Maaf untuk janji yang tak pernah bisa kutepati ,untuk waktu yang kuberitakan tapi tak sanggup ku datangi, bukan tak mau tapi aku sudah tak mampu. Mawar ini milikmu,,, mawar ini dirimu,,,. kau adalah mawar hutanku.... Mawar ini adalah penganti langit senja yang kau minta tapi tak sanggup kuberi, aku tak bisa membuatnya, karena kau bukan senja kau matahari pagi...
Mawar ini milikmu,,, mawar ini untukmu , aku titip Heni..., aku titip mimpiku...,aku belum sampai pada tujuanku..., lanjutkan perjalananku... karena ragaku makin merapuh aku sudah tak mampu
Dan aku terdiam metatap lukisan besar di hadapanku, bunga mawar warna pink yang terlihat begitu hidup, mataku berkaca-kaca, tak ada kata hanya rasa ku yang berkecamuk. Nafas yang masih tenang namun aku merasa ada yang berbeda, disini di dadaku, terus memembus perasaanku, demi tuhan aku merasa sedang ku saksikan keajaiban,,,. Allah sedang mengajariku mengerti sesuatu,,,. Hatiku memahaminya. Tapi mulut tak mampu mengungkapkan nya, aku belum bisa menemukan kata-kata yang pantas untuk apa yang ku saksikan, Hanya diam,,, diam,,, diam,,, dan diam,,, kemampuan bicara ku sirna.
Helaan nafas berat mewakili jutaan menyesalan yang kini memenuhi hatiku menghujam jantung,,, menghalangi jalan nafas. Mengapa aku harus menunda-nunda rencana perjalananku dan sekarang semuanya terlambat sudah sangat terlambat.
Mas Rudi sudah meninggal..., sehari sebelum suratku datang, Diare.. Heni bilang kondisinya memang jauh sangat menurun, dia sering sakit- sakitan,
“ Mas,,, sudah tak mampu melukis lagi...” Sepenggal pesan singkat Heni ku terima bulan lalu, kufikir sakit wajarlah, masa orang mau sehat terus, nanti juga sembuh fikir ku kala itu,
Aku tak bisa mengurus izin pekerjaanku lagi bejibun numpuk, tak ada yang bisa menggantikan ku mengurus semuanya, maksa pergi semua akan berantakan, jadi untuk alasan profesionalisme dan loyallitas aku menunda perjanan ku
Rudi,,, Mas Rudi.... Seseorang yang sangat ku sayangi, ku hormati, dan senatiasa akan menjadi inspirasi. Menyebut namanya saja sudah membuat semangat ku yang merosot, kembali on ,berada di puncak
“ Mas,,,. Menyimpan ini untukmu Risma,,,.” Kata Heni, membuyarkan pandanganku pada lukisan mawar yang kunikmati, kuterima amplop putih itu dengan tangan gemetar. Aku membukanya pelan tulisan tangan tegak bersambung yang indah seperti ukiran mungkin yang seperti ini yang di sebut Bapak Ibuku sebagai tulisan halus, sangat indah tapi jelas terbaca.
Maaf untuk janji yang tak pernah bisa ku tepati , untuk waktu yang kuberitakan tapi tak sanggup ku datangi, bukan tak mau tapi aku sudah tak mampu.Mawar ini milikmu,,, Mawar ini dirimu,,,. kau adalah mawar hutan ku... Mawar ini adalah pengganti langit senja yang kau minta tapi tak sanggup kuberi, aku tak bisa membuatnya, karena kau bukan senja kau matahari pagi...
Mawar ini milikmu,,, mawar ini untukmu , aku titip Heni..., aku titip mimpiku..., aku belum sampai pada tujuanku..., lanjutkan perjalananku... karena raga ku makin merapuh aku sudah tak mampu
Aku tertegun lagi, ku tatap Heni yang saat itu ada di sisiku menunggu, ku berikan surat Mas Rudi padanya agar dia pun tahu dia tahu betapa berat permintaan kakaknya, kesayangannya, inspirasinya, sang motifator hidupnya untukku.
