Malam ini hujan turun lagi... mendung di hati Tatiana kembali gelap,,,
“ Maafkan mama..., Aa,,,!” desisnya sembari mengolesi memar itu dengan minyak kelapa hangat, sesekali kaki Aa mengelepar mungkin terasa sakit, Tatiana kembali menghela nafas dan menarik tangannya, setelah tenang dia mengolesi kembali memar di betis putranya lebih lembut. Intronya segitu aza ya... kalo mau tahu cerita lengkapnya masuk deh cari Mbak Tatiana nya sendiri.... silahkan
Tatiana mengemasi air matanya, tapi meskipun tangannya terus menghapus, sungai kecil itu terus,,, mengalir dan mengalir lagi, malah semakin deras sampai akhirnya dia beranjak dari tempat duduknya menjauh dari dua anaknya yang tertidur lelap,
Malam kian larut,,, hening menghias kesendirian bersama tangis, lampu kecil di langit-langit kamar, menjadi saksi betapa pedih bathinnya hari ini, malam ini,,,” Ya Alloh Ampuni Aku,,,.!!!” Bisik bathin nya di sela tangisnya yang terhenti, Badannya yang terasa remuk karena bekerja seharian , tak seberapa sakit, mungkin hanya seujung kuku..., tapi kepedihan hati yang nenghujamnya, jauh lebih nyelekit,
Dia kembali mendekati anaknya, menyingkap selimut yang menutup kaki putranya, memar di betis mungkin sejengkal panjangnya, masih merah, Air mata kembali ingin menerobos di sela matanya, tapi dia menghela nafas berusaha menahanya, Tangisnya sudah selesai,,, tangis itu tak banyak membantunya,, dia memang berusaha mengeraskan hatinya,tak boleh ada tangis yang terlihat atau terdengar anaknya, mereka hanya boleh tahu kalo Ibunya berusaha mencukupi kebutuhan mereka,dengan sekuat tenaga,
“ Maafkan mama...,Aa,,,! ”Desisnya sembari mengolesi memar itu dengan minyak kelapa hangat, sesekali kaki Aa mengelepar mungkin terasa sakit, Tatiana kembali menghela nafas dan menarik tangannya, setelah tenang dia mengolesi kembali memar di betis putranya lebih lembut.
Sebenarnya Ibu mana yang ingin menyakiti anaknya, tapi peristiwa tadi sore benar-benar membuat dia naik pitam , pulang kerja dia memeriksa tas sekolah anaknya semua buku tak luput dari pandangan telitinya , di sana hanya ada tanggal, dan beberapa baris tulisan tidak ada yang selesai. Dia menarik nafasnya dengan kesal. Tangannya menengepal, gigi gemeretak, emosi sudah ada di ubun-ubun, tapi dia berusaha menetralkannya kembali dia mengeja nama tuhan dalam diam,,”,Ya Alloh..., apa yang harus ku lakukan lagi pada anak ini ..., rasanya..., aku sangat lelah...” Rintihnya putus asa, selera makannya kembali musnah, padahal dia tadi juga tak sempat makan siang, jam menunjukan pukul 5,tapi Alfian anaknya belum pulang,,” Kemana dia...???” Rungut nya sangat kesal. Langit mendung kilat sesekali menggelegar.sekuat tenaga dia melawan kelelahannya,penat di kepalanya,kalo mengikuti keinginan maunya pulang kerja itu selonjoran, santai sejenak setelah seharian dia harus bekerja, mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga di rumah bu Dokter. Desakan ekonomi membuatnya harus ikhlas dengan predikat Asisten rumah tangga, alias pembokat bin jongos, si Mbak untuk Abang Aji dan Jeni,..
Kebutuhan hidup benar-benar membuatnya harus menyingsingkan lengan baju, Alfian semakin besar kebutuhanya makin banyak, mengadalkan tranferan ayahnya itu jauh dari kata cukup jangankan untuk makan, uang jajannya saja kurang. Kadang terbesit dalam Fikirannya penyesalan kenapa dia harus bercerai dari Irawan. Kenapa dia tak pernah mau memberikan kesempatan kedua.
