayang padanya, tapi hal ini terjadi kembali, aku tak punya alasan logis yang bisa ku ungkapkan tentang perasaan ku pada pak Willi, lelaki yang usianya hanya selisih 3 tahun dengan Ayahku.
Kak Asiah menatapku sangat lekat Aku merasa sedang jadi ter dakwa,dan harus duduk di kursi pesakitan, meski pun aku terus berontak kalo aku tidak melakukan kesalahan
Bukti tak mampu ku ungkap, bahwa pak Willi sayang padaku, dia menghargaiku, dan merasa begitu penting untuknya adalah sesuatu yang paling membahagiakan untukku.
Sementara Fakta yang membuat mereka menentang adalah,,, Dia lelaki yang lebih tua 3 tahun dari Ayah, Umur Pak Willi 61 beberapa hari yang lalu,,, oh Tuhan bantu aku untuk ini..., jerit hati ku saat Kak Asiah menatap tajam pada foto di dinding kamar, aku menglayut manja pada lelaki yang masih terlihat segar di usia yang tak lagi muda,
Dia memang lebih pantas jadi Ayah atau Om ku, dia duda anak satu yang di tinggal istrinya 5 tahun yang lalu. Ibuku malah menyindirku dengan halus kalo aku lebih pantas menikah dengan Anaknya yang25 tahun,
Aku diam saat ibuku mengatakan hal itu, aku tak pandai berdebat dengan ibuku, yang menganggap ku sudah salah langkah lebih memilih lelaki tua dari pada yang sebaya. Dengan segera aku pamit dari Ibuku.
Tangis menemani ku. Tak ada lagi bahu paling nyaman untuk aku bersandar, Ibuku... ada di garda terdepan untuk menjadi penentang. Ya Alloh...kenapa perasaan ku semakin sakit. Sang penentang adalah orang yang selama ini selalu menjadi penyemangat. Tulang punggungku rasanya patah hingga aku tak mampu berdiri tegak lagi.
Pilihan ini sangat berat apakah aku harus mengikuti perasaan ku atau aku menuruti permintaan Ibuku untuk menerima pinangan Adrian lelaki yang merupakan teman main ku sedari kecil.
Aku mereka kata yang amat panjang dan rapi, Bahwa Pak Willi adalah lelaki yang baik, dia amat sopan, dia tidak gradak gruduk seperti Adrian, dia tenang, dan yang paling ku suka darinya adalah tatapannya yang sangat lembut, memancarkan kasih sayang, ya memang Aku bisa merasakan nya tatapan Pak willi padaku adalah pancaran perasaan lelaki pada perempuan yang di cintainya. Begitu pun dengan Adrian tapi ada yang berbeda Adrian lebih menilaiku secara Fisik, Tatapannya berapi-api.Saat dia bersamaku Adrian berusaha menggiringku pada suasana pacaran ala anak muda, yang ujungnya mengerikan jika ku bayangkan,
Tapi semua kata-kata itu hanya berputar di pikiran ku. Bahkan saat ini kala Kak Asiah ada di hadapanku aku hanya menunduk layu, aku merasa sendirian aku terasing di rumahku sendiri, seandainya Ayah bisa mendengar keluh ku kurasa aku tidak akan begini ,aku hanya bisa menggengam jemari Ayahku yang duduk diam di kursi roda setelah ku potongi kuku tangan dan kakinya komplikasi diabetes, telah membuat masa tua Ayah begitu suram, struk yang membuatnya harus duduk di kursi roda pendengaran yang sama sekali tidak berfungsi, tak ada alat bantu dengar karena memang tidak membantu karena syaraf nya yang mati.
Kemarin –kemarin aku masih bisa bicara dengannya dengan bahasa tulisan, tapi kini pandangannya sudah semakin buram tak mampu lagi membaca. Jadilah aku sendirian
Ku habiskan makan malam ku Pak Willi seperti biasanya bercerita tentang Aktifitasnya selama jauh dariku, aku selalu senang mendengar tutur katanya yang formal dan sopan amat mengesankan dia punya cara sendiri untuk becanda terdengar serius tapi lucu, dan yang paling mengejutkan saat dia bilang dia sudah siap menjadi mualaf sekarang, Mataku tertutup embun bening mendengarnya.