Aku diam menatap mawar di depanku, seraut wajah muncul jelas disana kembali membuka vidio tentang sesosok tubuh kecil di atas diatas kursi roda.
Mas Rudi usianya 5 tahun lebih tua dariku, tapi tubuhnya tak lebih besar dari balita umur tiga tahun, sebuah penyakit langka yang mengerogoti syaraf membuat dia tak bisa tumbuh besar, bahkan semakin hari tubuh nya semakin kecil dan lemah, Menurut cerita Ibu Mas Rudi kecil adalah anak yang mengemaskan dia tidak berhenti bergerak, kecuali kalo dia tidur,
Tapi pada umur 5 tahun dia sakit, panasnya tinggi sekali, setelah sakit itu Mas Rudi ga bisa jalan, menurut diagnosa dokter Mas Rudi mengindap penyakit langka yang Ibu sendiri lupa apa namanya, penyakit ini menyerang susunan syaraf, gerak ,dan pertubuhan hingga penderitanya akan semakin lemah dan kecil
Dan itu terjadi pada Mas Rudi..., tapi ada satu yang sangat Ibu syukuri penyakit itu tidak melumpuhkan otak Mas Rudi,dalam kelemahan fisiknya, Mas Rudi Ibu sekolah kan sampai kelas 4 SD tak sampai lulus karena Ibu tak bisa mengantarnya kesekolah lagi, karena kesibukan.
Tapi Mas Rudi dengan kecerdasan dan kegemarannya membaca membuat dia punya pengetahuan dan pemikiran yang menyamai anak lulusan SMA, bahkan mungkin lebih cemerlang dari itu.
Mas Rudi dia yang membuat si kepala batu Heni begitu kuat, meski pun dalam keterbatasan fisik yang parah, Heni tak mampu menaiki tangga, dia berjalan sangat lambat, saat harus beraktivitas dia harus berangkat setengah jam lebih awal untuk sampai ke kelas bersamaan dengan yang lain,
Heni si cantik berkepala batu yang menolak keras menggunakan kursi roda, awalnya ku anggap sombong, kami sering sekali berseteru, alasannya sepele, aku orang yang menanggapi segala sesuatu dengan santai dan tertawa, dianggap Heni ga bangets deh, sementara Heni dia begitu serius dia mengisi waktu luangnya dengan belajar, tutur kata yang halus sementara aku nyablak abis, dia berfikir sebelum bicara sementara aku bicara dulu baru di fikirin, itu juga kalo sempet, kalo ga ya,,,.bablas aza !!!.jalan terus
Tapi dari gesekan-gesekan keras itu ternyata membuat kami yang sebenarnya sama-sama tak mau kalah dan mengalah, faham keinginan masing –masing, Aku tak tahu kapan kami mengawali kecocokan, yang ku ingat Heni adalah patner diskusi yang sangat menyenangkan, pemikirannya semangatnya, I like,,,,
Sampai di akhir jalan saat kami harus berpisah ,dia di jemput Ayah Ibunya saat itulah perjalan ini di mulai ‘Tuhan mempertemukan aku dengan Mas Rudi
Awalnya jujur aku kaget meski pun Heni sudah cerita kalo Mas Rudi itu cacat tapi aku ga nyangka kalo cacatnya separah ini, aku menangis saat melihatnya, dia menyadarkan ku sesuatu yang ku lupa, aku sering lalai bersyukur , aku menghujat tuhan yang memberi ku, kekurangan yang jelas terlihat. Aku lupa diatas langit pasti ada langit, dibawah tanah masih ada tanah, Aku mungkin bukan yang paling beruntung,,, tapi aku bukan yang paling sial, setiap tanda ada makna, ada hikmah di balik semua peristiwa.