Oh..., tidak..., penyesalan hanya akan membuatnya lemah sekarang semuanya sudah terlambat telat banget. Rasa itu datang, di samping Irawan sudah ada perempuan lain, Irawan sudah menikahi perempuan itu, si Rambut jagung yang dulu dia pergoki. Tertidur di bawah selimut dengan suaminya,,, di kamarnya saat dia mengantar Alfian kesekolah. Rasanya langit runtuh menimpa kepalanya,
Diakuinya Irawan bukanlah lelaki yang baik, itu dia sadari dari awal, bahwa lelaki yang dia nikahi jauh dari kata sholeh, Dia anak tongrongan tukang ngeberisikin orang kalo malam, minum dengan alasan menghormati ajakan teman Itu semua Irawan lakukan, tapi kala itu yang jadi dasar keputusan Tatiana adalah alasan picisan berlabel cinta. Lagi pula Irawan punya pekerjaan yang mampu menjamin kehidupannya secara materi.
Meskipun kesal Tatiana tak dapat berbuat apa-apa, dia terima saja, saat Irawan harus pulang dengan mulut bau Alkohol. Atau dia berceracau tak karuan sebelum akhirnya muntah di tempat tidur, dia berharap pelan- pelan Irawan akan berubah, setelah dia menjadi seorang Ayah
Doanya terkabulkan setelah Alfian lahir Irawan menghabiskan waktunya dirumah, dia malu dengan jagoannya itu alasan yang di ungkapkan sebagai tameng pada ku dan teman temannya atas perubahan drastis dalan hidupnya, Tatiana tentu saja sangat bahagia, rasa syukur terus dia panjatkan, untaian doa terus mengalir untuk Irawan dan keluarga kecilnya, Tapi saat Anak keduanya lahir perangai Irawan berubah Dia kembali senang keluar malam Mungkin puber kedua Atau apalah sebutannya, dia kepincut seorang janda, bukan janda tapi perempuan kesepian suaminya berlayar yang pulang 6 bulan sekali, Takdir... haruskan Tatiana mempersalahkannya Tidak tentunya karena sesungguhnya orang tuanya sudah meperingatkannya soal kelakuan Irawan,Dialah yang keras kepala membela keberadaan Irawan sebagai calon suaminya. Padahal kala itu orang tuanya menjodohkan dirinya dengan Johan, lelaki yang secara langsung menghadap keluarganya meminta Tatiana untuk dipinang sebagai calon Isteri
Namun Tatiana mengelak dengan alasan klasik Tak ada rasa cinta, dihatinya untuk Johan. Johan hanya teman kecil untuknya. Sahabat baik tak ada persaan lain, Dan sekarang dia harus merasakan Pahitnya makan cinta, Tapi ya sudahlah..., hidup harus terus berjalan, ternggelam dalam sesal tanpa akhir yang tak berkesudahan tak ada gunanya, yang penting sekarang dia harus kuat berhadapan dengan dunia, yang tidak terlalu Ramah untuknya,
Predikat janda yang di sandangnya bukan posisi yang asyik untuk duduk manis di masyarakat, ada saja pandangan- pandangan curiga, kalo dia terpaksa keluar malam untuk situasi mendesak, padahal kalo mereka mau berfikir pakai otak yang rada ngotak, jelas aza dia harus keluar malam untuk melakukan banyak hal, mungkin belanja atau apalah tetek bengek lainnya, karena waktu siangnya dia pakai untuk bekerja mencari uang, untuk menghidupi Alfian dan Rheina, memang banyak janda yang mungkin berprilaku seperti yang mereka tuduhkan, Tapi Tatiana tidak begitu dia justu selalu meminta perlindungan yang kuasa, dari kesepian yang kemudian menjerumuskannya, atau dari tuntutan perut yang kemudian menistakannya,
Tatiana urung mengayunkan kaki melewati pintu,,, Alfian putranya datang... dengan pakaian basah kuyup baju penuh lumpur, entah anak itu bermain di kubangan mana, hingga dia sudah seperti bocah angon, yang baru selesai membajak sawah,,, di sekolah ga nulis. Rheina bilang Kakaknya itu ga ngaji, sekarang pulang Begitu tampilannya... Astagfiruloh...Al adzim.