“Saya tidak melakukannya untuk kamu..., Saya sudah belajar Islam jauh sebelum ini, ” Ucapnya serius ” sebelum Istri saya sakit Saya sempat menghadiri sebuah undangan seminar lintas agama. Tokoh terkemuka dari setiap agama hadir. Seorang pembicara muslim mengungkap Fakta –fakta tentang apa yang sedang menjadi trend di dunia kesehatan saat ini sudah ada dalam tuntunan hadits, kala itu Saya menganggapnya sebuah bualan..., Saya mengumpulkan data data. Dan Fakta yang saya temukan mengejutkan apalagi saat saya bertemu dengan seorang praktisi tibun nabawi its amazing ” Katanya memberiku penjelasan, ” sejak saat itu saya semakin tenggelam mempelajari Islam, saya jatuh cinta..., jadilah saya orang yang mengambang dalam spiritual, mungkin saya bisa dibilang Atheis dan Tuhan mempertemukan saya dengan Kamu..., saya merasa itu adalah isyarat alam untuk Saya berjodoh dengan Islam”Cerita Pak Willi panjang lebar dan jelas, Aku terdiam speakless Aslinya sekarang aku percaya bahwa tak ada yang kebetulan di dunia, semua tertata dengan skenaryo Tuhan yang begitu sempurna, Lalu sanggupkah aku mengatakan kalau Ibu meminta ku meninggalkannya, Aku Cuma tersenyum saat pak Willi menggenggam jemari Ku, matanya yang jeli menangkap murung yang berusaha ku sembunyikan.
“ Ada apa..., berbagilah untuk apa saya ada di samping mu jika Kamu masih bersedih seorang diri? ” Mendengar tuturnya justru aku semakin merasa sakit,
“ Aku ingin liburan sama kamu..., tapi Kamunya sibuk melulu...” Rengekku berkamuplase. Pak Willi tertawa terpingkal-pingkal,
” Kamu itu lucu... kirain kenapa... kamu mengeluhkan waktu saya sayang???, Maaf sayang , jangan marah karena saat kamu marah kamu makin cantik saya ga bisa tidur nanti,,,” Rayunya tetap dengan nada yang serius, aku tertawa mendengarnya beban ku sirna sejenak, begitulah obrolannya santai bahasanya formal dan serius. Semakin hari aku semakin tergulung dalam perasaan sayang yang membuatku dilema, antara bakti atau mengikuti perasaan Ku sendiri.
Seminggu setelah itu, aku putuskan untuk membahagiakan Ibuku, aku minta waktu pada Ibu untuk mencari moment yang tepat mengatakan semua hal berat ini pada Pak Willi, aku menatap mata Pak Willi Aku berharap ini bukan merupakan kebersamaan terakhir Kami, Ku kumpulkan setiap cc energi dalam diriku untuk memulai mengatakan segalanya,
Pak willi tertunduk sedih setelah mendengar semua hal yang membebani ku selama berbulan bulan
“ Ibu tak pernah meminta apapun dariku..., selama ini dia selalu mengabulkan apapun permintaanku, Beliau mengorbankan segalanya untuk Kami, dia ikhlas menjual perhiasan kesayangannya untuk biaya kuliah, rumah warisan orang tuanya juga tergadai untuk menebus toga ku dan sekarang dia meminta hatiku untuknya... Menurutmu pantaskah aku kikir sayang...? seumur hidup aku tidak akan mampu membayar setiap kebahagiaan yang Beliau berikan untukku yang beliau tukar dengan air mata...? ” Kataku pelan di iringi tangis yang perih
“OOOh My Dear...” Pak Willi memeluk kepala Ku tubuhnya bergetar, kamu terima pertunangannya...? ”
“ Tidak..., aku bilang pada Ibu..., Aku akan meninggalkan mu tapi dengan syarat Ibu tidak boleh memaksa ku menerima Adrian.... dan Ibu setuju ”