Mas Rudi seorang pelukis, itu aku tahu sejak awal dari Heni, tapi saat bertemu orangnya, otakku jalan sendiri bagaimana caranya tubuh selemah ini melukis ,sementara, mandi dimandiin makan di suapin itupun harus di blender kasar supaya mudah di cerna pokoknya Mas Rudi itu bayi tua,
Aku meledeknya demikian dan Mas Rudi tertawa keras sekali, terpingkal-pingkal , Ibu awalnya kaget dan beliau sepertinya tak suka dengan selorohan ku tapi setelah meliihat reaksi Mas Rudi, Ibu pun tersenyum,
Pagi itu ku dorong roda Mas Rudi ke lapang tempat kami biasa Apel pagi, dan saat itu aku makin percaya kata-kata Heni kalo Mas Rudi adalah sang motivator, kami bicara banyak, pemikiranya brilian , semangat hidupnya luar biasa,
“ Aku ingin membuka mata setiap orang.... bahwa terlahir cacat bukanlah akhir dari semuanya, cacat bukan kiamat , kita akan diberi jalan asal kita mau mencari, kerena saat Tuhan menunjukan kekurangan kita begitu jelas Tuhan juga akan membuat kelebihan kita juga sangat terlihat ” Katanya dengan tenang tapi bersemangat tatapan matanya berbinar penuh optimisme, sesuatu yang tak kulihat bahkan dari orang yang terlahir dengan segala kesempurnaan
Dan kini aku melihat sendiri karya-karya itu, karya Mas Rudi, rumah ini sudah seperti Galeri lukisan, puluhan lukisan besar terpajang, lukisan-lukisan kecilnya pun banyak. Dan tumpukan buku berisi naskah cerpen, novel dan puisi tertumpuk di lemari
“ Kita akan melakukannya khan,,,,? ” Tanya Heni menatap lurus bola mataku, aku hanya bisa menganguk pelan tapi yakin
“ Yang harus kita lakukan sekarang adalah menjaga naskah-naskah ini jangan sampai hilang,,, kita harus bekerja keras untuk menghujudkan mimpi ini, mejadikan lukisan ini berada di tempat-tempat berkelas seperti seharusnya,,,. Seperti harapan pembuatnya adalah pr yang sangat berat, Hen ”
“ Kamu benar, tak mudah apalagi kita tak tahu apa-apa ...? ”
“ Sudahlah Hen itu, masih terlalu jauh yang penting sekarang, kita punya penghasilan yang cukup, agar kita punya dana untuk merawatnya. Langkah pertama kita harus kerja..., berguna..., agar ga jadi beban masyarakat,... Karena mimpi Mas Rudi sebenarnya bukan fisik, materi tapi lebih dari itu dia ingin menghadirkan paradigma baru. Bumi yang ramah untuk kaumnya, dipable yang terpinggirkan,,,” Heni tersenyun mendengar perkataanku,
“Mas Rudi benar kamu bisa diandalkan,,,. Untuk sekarang minimal pemikiran kita sama” Ungkapnya serius
“ Gue githu loh...!!!” Selorohku asal, Heni tertawa lepas” Ah ... Elu nyesel aku muji,,,,” Lanjutnya sambil tertawa
Seminggu aku menemani heni di solo menghabiskan liburanku, Mas Rudi memang sudah tak ada tapi semangatnya tetap hidup disini di hati kami, adiknya...Selesai
Jika orang seperti Mas Rudi bisa memiliki semangat begitu besar,,,. Lalu mengapa kita terus sibuk mengeluh dan berdiam diri,.. Ayo mulai perbaiki cara berpikir kita agar terus lebih baik dan baik lagi
Riska ngucapin makasih buat kalian yang sudah dengerin ceritanya ,,,, Riska bilang sama che...dia hanya niat berbagi sama sekali tak ada niat untuk menggurui,,,. Maaf dan terima kasih buat yang sudah datang see u
Kuningan 17 Mar. 17
Cicih Surya