Darahnya langsung naik ke ubun –ubun, refplek dia mengabil sapu yang ada di dekatnya dan memukul Kaki Alfian sekenanya. Keputusan spontan yang emosional, Alfian yang tak sempat mengelak menjerit dalam tangis, memengangi kakinya. dia tersungkur di lantai karena tak sanggup menahan sakit di betisnya,
“Ampun,,,. Mamah Ampun...!!! sakit... Jerit nya saat ibunya mengamangkan kembali sapu siap memberinya hukuman lagi... Tanga nya mengadah ke atas melindungi wajahnya...
“Ampun –ampun setiap kali salah kamu minta ampun..., tapi tetep aza ga berubah..., Mamah harus ngomong pake bahasa apa..., supaya kamu ngerti,,,, Kamu itu dah gede..., harusnya bisa jagain adeknya...,. "Teriak Tatiana kalap melihat anaknya yang malah menangis semakin keras. Dia mengayunkan kembali sapu untuk menakuti putranya. Namun pada saat yang sama Rheina yang tadi tertidur memeluk tubuh sang Kakak menjadi pelindung untuknya
“Jangan ..., Mamah..., nanti Aa ga bisa jalan..., nanti Kaki Aa patah Mama...,”Ucap Rheina terbata karena takut, Matanya mengerjap –ngerjap menahan tangis, sepertinya gadis kecil itu faham kalo Ibunya akan semakin marah, melihat tangisannya,Tangan Tatiana bergetar bukan marah tapi dia terharu dengan kelembutan hati putrinya Rheina,yang kini berusaha membangunkan abangnya memapahnya ke kursi, Hati kecil Tatiana, ingin sekali memangku putranya, menidurkannya di ranjang lalu mengobati luka itu dengan kelembutan kasih sayangnya, tapi dia memalingkan wajahnya, menjauh dari dua anaknya.dia mendengar celotehan Rheina menasehati kakaknya, sementara Alfian masih terus mengaduh merasakan ngilu di betisnya,,,.
Setelah tangis putranya reda... dan Rheina tertidur di samping sang kakak baru Tatiana mendekati putranya,menganti baju Bujangan kecilnya,. lalu menyuapi nya makan , setelah makan kemudian dia bertanya apa yang terjadi seharian ini hingga putranya itu mengingkari janjinya, Alfian memang sudah terlalu besar, untuk duduk di pangku oleh Ibunya, tapi kenyataan memang begitu ,Alfian jauh lebih manja dari adiknya, Alfian memang pernah bertanya kenapa Ibu dan ayahnya harus terpisah. Tatiana tak punya jawaban yang tepat, mau bicara soal jodoh mungkinkah dia mengerti, Tatiana Cuma menjawab ,” Kasih sayang Ayah dan mama padamu tak akan berubah meskipun , Ayah tak lagi tinggal bersama kita...” ada sakit yang menusuk saat dia harus berkata demikian,paradok yang menyedihkan, Tapi dusta itulah yang harus di katakan dia tak ingin meracuni hari anak-anaknya, dengan kebencian terhadap ayahnya sendiri, yang pada kenyataannya pergi bersama perempuan itu,meninggalkan dirinya dengan dua anak yang masih balita, jika dia mengingat penghianatan itu, dia menyesali keputusannya mencintai Irawan,Laki-laki yang dia titipi hati, tapi telah menghempaskannya pada rasa sakit yang paling sadis.