“ Kenapa? ”Tanyanya pelan
“ Apa harus ku jawab...,? ”Tanyaku retoris. Pak Willi menatapku. ”Aku sangat menyayangimu lelaki tuaku...” Jawabku Pak Willi mendaratkan kembali ciuman sayangnya di kepala ku
“Thanks You Dear..., So thank you”
Ku akhiri apa yang tak ingin berakhir, ku patahkan ranting yang hijau hingga dia tak patah hanya terluka. Jauh dari Pak Willi membuat ku merasa kosong tak ada yang menyemangati, atau berkelakar memuji I am so lonely
Aku fikir Aku kuat..., aku fikir Aku tangguh, ternyata aku tak punya kesanggupan patah hati yang parah membuat fisikku tumbang. Sudah seminggu aku badrest,, badan ku rasanya linu, dan kepala ku amat berat
“ Bangun Almira sayang..., makanlah...” Ujar Ibuku sembari membimbing ku duduk bertopang setumpuk bantal, kemudian Ibu menyuapiku bubur, ” tadi ada tamu..., dia Imam masjid At-tiin TMII, dia menyampaikan lamaran untukmu, dan Ibu menerimanya...” Kata Ibu tanpa melepaskan tatapannya pada wajah ku,
Aku menarik nafas..., Ibu itu kebiasaan mengambil keputusan sendiri tanpa bertanya padaku.” Rungutku dalam hati, tapi mulut ku tertutup aku tak ingin menyakitinya,
“ Beliau menyampaikan lamaran itu untuk temannya Abdul Jalal,Alias Willi...
" Maksudnya...?”
“ Pak Willimu melamar..., Ibu merestui kamu menikah dengan lelaki tua itu, Maafkan Ibu Almira sayang, Ibu telah di butakan Fikiran ..., hingga Ibu tak bisa melihat kasih sayang diantara kalian. Ibu lupa bahwa jodoh itu kuasa Alloh..., kamu memang anak Ibu,,,, tapi hidupmu adalah milikmu, dan Alloh sudah menggariskan jodohmu jauh sebelum kau terlahir. aku memeluk Ibu dan kejutan belum selesai, pintu kamar terbuka..., lelaki tuaku masuk bersama Kak Asiah.dia menyalami Ayah.Yang memang selalu menghabiskan waktunya bersama ku jika aku ada di rumah. Ibu dan Kak Asiah pamit pergi.
Ya Alloh aku malu..., Pak Willi melihat ku acak-acakan begini, Wajah original, asli ya begini tanpa polesan
“ Kamu pucat dan kurus...” Itu katanya sambil menggenggam tanganku
“ karena perona wajah ku adalah senyum Mu Pak Willi...,”Balasku so sweet
“ Boleh ku minta sesuatu sayang...?”Katanya sembari menatap wajahku dengan lembut
“Ganti sapaan mu jangan Pak Willi..., sebab Akhir bulan ini kamu sudah jadi Istri saya..., bulan depan minggu pertama kita harus sudah ada di kanada..., masa kerja saya di Indonesia sudah habis, saya ingin menghabiskan hari tua saya dengan mu di rumah masa kecil saya...,Yosep akan ke Cina mengurus Bisnis Saya..., Saya mempercayakan semuanya pada Yosep Dia sudah bisa di percaya,” Ujarnya
“ OK Fathers....I LOVE YOU...” Kataku beliau terkekeh senang SELESAI
Cinta itu buta jodoh itu misteri, jadi ga usah di otakin tapi di doain dan di jalani..., tak usah takut untuk memulai selama tidak merusak mahligai orang... See You Dear....
Aku terhinotis dengan bicaramu,
Aku tersihir gaya dan caramu
Berbeda... Dan aku suka
Lalu salahkah perasaan ku jika merasakannya saat ini..., aku tak bisa mengatakan alasannya, yang pasti aku bahagia dan aku menikmatinya, biar ku setiap orang yang ku temui menatap ku dengan pandangan aneh....