Mawar ini milikmu,,, mawar ini untukmu , aku titip Heni..., aku titip mimpiku...,aku belum sampai pada tujuanku..., lanjutkan perjalananku... karena ragaku makin merapuh aku sudah tak mampu
RUDI
Apa sih yang terjadi dengan Rudi..., lalu siapa Rudi simak sendiri cerita Temen che Risma untuk kalian,,,, silahkan masuk
TAK MAU SEBATAS MIMPI
Dan aku terdiam metatap lukisan besar di hadapanku, bunga mawar warna pink yang terlihat begitu hidup, mataku berkaca-kaca, tak ada kata hanya rasa ku yang berkecamuk. Nafas yang masih tenang namun aku merasa ada yang berbeda, disini di dadaku, terus memembus perasaanku, demi tuhan aku merasa sedang ku saksikan keajaiban,,,. Allah sedang mengajariku mengerti sesuatu,,,. Hatiku memahaminya. Tapi mulut tak mampu mengungkapkan nya, aku belum bisa menemukan kata-kata yang pantas untuk apa yang ku saksikan, Hanya diam,,, diam,,, diam,,, dan diam,,, kemampuan bicara ku sirna.
Helaan nafas berat mewakili jutaan menyesalan yang kini memenuhi hatiku menghujam jantung,,, menghalangi jalan nafas. Mengapa aku harus menunda-nunda rencana perjalananku dan sekarang semuanya terlambat sudah sangat terlambat.
Mas Rudi sudah meninggal..., sehari sebelum suratku datang, Diare.. Heni bilang kondisinya memang jauh sangat menurun, dia sering sakit- sakitan,
“ Mas,,, sudah tak mampu melukis lagi...” Sepenggal pesan singkat Heni ku terima bulan lalu, kufikir sakit wajarlah, masa orang mau sehat terus, nanti juga sembuh fikir ku kala itu,
Aku tak bisa mengurus izin pekerjaanku lagi bejibun numpuk, tak ada yang bisa menggantikan ku mengurus semuanya, maksa pergi semua akan berantakan, jadi untuk alasan profesionalisme dan loyallitas aku menunda perjanan ku
Rudi,,, Mas Rudi.... Seseorang yang sangat ku sayangi, ku hormati, dan senatiasa akan menjadi inspirasi. Menyebut namanya saja sudah membuat semangat ku yang merosot, kembali on ,berada di puncak
“ Mas,,,. Menyimpan ini untukmu Risma,,,.” Kata Heni, membuyarkan pandanganku pada lukisan mawar yang kunikmati, kuterima amplop putih itu dengan tangan gemetar. Aku membukanya pelan tulisan tangan tegak bersambung yang indah seperti ukiran mungkin yang seperti ini yang di sebut Bapak Ibuku sebagai tulisan halus, sangat indah tapi jelas terbaca.
Maaf untuk janji yang tak pernah bisa ku tepati , untuk waktu yang kuberitakan tapi tak sanggup ku datangi, bukan tak mau tapi aku sudah tak mampu.Mawar ini milikmu,,, Mawar ini dirimu,,,. kau adalah mawar hutan ku... Mawar ini adalah pengganti langit senja yang kau minta tapi tak sanggup kuberi, aku tak bisa membuatnya, karena kau bukan senja kau matahari pagi...
Mawar ini milikmu,,, mawar ini untukmu , aku titip Heni..., aku titip mimpiku..., aku belum sampai pada tujuanku..., lanjutkan perjalananku... karena raga ku makin merapuh aku sudah tak mampu
RUDI
Aku tertegun lagi, ku tatap Heni yang saat itu ada di sisiku menunggu, ku berikan surat Mas Rudi padanya agar dia pun tahu dia tahu betapa berat permintaan kakaknya, kesayangannya, inspirasinya, sang motifator hidupnya untukku.
Aku diam menatap mawar di depanku, seraut wajah muncul jelas disana kembali membuka vidio tentang sesosok tubuh kecil di atas diatas kursi roda.