Cukuplah dia yang merasakan sakitnya seperti apa, Tapi anak-anaknya harus tetap merasakan punya figur seorang Ayah, iya mungkin Figur itu tidak terlukis secara sempurna, Hanya lewat obrolan di telpon, tak ada jalinan kasih sayang secara fisik, itulah caranya untuk meminta Maaf pada mereka Anak-anaknya, karena dia sudah menjadi Ibu yang gagal memberi kedua anaknya naungan keluarga yang harmonis, Tapi setidaknya dua anaknya tahu mereka masih punya Ayah mereka punya jawaban yang pasti saat teman temannya bertanya ,di mana Ayah mereka...
Waktu akan jadi pengadilan yang sesungguhnya, bersama perjalanan waktu, Anak-anaknya itu yang akan menyematkan nilai siapa kiranya yang lebih sayang padanya, mamah atau ayah,,, mereka tak harus tahu luka masa lalu yang akan di sembuhkan perlahan oleh sang waktu,
Tatiana membulatkan tekadnya untuk mengantar anaknya, pada kebaikan ,dan keberhasilan,,, sekali pun itu bukan perkara mudah, kadang dia merasa, tak sanggup harus melaksanakan dua beban berat di pundaknya, dia harus jadi ibu yang mendidik, juga harus jadi ayah yang berjuang mencari uang,
Terbesit dalam setiap doanya. Semoga tuhan membimbingnya, menjadi Ibu yang baik. Untuk kedua anaknya, dan semoga tuhan mengajarinya menjadi perempuan yang baik yang layak untuk di cintai orang baik... amien.
Cinta memang tak layak jadi terdakwa,,, takdir juga harus di jalani,,, tapi kita punya pilihan untuk bersikap pada sebuah situasi,,,, jika kita merasakan ujian yang besar bersiaplah untuk hadiah yang juga besar,,,,I love u N Assalamuallaikum
“ Maafkan mama..., Aa,,,!” desisnya sembari mengolesi memar itu dengan minyak kelapa hangat, sesekali kaki Aa mengelepar mungkin terasa sakit, Tatiana kembali menghela nafas dan menarik tangannya, setelah tenang dia mengolesi kembali memar di betis putranya lebih lembut. Intronya segitu aza ya... kalo mau tahu cerita lengkapnya masuk deh cari Mbak Tatiana nya sendiri.... silahkan
SEBILAH CERMIN YANG RETAK
Tatiana mengemasi air matanya, tapi meskipun tangannya terus menghapus, sungai kecil itu terus,,, mengalir dan mengalir lagi, malah semakin deras sampai akhirnya dia beranjak dari tempat duduknya menjauh dari dua anaknya yang tertidur lelap,
Malam kian larut,,, hening menghias kesendirian bersama tangis, lampu kecil di langit-langit kamar, menjadi saksi betapa pedih bathinnya hari ini, malam ini,,,” Ya Alloh Ampuni Aku,,,.!!!” Bisik bathin nya di sela tangisnya yang terhenti, Badannya yang terasa remuk karena bekerja seharian , tak seberapa sakit, mungkin hanya seujung kuku..., tapi kepedihan hati yang nenghujamnya, jauh lebih nyelekit,
Dia kembali mendekati anaknya, menyingkap selimut yang menutup kaki putranya, memar di betis mungkin sejengkal panjangnya, masih merah, Air mata kembali ingin menerobos di sela matanya, tapi dia menghela nafas berusaha menahanya, Tangisnya sudah selesai,,, tangis itu tak banyak membantunya,, dia memang berusaha mengeraskan hatinya,tak boleh ada tangis yang terlihat atau terdengar anaknya, mereka hanya boleh tahu kalo Ibunya berusaha mencukupi kebutuhan mereka,dengan sekuat tenaga,
“ Maafkan mama...,Aa,,,! ”Desisnya sembari mengolesi memar itu dengan minyak kelapa hangat, sesekali kaki Aa mengelepar mungkin terasa sakit, Tatiana kembali menghela nafas dan menarik tangannya, setelah tenang dia mengolesi kembali memar di betis putranya lebih lembut.