Apa sih yang terjadi... jelajahi lebih lanjut yaa...biar tahu yuk
I LOVE YOU FATHER’S
Aku kembali tak punya kata-kata kala kakakku Asiah menatap ku meminta alasan, lidahku kelu, rasanya membatu, tenggorokan ku rasanya kering. Mulutku terkunci
Padahal Aku sudah menyiapkan sederet alasan mengapa aku menyukainya, mengapa aku sayang padanya, tapi hal ini terjadi kembali, aku tak punya alasan logis yang bisa ku ungkapkan tentang perasaan ku pada pak Willi, lelaki yang usianya hanya selisih 3 tahun dengan Ayahku.
Kak Asiah menatapku sangat lekat Aku merasa sedang jadi ter dakwa,dan harus duduk di kursi pesakitan, meski pun aku terus berontak kalo aku tidak melakukan kesalahan
Bukti tak mampu ku ungkap, bahwa pak Willi sayang padaku, dia menghargaiku, dan merasa begitu penting untuknya adalah sesuatu yang paling membahagiakan untukku.
Sementara Fakta yang membuat mereka menentang adalah,,, Dia lelaki yang lebih tua 3 tahun dari Ayah, Umur Pak Willi 61 beberapa hari yang lalu,,, oh Tuhan bantu aku untuk ini..., jerit hati ku saat Kak Asiah menatap tajam pada foto di dinding kamar, aku menglayut manja pada lelaki yang masih terlihat segar di usia yang tak lagi muda,
Dia memang lebih pantas jadi Ayah atau Om ku, dia duda anak satu yang di tinggal istrinya 5 tahun yang lalu. Ibuku malah menyindirku dengan halus kalo aku lebih pantas menikah dengan Anaknya yang25 tahun,
Aku diam saat ibuku mengatakan hal itu, aku tak pandai berdebat dengan ibuku, yang menganggap ku sudah salah langkah lebih memilih lelaki tua dari pada yang sebaya. Dengan segera aku pamit dari Ibuku.
Tangis menemani ku. Tak ada lagi bahu paling nyaman untuk aku bersandar, Ibuku... ada di garda terdepan untuk menjadi penentang. Ya Alloh...kenapa perasaan ku semakin sakit. Sang penentang adalah orang yang selama ini selalu menjadi penyemangat. Tulang punggungku rasanya patah hingga aku tak mampu berdiri tegak lagi.
Pilihan ini sangat berat apakah aku harus mengikuti perasaan ku atau aku menuruti permintaan Ibuku untuk menerima pinangan Adrian lelaki yang merupakan teman main ku sedari kecil.
Aku mereka kata yang amat panjang dan rapi, Bahwa Pak Willi adalah lelaki yang baik, dia amat sopan, dia tidak gradak gruduk seperti Adrian, dia tenang, dan yang paling ku suka darinya adalah tatapannya yang sangat lembut, memancarkan kasih sayang, ya memang Aku bisa merasakan nya tatapan Pak willi padaku adalah pancaran perasaan lelaki pada perempuan yang di cintainya. Begitu pun dengan Adrian tapi ada yang berbeda Adrian lebih menilaiku secara Fisik, Tatapannya berapi-api.Saat dia bersamaku Adrian berusaha menggiringku pada suasana pacaran ala anak muda, yang ujungnya mengerikan jika ku bayangkan,
Tapi semua kata-kata itu hanya berputar di pikiran ku. Bahkan saat ini kala Kak Asiah ada di hadapanku aku hanya menunduk layu, aku merasa sendirian aku terasing di rumahku sendiri, seandainya Ayah bisa mendengar keluh ku kurasa aku tidak akan begini ,aku hanya bisa menggengam jemari Ayahku yang duduk diam di kursi roda setelah ku potongi kuku tangan dan kakinya komplikasi diabetes, telah membuat masa tua Ayah begitu suram, struk yang membuatnya harus duduk di kursi roda pendengaran yang sama sekali tidak berfungsi, tak ada alat bantu dengar karena memang tidak membantu karena syaraf nya yang mati.