Mas Rudi usianya 5 tahun lebih tua dariku, tapi tubuhnya tak lebih besar dari balita umur tiga tahun, sebuah penyakit langka yang mengerogoti syaraf membuat dia tak bisa tumbuh besar, bahkan semakin hari tubuh nya semakin kecil dan lemah, Menurut cerita Ibu Mas Rudi kecil adalah anak yang mengemaskan dia tidak berhenti bergerak, kecuali kalo dia tidur,
Tapi pada umur 5 tahun dia sakit, panasnya tinggi sekali, setelah sakit itu Mas Rudi ga bisa jalan, menurut diagnosa dokter Mas Rudi mengindap penyakit langka yang Ibu sendiri lupa apa namanya, penyakit ini menyerang susunan syaraf, gerak ,dan pertubuhan hingga penderitanya akan semakin lemah dan kecil
Dan itu terjadi pada Mas Rudi..., tapi ada satu yang sangat Ibu syukuri penyakit itu tidak melumpuhkan otak Mas Rudi,dalam kelemahan fisiknya, Mas Rudi Ibu sekolah kan sampai kelas 4 SD tak sampai lulus karena Ibu tak bisa mengantarnya kesekolah lagi, karena kesibukan.
Tapi Mas Rudi dengan kecerdasan dan kegemarannya membaca membuat dia punya pengetahuan dan pemikiran yang menyamai anak lulusan SMA, bahkan mungkin lebih cemerlang dari itu.
Mas Rudi dia yang membuat si kepala batu Heni begitu kuat, meski pun dalam keterbatasan fisik yang parah, Heni tak mampu menaiki tangga, dia berjalan sangat lambat, saat harus beraktivitas dia harus berangkat setengah jam lebih awal untuk sampai ke kelas bersamaan dengan yang lain,
Heni si cantik berkepala batu yang menolak keras menggunakan kursi roda, awalnya ku anggap sombong, kami sering sekali berseteru, alasannya sepele, aku orang yang menanggapi segala sesuatu dengan santai dan tertawa, dianggap Heni ga bangets deh, sementara Heni dia begitu serius dia mengisi waktu luangnya dengan belajar, tutur kata yang halus sementara aku nyablak abis, dia berfikir sebelum bicara sementara aku bicara dulu baru di fikirin, itu juga kalo sempet, kalo ga ya,,,.bablas aza !!!.jalan terus
Tapi dari gesekan-gesekan keras itu ternyata membuat kami yang sebenarnya sama-sama tak mau kalah dan mengalah, faham keinginan masing –masing, Aku tak tahu kapan kami mengawali kecocokan, yang ku ingat Heni adalah patner diskusi yang sangat menyenangkan, pemikirannya semangatnya, I like,,,,
Sampai di akhir jalan saat kami harus berpisah ,dia di jemput Ayah Ibunya saat itulah perjalan ini di mulai ‘Tuhan mempertemukan aku dengan Mas Rudi
Awalnya jujur aku kaget meski pun Heni sudah cerita kalo Mas Rudi itu cacat tapi aku ga nyangka kalo cacatnya separah ini, aku menangis saat melihatnya, dia menyadarkan ku sesuatu yang ku lupa, aku sering lalai bersyukur , aku menghujat tuhan yang memberi ku, kekurangan yang jelas terlihat. Aku lupa diatas langit pasti ada langit, dibawah tanah masih ada tanah, Aku mungkin bukan yang paling beruntung,,, tapi aku bukan yang paling sial, setiap tanda ada makna, ada hikmah di balik semua peristiwa.