Sebenarnya Ibu mana yang ingin menyakiti anaknya, tapi peristiwa tadi sore benar-benar membuat dia naik pitam , pulang kerja dia memeriksa tas sekolah anaknya semua buku tak luput dari pandangan telitinya , di sana hanya ada tanggal, dan beberapa baris tulisan tidak ada yang selesai. Dia menarik nafasnya dengan kesal. Tangannya menengepal, gigi gemeretak, emosi sudah ada di ubun-ubun, tapi dia berusaha menetralkannya kembali dia mengeja nama tuhan dalam diam,,”,Ya Alloh..., apa yang harus ku lakukan lagi pada anak ini ..., rasanya..., aku sangat lelah...” Rintihnya putus asa, selera makannya kembali musnah, padahal dia tadi juga tak sempat makan siang, jam menunjukan pukul 5,tapi Alfian anaknya belum pulang,,” Kemana dia...???” Rungut nya sangat kesal. Langit mendung kilat sesekali menggelegar.sekuat tenaga dia melawan kelelahannya,penat di kepalanya,kalo mengikuti keinginan maunya pulang kerja itu selonjoran, santai sejenak setelah seharian dia harus bekerja, mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga di rumah bu Dokter. Desakan ekonomi membuatnya harus ikhlas dengan predikat Asisten rumah tangga, alias pembokat bin jongos, si Mbak untuk Abang Aji dan Jeni,..
Kebutuhan hidup benar-benar membuatnya harus menyingsingkan lengan baju, Alfian semakin besar kebutuhanya makin banyak, mengadalkan tranferan ayahnya itu jauh dari kata cukup jangankan untuk makan, uang jajannya saja kurang. Kadang terbesit dalam Fikirannya penyesalan kenapa dia harus bercerai dari Irawan. Kenapa dia tak pernah mau memberikan kesempatan kedua.
Oh..., tidak..., penyesalan hanya akan membuatnya lemah sekarang semuanya sudah terlambat telat banget. Rasa itu datang, di samping Irawan sudah ada perempuan lain, Irawan sudah menikahi perempuan itu, si Rambut jagung yang dulu dia pergoki. Tertidur di bawah selimut dengan suaminya,,, di kamarnya saat dia mengantar Alfian kesekolah. Rasanya langit runtuh menimpa kepalanya,
Diakuinya Irawan bukanlah lelaki yang baik, itu dia sadari dari awal, bahwa lelaki yang dia nikahi jauh dari kata sholeh, Dia anak tongrongan tukang ngeberisikin orang kalo malam, minum dengan alasan menghormati ajakan teman Itu semua Irawan lakukan, tapi kala itu yang jadi dasar keputusan Tatiana adalah alasan picisan berlabel cinta. Lagi pula Irawan punya pekerjaan yang mampu menjamin kehidupannya secara materi.