Kemarin –kemarin aku masih bisa bicara dengannya dengan bahasa tulisan, tapi kini pandangannya sudah semakin buram tak mampu lagi membaca. Jadilah aku sendirian
Ku habiskan makan malam ku Pak Willi seperti biasanya bercerita tentang Aktifitasnya selama jauh dariku, aku selalu senang mendengar tutur katanya yang formal dan sopan amat mengesankan dia punya cara sendiri untuk becanda terdengar serius tapi lucu, dan yang paling mengejutkan saat dia bilang dia sudah siap menjadi mualaf sekarang, Mataku tertutup embun bening mendengarnya.
“Saya tidak melakukannya untuk kamu..., Saya sudah belajar Islam jauh sebelum ini, ” Ucapnya serius ” sebelum Istri saya sakit Saya sempat menghadiri sebuah undangan seminar lintas agama. Tokoh terkemuka dari setiap agama hadir. Seorang pembicara muslim mengungkap Fakta –fakta tentang apa yang sedang menjadi trend di dunia kesehatan saat ini sudah ada dalam tuntunan hadits, kala itu Saya menganggapnya sebuah bualan..., Saya mengumpulkan data data. Dan Fakta yang saya temukan mengejutkan apalagi saat saya bertemu dengan seorang praktisi tibun nabawi its amazing ” Katanya memberiku penjelasan, ” sejak saat itu saya semakin tenggelam mempelajari Islam, saya jatuh cinta..., jadilah saya orang yang mengambang dalam spiritual, mungkin saya bisa dibilang Atheis dan Tuhan mempertemukan saya dengan Kamu..., saya merasa itu adalah isyarat alam untuk Saya berjodoh dengan Islam”Cerita Pak Willi panjang lebar dan jelas, Aku terdiam speakless Aslinya sekarang aku percaya bahwa tak ada yang kebetulan di dunia, semua tertata dengan skenaryo Tuhan yang begitu sempurna, Lalu sanggupkah aku mengatakan kalau Ibu meminta ku meninggalkannya, Aku Cuma tersenyum saat pak Willi menggenggam jemari Ku, matanya yang jeli menangkap murung yang berusaha ku sembunyikan.
“ Ada apa..., berbagilah untuk apa saya ada di samping mu jika Kamu masih bersedih seorang diri? ” Mendengar tuturnya justru aku semakin merasa sakit,
“ Aku ingin liburan sama kamu..., tapi Kamunya sibuk melulu...” Rengekku berkamuplase. Pak Willi tertawa terpingkal-pingkal,
” Kamu itu lucu... kirain kenapa... kamu mengeluhkan waktu saya sayang???, Maaf sayang , jangan marah karena saat kamu marah kamu makin cantik saya ga bisa tidur nanti,,,” Rayunya tetap dengan nada yang serius, aku tertawa mendengarnya beban ku sirna sejenak, begitulah obrolannya santai bahasanya formal dan serius. Semakin hari aku semakin tergulung dalam perasaan sayang yang membuatku dilema, antara bakti atau mengikuti perasaan Ku sendiri.