Mas Rudi seorang pelukis, itu aku tahu sejak awal dari Heni, tapi saat bertemu orangnya, otakku jalan sendiri bagaimana caranya tubuh selemah ini melukis ,sementara, mandi dimandiin makan di suapin itupun harus di blender kasar supaya mudah di cerna pokoknya Mas Rudi itu bayi tua,
Aku meledeknya demikian dan Mas Rudi tertawa keras sekali, terpingkal-pingkal , Ibu awalnya kaget dan beliau sepertinya tak suka dengan selorohan ku tapi setelah meliihat reaksi Mas Rudi, Ibu pun tersenyum,
Pagi itu ku dorong roda Mas Rudi ke lapang tempat kami biasa Apel pagi, dan saat itu aku makin percaya kata-kata Heni kalo Mas Rudi adalah sang motivator, kami bicara banyak, pemikiranya brilian , semangat hidupnya luar biasa,
“ Aku ingin membuka mata setiap orang.... bahwa terlahir cacat bukanlah akhir dari semuanya, cacat bukan kiamat , kita akan diberi jalan asal kita mau mencari, kerena saat Tuhan menunjukan kekurangan kita begitu jelas Tuhan juga akan membuat kelebihan kita juga sangat terlihat ” Katanya dengan tenang tapi bersemangat tatapan matanya berbinar penuh optimisme, sesuatu yang tak kulihat bahkan dari orang yang terlahir dengan segala kesempurnaan
Dan kini aku melihat sendiri karya-karya itu, karya Mas Rudi, rumah ini sudah seperti Galeri lukisan, puluhan lukisan besar terpajang, lukisan-lukisan kecilnya pun banyak. Dan tumpukan buku berisi naskah cerpen, novel dan puisi tertumpuk di lemari
“ Kita akan melakukannya khan,,,,? ” Tanya Heni menatap lurus bola mataku, aku hanya bisa menganguk pelan tapi yakin
“ Yang harus kita lakukan sekarang adalah menjaga naskah-naskah ini jangan sampai hilang,,, kita harus bekerja keras untuk menghujudkan mimpi ini, mejadikan lukisan ini berada di tempat-tempat berkelas seperti seharusnya,,,. Seperti harapan pembuatnya adalah pr yang sangat berat, Hen ”
“ Kamu benar, tak mudah apalagi kita tak tahu apa-apa ...? ”
“ Sudahlah Hen itu, masih terlalu jauh yang penting sekarang, kita punya penghasilan yang cukup, agar kita punya dana untuk merawatnya. Langkah pertama kita harus kerja..., berguna..., agar ga jadi beban masyarakat,... Karena mimpi Mas Rudi sebenarnya bukan fisik, materi tapi lebih dari itu dia ingin menghadirkan paradigma baru. Bumi yang ramah untuk kaumnya, dipable yang terpinggirkan,,,” Heni tersenyun mendengar perkataanku,
“Mas Rudi benar kamu bisa diandalkan,,,. Untuk sekarang minimal pemikiran kita sama” Ungkapnya serius
“ Gue githu loh...!!!” Selorohku asal, Heni tertawa lepas” Ah ... Elu nyesel aku muji,,,,” Lanjutnya sambil tertawa
Seminggu aku menemani heni di solo menghabiskan liburanku, Mas Rudi memang sudah tak ada tapi semangatnya tetap hidup disini di hati kami, adiknya...Selesai
Jika orang seperti Mas Rudi bisa memiliki semangat begitu besar,,,. Lalu mengapa kita terus sibuk mengeluh dan berdiam diri,.. Ayo mulai perbaiki cara berpikir kita agar terus lebih baik dan baik lagi
Riska ngucapin makasih buat kalian yang sudah dengerin ceritanya ,,,, Riska bilang sama che...dia hanya niat berbagi sama sekali tak ada niat untuk menggurui,,,. Maaf dan terima kasih buat yang sudah datang see u
Kuningan 17 Mar. 17
Cicih Surya
baguss kata kata nya, sedikit saran nih, nulis nya di entri post dari blogger aja mba, itu saya liat pasti nulis nya dari word terus dipindahin ke entri baru kan ?
ReplyDeletesudah ku edit ...
Delete