Meskipun kesal Tatiana tak dapat berbuat apa-apa, dia terima saja, saat Irawan harus pulang dengan mulut bau Alkohol. Atau dia berceracau tak karuan sebelum akhirnya muntah di tempat tidur, dia berharap pelan- pelan Irawan akan berubah, setelah dia menjadi seorang Ayah
Doanya terkabulkan setelah Alfian lahir Irawan menghabiskan waktunya dirumah, dia malu dengan jagoannya itu alasan yang di ungkapkan sebagai tameng pada ku dan teman temannya atas perubahan drastis dalan hidupnya, Tatiana tentu saja sangat bahagia, rasa syukur terus dia panjatkan, untaian doa terus mengalir untuk Irawan dan keluarga kecilnya, Tapi saat Anak keduanya lahir perangai Irawan berubah Dia kembali senang keluar malam Mungkin puber kedua Atau apalah sebutannya, dia kepincut seorang janda, bukan janda tapi perempuan kesepian suaminya berlayar yang pulang 6 bulan sekali, Takdir... haruskan Tatiana mempersalahkannya Tidak tentunya karena sesungguhnya orang tuanya sudah meperingatkannya soal kelakuan Irawan,Dialah yang keras kepala membela keberadaan Irawan sebagai calon suaminya. Padahal kala itu orang tuanya menjodohkan dirinya dengan Johan, lelaki yang secara langsung menghadap keluarganya meminta Tatiana untuk dipinang sebagai calon Isteri
Namun Tatiana mengelak dengan alasan klasik Tak ada rasa cinta, dihatinya untuk Johan. Johan hanya teman kecil untuknya. Sahabat baik tak ada persaan lain, Dan sekarang dia harus merasakan Pahitnya makan cinta, Tapi ya sudahlah..., hidup harus terus berjalan, ternggelam dalam sesal tanpa akhir yang tak berkesudahan tak ada gunanya, yang penting sekarang dia harus kuat berhadapan dengan dunia, yang tidak terlalu Ramah untuknya,
Predikat janda yang di sandangnya bukan posisi yang asyik untuk duduk manis di masyarakat, ada saja pandangan- pandangan curiga, kalo dia terpaksa keluar malam untuk situasi mendesak, padahal kalo mereka mau berfikir pakai otak yang rada ngotak, jelas aza dia harus keluar malam untuk melakukan banyak hal, mungkin belanja atau apalah tetek bengek lainnya, karena waktu siangnya dia pakai untuk bekerja mencari uang, untuk menghidupi Alfian dan Rheina, memang banyak janda yang mungkin berprilaku seperti yang mereka tuduhkan, Tapi Tatiana tidak begitu dia justu selalu meminta perlindungan yang kuasa, dari kesepian yang kemudian menjerumuskannya, atau dari tuntutan perut yang kemudian menistakannya,
Tatiana urung mengayunkan kaki melewati pintu,,, Alfian putranya datang... dengan pakaian basah kuyup baju penuh lumpur, entah anak itu bermain di kubangan mana, hingga dia sudah seperti bocah angon, yang baru selesai membajak sawah,,, di sekolah ga nulis. Rheina bilang Kakaknya itu ga ngaji, sekarang pulang Begitu tampilannya... Astagfiruloh...Al adzim.
Darahnya langsung naik ke ubun –ubun, refplek dia mengabil sapu yang ada di dekatnya dan memukul Kaki Alfian sekenanya. Keputusan spontan yang emosional, Alfian yang tak sempat mengelak menjerit dalam tangis, memengangi kakinya. dia tersungkur di lantai karena tak sanggup menahan sakit di betisnya,
“Ampun,,,. Mamah Ampun...!!! sakit... Jerit nya saat ibunya mengamangkan kembali sapu siap memberinya hukuman lagi... Tanga nya mengadah ke atas melindungi wajahnya...
“Ampun –ampun setiap kali salah kamu minta ampun..., tapi tetep aza ga berubah..., Mamah harus ngomong pake bahasa apa..., supaya kamu ngerti,,,, Kamu itu dah gede..., harusnya bisa jagain adeknya...,. "Teriak Tatiana kalap melihat anaknya yang malah menangis semakin keras. Dia mengayunkan kembali sapu untuk menakuti putranya. Namun pada saat yang sama Rheina yang tadi tertidur memeluk tubuh sang Kakak menjadi pelindung untuknya
“Jangan ..., Mamah..., nanti Aa ga bisa jalan..., nanti Kaki Aa patah Mama...,”Ucap Rheina terbata karena takut, Matanya mengerjap –ngerjap menahan tangis, sepertinya gadis kecil itu faham kalo Ibunya akan semakin marah, melihat tangisannya,Tangan Tatiana bergetar bukan marah tapi dia terharu dengan kelembutan hati putrinya Rheina,yang kini berusaha membangunkan abangnya memapahnya ke kursi, Hati kecil Tatiana, ingin sekali memangku putranya, menidurkannya di ranjang lalu mengobati luka itu dengan kelembutan kasih sayangnya, tapi dia memalingkan wajahnya, menjauh dari dua anaknya.dia mendengar celotehan Rheina menasehati kakaknya, sementara Alfian masih terus mengaduh merasakan ngilu di betisnya,,,.