Seminggu setelah itu, aku putuskan untuk membahagiakan Ibuku, aku minta waktu pada Ibu untuk mencari moment yang tepat mengatakan semua hal berat ini pada Pak Willi, aku menatap mata Pak Willi Aku berharap ini bukan merupakan kebersamaan terakhir Kami, Ku kumpulkan setiap cc energi dalam diriku untuk memulai mengatakan segalanya,
Pak willi tertunduk sedih setelah mendengar semua hal yang membebani ku selama berbulan bulan
“ Ibu tak pernah meminta apapun dariku..., selama ini dia selalu mengabulkan apapun permintaanku, Beliau mengorbankan segalanya untuk Kami, dia ikhlas menjual perhiasan kesayangannya untuk biaya kuliah, rumah warisan orang tuanya juga tergadai untuk menebus toga ku dan sekarang dia meminta hatiku untuknya... Menurutmu pantaskah aku kikir sayang...? seumur hidup aku tidak akan mampu membayar setiap kebahagiaan yang Beliau berikan untukku yang beliau tukar dengan air mata...? ” Kataku pelan di iringi tangis yang perih
“OOOh My Dear...” Pak Willi memeluk kepala Ku tubuhnya bergetar, kamu terima pertunangannya...? ”
“ Tidak..., aku bilang pada Ibu..., Aku akan meninggalkan mu tapi dengan syarat Ibu tidak boleh memaksa ku menerima Adrian.... dan Ibu setuju ”
“ Kenapa? ”Tanyanya pelan
“ Apa harus ku jawab...,? ”Tanyaku retoris. Pak Willi menatapku. ”Aku sangat menyayangimu lelaki tuaku...” Jawabku Pak Willi mendaratkan kembali ciuman sayangnya di kepala ku
“Thanks You Dear..., So thank you”
Ku akhiri apa yang tak ingin berakhir, ku patahkan ranting yang hijau hingga dia tak patah hanya terluka. Jauh dari Pak Willi membuat ku merasa kosong tak ada yang menyemangati, atau berkelakar memuji I am so lonely
Aku fikir Aku kuat..., aku fikir Aku tangguh, ternyata aku tak punya kesanggupan patah hati yang parah membuat fisikku tumbang. Sudah seminggu aku badrest,, badan ku rasanya linu, dan kepala ku amat berat
“ Bangun Almira sayang..., makanlah...” Ujar Ibuku sembari membimbing ku duduk bertopang setumpuk bantal, kemudian Ibu menyuapiku bubur, ” tadi ada tamu..., dia Imam masjid At-tiin TMII, dia menyampaikan lamaran untukmu, dan Ibu menerimanya...” Kata Ibu tanpa melepaskan tatapannya pada wajah ku,
Aku menarik nafas..., Ibu itu kebiasaan mengambil keputusan sendiri tanpa bertanya padaku.” Rungutku dalam hati, tapi mulut ku tertutup aku tak ingin menyakitinya,
“ Beliau menyampaikan lamaran itu untuk temannya Abdul Jalal,Alias Willi...
" Maksudnya...?”
“ Pak Willimu melamar..., Ibu merestui kamu menikah dengan lelaki tua itu, Maafkan Ibu Almira sayang, Ibu telah di butakan Fikiran ..., hingga Ibu tak bisa melihat kasih sayang diantara kalian. Ibu lupa bahwa jodoh itu kuasa Alloh..., kamu memang anak Ibu,,,, tapi hidupmu adalah milikmu, dan Alloh sudah menggariskan jodohmu jauh sebelum kau terlahir. aku memeluk Ibu dan kejutan belum selesai, pintu kamar terbuka..., lelaki tuaku masuk bersama Kak Asiah.dia menyalami Ayah.Yang memang selalu menghabiskan waktunya bersama ku jika aku ada di rumah. Ibu dan Kak Asiah pamit pergi.
Ya Alloh aku malu..., Pak Willi melihat ku acak-acakan begini, Wajah original, asli ya begini tanpa polesan
“ Kamu pucat dan kurus...” Itu katanya sambil menggenggam tanganku
“ karena perona wajah ku adalah senyum Mu Pak Willi...,”Balasku so sweet
“ Boleh ku minta sesuatu sayang...?”Katanya sembari menatap wajahku dengan lembut
“Ganti sapaan mu jangan Pak Willi..., sebab Akhir bulan ini kamu sudah jadi Istri saya..., bulan depan minggu pertama kita harus sudah ada di kanada..., masa kerja saya di Indonesia sudah habis, saya ingin menghabiskan hari tua saya dengan mu di rumah masa kecil saya...,Yosep akan ke Cina mengurus Bisnis Saya..., Saya mempercayakan semuanya pada Yosep Dia sudah bisa di percaya,” Ujarnya
“ OK Fathers....I LOVE YOU...” Kataku beliau terkekeh senang SELESAI
Cinta itu buta jodoh itu misteri, jadi ga usah di otakin tapi di doain dan di jalani..., tak usah takut untuk memulai selama tidak merusak mahligai orang... See You Dear....
0 komentar:
Post a Comment
Komentarmu adalah cermin kepribadianmu.terima kasih sudah mengunjungi blog saya