Setelah tangis putranya reda... dan Rheina tertidur di samping sang kakak baru Tatiana mendekati putranya,menganti baju Bujangan kecilnya,. lalu menyuapi nya makan , setelah makan kemudian dia bertanya apa yang terjadi seharian ini hingga putranya itu mengingkari janjinya, Alfian memang sudah terlalu besar, untuk duduk di pangku oleh Ibunya, tapi kenyataan memang begitu ,Alfian jauh lebih manja dari adiknya, Alfian memang pernah bertanya kenapa Ibu dan ayahnya harus terpisah. Tatiana tak punya jawaban yang tepat, mau bicara soal jodoh mungkinkah dia mengerti, Tatiana Cuma menjawab ,” Kasih sayang Ayah dan mama padamu tak akan berubah meskipun , Ayah tak lagi tinggal bersama kita...” ada sakit yang menusuk saat dia harus berkata demikian,paradok yang menyedihkan, Tapi dusta itulah yang harus di katakan dia tak ingin meracuni hari anak-anaknya, dengan kebencian terhadap ayahnya sendiri, yang pada kenyataannya pergi bersama perempuan itu,meninggalkan dirinya dengan dua anak yang masih balita, jika dia mengingat penghianatan itu, dia menyesali keputusannya mencintai Irawan,Laki-laki yang dia titipi hati, tapi telah menghempaskannya pada rasa sakit yang paling sadis.
Cukuplah dia yang merasakan sakitnya seperti apa, Tapi anak-anaknya harus tetap merasakan punya figur seorang Ayah, iya mungkin Figur itu tidak terlukis secara sempurna, Hanya lewat obrolan di telpon, tak ada jalinan kasih sayang secara fisik, itulah caranya untuk meminta Maaf pada mereka Anak-anaknya, karena dia sudah menjadi Ibu yang gagal memberi kedua anaknya naungan keluarga yang harmonis, Tapi setidaknya dua anaknya tahu mereka masih punya Ayah mereka punya jawaban yang pasti saat teman temannya bertanya ,di mana Ayah mereka...
Waktu akan jadi pengadilan yang sesungguhnya, bersama perjalanan waktu, Anak-anaknya itu yang akan menyematkan nilai siapa kiranya yang lebih sayang padanya, mamah atau ayah,,, mereka tak harus tahu luka masa lalu yang akan di sembuhkan perlahan oleh sang waktu,
Tatiana membulatkan tekadnya untuk mengantar anaknya, pada kebaikan ,dan keberhasilan,,, sekali pun itu bukan perkara mudah, kadang dia merasa, tak sanggup harus melaksanakan dua beban berat di pundaknya, dia harus jadi ibu yang mendidik, juga harus jadi ayah yang berjuang mencari uang,
Terbesit dalam setiap doanya. Semoga tuhan membimbingnya, menjadi Ibu yang baik. Untuk kedua anaknya, dan semoga tuhan mengajarinya menjadi perempuan yang baik yang layak untuk di cintai orang baik... amien.
Cinta memang tak layak jadi terdakwa,,, takdir juga harus di jalani,,, tapi kita punya pilihan untuk bersikap pada sebuah situasi,,,, jika kita merasakan ujian yang besar bersiaplah untuk hadiah yang juga besar,,,,I love u N Assalamuallaikum
0 komentar:
Post a Comment
Komentarmu adalah cermin kepribadianmu.terima kasih sudah mengunjungi blog saya